Sukses

Epidemiolog: Di 2022 Respons Dunia Terhadap COVID-19 Cenderung Lembek

Ahli epidemiologi Dicky Budiman mengatakan bahwa di 2022 respons dunia terhadap penanganan COVID-19 cenderung lembek.

Liputan6.com, Jakarta Ahli epidemiologi Dicky Budiman mengatakan bahwa di 2022 respons dunia terhadap penanganan COVID-19 cenderung lembek.

“Di tahun 2022 ini kecenderungan dunia melembek, melunak dalam merespons COVID-19 itu terlihat nyata,” kata Dicky kepada Health Liputan6.com melalui pesan suara belum lama ini.

Menurutnya, hal ini bisa dipicu kelelahan, jenuh, dan dampak besar pada sektor di luar kesehatan terutama ekonomi dan sosial.

“Ini jangan sampai kebablasan, jangan sampai menganggap bahwa COVID sudah bukan masalah. Karena, semakin ke sini semakin jelas, dampak COVID-19 itu ternyata bukan hanya berhenti ketika seseorang terinfeksi tapi juga akan melahirkan masalah yang menjadi beban setiap negara.”

Simak Video Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Virus Tidak Melemah

Menurut Dicky, penyakit-penyakit yang bisa menjadi beban negara akibat pandemi COVID-19 adalah diabetes, hipertensi, penyakit jantung, dan penyakit lainnya seperti masalah kognitif.

“Yang jelas saat ini yang sudah saya amati, masalah COVID dengan Penyakit Tidak Menular (PTM) ya dia bisa menjadikan gejala COVID lebih parah. Setelah sembuh COVID, risiko mengidap PTM  pun menjadi besar.”

Ahli dari Griffith University, Australia juga mengingatkan, virus Corona tidak melemah. Bahkan, Omicron subvarian B.A2 disebut sebagai varian yang infeksius atau cepat menular hampir sama dengan campak.

“Ingat virus penyebab COVID ini tidak melemah, ini enggak main-main. Kita merespons pandemi ini sebetulnya yang maksimal baru satu tahun, di 2021 dan di 2022 sudah melemah. Jangan sampai upaya satu tahun itu malah mundur.”

3 dari 4 halaman

Jangan Lepas Rem

Lebih lanjut, Dicky menjelaskan bahwa pelonggaran bukanlah masalah. Hanya saja, setiap pelonggaran perlu diimbangi dengan penguatan protokol kesehatan.

“Ada pelonggaran ya silakan, tidak ada karantina dan tidak ada tes itu bisa, tapi jangan sampai 5M (mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, mengurangi mobilitas, menjauhi kerumunan) lepas.”

“Kita tetap harus mainkan gas rem, walau tidak seperti sebelumnya, tapi kalau dilepas semua remnya ya itu berbahaya,” tutup Dicky.

 

4 dari 4 halaman

Infografis Pakai Masker Boleh Gaya, Biar COVID-19 Mati Gaya

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.