Sukses

YAICI dan PP Aisyiyah Perluas Edukasi Gizi hingga Sumatera

Pemilihan Pekanbaru sebagai sasaran edukasi bukan semata-mata berdasarkan data-data balita dengan stunting atau gizi buruk.

Liputan6.com, Jakarta Sebanyak lebih dari 300 kader kesehatan Aisyiyah di Provinsi Riau mengikuti pembekalan mengenai gizi anak dan keluarga.

Edukasi gizi tersebut merupakan bagian dari program kemitraan Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) bersama PP Aisyiyah dalam rangka mendukung percepatan penurunan stunting hingga 14% yang menjadi prioritas pemerintah di tahun 2024.

Edukasi dilakukan dalam bentuk sosialisasi secara menyeluruh, pembekalan kader dengan metode ToT hingga edukasi langsung ke masyarakat di Rumbai Barat, Kec. 50 dan Tenayan Raya, Pekanbaru yang dilakukan langsung oleh kader pada 5 – 7 Juli kemarin.

Ketua Harian YAICI Arif Hidayat mengungkapkan, pemilihan Pekanbaru sebagai sasaran edukasi bukan semata-mata berdasarkan data-data balita dengan stunting atau gizi buruk.

Dalam data hasil survei Status Gizi Indonesia (SSGI), prevalensi balita stunted di Kota Pekanbaru sekitar 11 persen.

Angka tersebut lebih rendah dari prevalensi stunting nasioal sebesar 24 persen. Meski demikian, edukasi mengenai pemenuhan gizi dimasa 1000HPK sebagai upaya pencegahan stunting tetap perlu dilakukan.

“Sasaran edukasi tidak hanya untuk daerah dengan angka stunting yang tinggi saja, namun daerah-daerah dengan angka stunting yang rendah bahkan yang nol persen stunting pun tetap perlu diberikan edukasi. Edukasi dan penyebaran informasi harus terus menerus dilakukan supaya kita bisa mencegah jangan sampai terjadi stunting,”  kata Arif dalam keterangan pers, Sabtu (16/7/2022).

Lebih lanjut, Arif menjelaskan hasil temuannya di beberapa daerah di Indonesia yang telah terpapar edukasi gizi.

“Ada daerah angka stuntingnya tinggi, tapi ASI ekslusifnya juga tinggi. Ada daerah yang angka stuntingnya rendah namun di temukan kesalahan pola makan anak seperti anak terbiasa konsumsi susu kental manis sebagai minuman sehari-hari, ini memang tidak langsung terjadi stunting. Tapi pola konsumsi yang salah ini akan menyumbang gangguan-gangguan kesehatan pada anak kelak, seperti obesitas, diabetes, jantung,” jelas Arif.

 

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kejar target penurunan stunting 6 persen

Sekretaris Daerah Kota (Sekdako) Pekanbaru Muhammad Jamil saat menerima YAICI bersama PP / PWA Aisyiyah di kantor Walikota mendukung penuh kegiatan edukasi yang dilakukan oleh organisasi-organisasj masyarakat. Disampaikan Jamil, organisasi dengan kader-kader yang banyak bergerak dibidang kesehatan seperti Aisyiyah dapat berperan menjadi bagian dalam upaya mengejar target penurunan stunting di Pekanbaru sebesar 6 persen.

“Saya ingin kota Pekanbaru bebas stunting, kalua nggak bisa zero minimal di angka 6%. Memang stunting harus di keroyok, kita tidak bisa bekerja sendiri. Makanya kita bentuk tim untuk encegahan stunting di kota pekanbaru,” jelas Muhammad Jamil di Pekanbaru belum lama ini.

Jamil juga mengakui, kota Pekanbaru masih belum lepas dari kemiskinan yang menjadi salah satu faktor penyumbang kejadian stunting dan gizi buruk.

Selain itu, pemahaman masyarakat mengenai stunting serta makanan bergizi juga masih rendah. Oleh karena itu, ia berharap hasil penelitian mengenai gizi dan konsumsi kental manis pada balita dapat menjadi masukan dalam mengatasi persoalan stunting di kota Pekanbaru.

3 dari 4 halaman

Upaya pemerintah targetkan nol stunting pada 2030

Menteri Koordinator Pembangunan Manusia Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy memastikan, kesehatan yang baik akan mengantarkan Indonesia menuju sumber daya manusia (SDM) yang unggul berbasis keluarga. Untuk menekan stunting, lanjut dia, Kementerian Kesehatan bisa melakukan intervensi melalui program posyandu.

“Nanti Pak Menkes juga akan mengintervensi sama program posyandu, nanti akan disiapkan alat ukur dan posyandu tidak hanya akan menangani balita tapi juga semua jenjang usia. Jadi mulai 1.000 hari kehidupan, pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), remaja bahkan sampai tua cukup ke posyandu,” jelas dia.

Selain posyandu, Muhadjir mengatakan, Kementerian Kesehatan juga akan menambah fasilitas puskesmas dengan USG. Sehingga nantinya, ibu hamil tidak harus ke rumah sakit untuk memeriksa kandungan.

“Nanti ketika hamil bisa diukur diameter kepalanya karena besar kecilnya diameter kepala akan menentukan orang ini sebetulnya punya gejala akan stunting atau tidak, tapi kalau terlalu besar juga tidak benar juga,” jelas dia.

Muhadjir berharap, dengan payung hukum ini Indonesia semakin mampu mendekati target nol stunting yang ditargetkan bisa tercapai pada tahun 2030.

“Jadi kalau stunting kita tangani serius, target kita 2030 sudah nol stunting Indonesia, seperti negara maju, seperti Singapura sudah di bawah 1 digit, jadi nol koma, kita kejar ketertinggalan itu,” Muhadjir memungkasi.

4 dari 4 halaman

Tips mencegah stunting

Berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021, tingkat prevalensi stunting di Indonesia mencapai 24,4 persen. Artinya, satu dari empat balita di Indonesia mengalami stunting.

 

Agar bayi yang dilahirkan tumbuh dengan sehat dan cerdas, berikut 8 tips dan langkah mencegah balita Anda mengalami stunting,

1. Lakukan pemeriksaan calon pengantin

Bagi calon pengantin perempuan, terlebih dahulu harus melakukan pemeriksaan kesehatan pra-nikah yang meliputi beberapa indikator pemeriksaan, yakni pemeriksaan lingkar lengan, berat badan, dan tinggi badan, pemeriksaan hemoglobin (HB) untuk mengetahui adanya anemia atau tidak.

Jika hasil pemeriksaan kesehatan menunjukkan hasil di bawah indikator maka calon pengantin perempuan harus melaporkan ke Puskesmas atau layanan kesehatan ibu dan anak guna mendapat treatmen.

Bagi calon pengantin pria tidak boleh merokok minimal tiga bulan sebelum pernikahan. Hal ini untuk menguatkan sperma di mana sperma pria diproduksi 75 hari sebelum dikeluarkan.

Calon pasangan pengantin juga sebaiknya mengunduh dan mendaftarkan diri di aplikasi Elsimil (Elektronik Siap Nikah dan Siap Hamil) di playstore tiga bulan sebelum melangsungkan pernikahan. 

2. Konsumsi makanan yang mengandung nutrisi seimbang

Selama kehamilan, sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung nutrisi seimbang. Jika mengalami muntah-muntah, maka sang Ibu harus mencari cara agar makanan yang mengandung nutrisi seimbang itu dapat masuk dan diserap oleh tubuh.

3. Menyusui dan ASI eksklusif

Memberikan ASI sedini mungkin, sesaat setelah melahirkan juga merupakan hal penting yang bisa dilakukan untuk mencegah stunting. Colostrum yang diberikan sedini mungkin dapat melindungi bayi baru lahir dari infeksi dan mengurangi resiko kematian bayi.

4. Imunisasi

Pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK), anak memiliki resiko yang cukup signifikan untuk terinfeksi penyakit apabila asupan gizi yang didapat tidak memadai. Infeksi yang berulang pada anak dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak yang dapat mengakibatkan stunting. Vaksinasi berperan dalam menurunkan angka kematian anak dan anak yang mendapatkan vaksinasi memiliki resiko yang lebih rendah untuk stunting.

5. Sanitasi dan akses air bersih

Rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan, termasuk di dalamnya adalah akses sanitasi dan air bersih, mendekatkan anak pada risiko ancaman penyakit infeksi pada balita seperti diare dan cacingan yang dapat menganggu proses pencernaan dalam proses penyerapan nutrisi, jika kondisi ini terjadi dalam waktu yang lama dapat mengakibatkan masalah stunting. Untuk itu, perlu membiasakan cuci tangan pakai sabun dan air mengalir, serta tidak buang air besar sembarangan. 

6. Memberikan vitamin A

Asupan rutin suplemen vitamin A setelah usia enam bulan dapat mengurangi kematian pada balita hingga hampir seperempat di daerah yang kekurangan vitamin A.

7. Memberi suplemen

Asupan rutin suplemen zat besi dan obat cacing dapat melindungi anak-anak dari kekurangan zat besi, anemia, dan perkembangan yang buruk. Selain itu, anak-anak juga dapat terlindungi dari gizi buruk dan anemia melalui suplementasi zat besi dan asam folat mingguan yang diawasi, pemberian obat cacing dua kali setahun.

8. Pentingnya edukasi bagi orang tua

Stunting juga dipengaruhi oleh pola asuh yang kurang baik, misalnya dalam pemberian makanan penambah ASI (MPASI) atau makanan bagi balita. Masih banyak orang tua baru yang memberikan MPASI terlalu dini tanpa rekomendasi dari Dokter Anak, hal ini tentunya sangat berbahaya bagi tumbuh kembang anak.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.