Sukses

Hobi Berkomentar Negatif Terkait Fisik, Psikolog Ungkap Penyebabnya

Fisik menjadi aspek yang kerap menjadi bahan ejekan atau komentar seseorang.

Liputan6.com, Jakarta Fisik menjadi salah satu aspek yang kerap menjadi bahan komentar seseorang. Tak jarang, ucapan tersebut berlebihan sehingga melukai hati para penerimanya.

Perbuatan mengejek atau mengomentari fisik seseorang juga sudah begitu sering terjadi. Bahkan seringkali dianggap sebagai hal yang biasa.

Padahal, pembicaraan yang berisi ejekan terkait fisik semestinya tidak menjadi suatu hal yang normal. Mengingat masih begitu banyak hal menarik lainnya yang dapat dibicarakan.

Hal inipun terjadi pada komika Musdalifah Basri, yang beberapa hari lalu membagikan pengalamannya diejek terkait fisik usai melahirkan.

Menurut psikolog anak, remaja, dan keluarga Universitas Kristen Maranatha Bandung, Efnie Indriani, penyebab seseorang hobi mengomentari fisik atau mengejek orang lain sebenarnya beragam.

"Sebenarnya motif yang mendasari pelaku bisa beragam. Ada yang iseng, artinya melakukannya tanpa alasan tertentu. Ada yang karena tidak suka, bahkan ada juga yang karena ingin menjatuhkan, atau motif lainnya," ujar Efnie saat dihubungi Health Liputan6.com, Kamis (17/2/2022).

Selain itu, menurut Efnie ada alasan lainnya yang juga lebih daripada poin-poin sebelumnya. Seperti merasa lebih berkuasa atau powerful, serta tidak memiliki cukup empati.

"Pada sebagian pelaku perundungan biasanya mereka kerap merasa bahwa mereka memiliki power yang lebih, sehingga mereka mampu mendominasi korban," kata Efnie.

"Namun, dibalik motif apapun yang melatarbelakangi, biasanya mereka bisa melakukan itu karena mereka tidak berempati," tambahnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Olah perasaan negatif

Jika Anda menjadi salah satu orang yang pernah mengalami kejadian tersebut, Efnie menyarankan untuk terbuka melewati berbagai fase sebelum akhirnya menerima dan memaafkan.

"Jika emosi negatifnya tidak di release, maka untuk sampai di tahap menerima dan memaafkan akan sulit untuk dilakukan," ujar Efnie.

Efnie menjelaskan, dalam kondisi seperti itu, biasanya akan muncul emosi negatif berupa marah, sakit hati, kesal, benci, dendam, dan lainnya.

Jika kondisinya demikian, maka Anda bisa meluangkan waktu untuk menenangkan diri dan mulailah secara perlahan mengidentifikasi emosi negatif apa muncul. 

"Tuliskan di kertas, setelah itu secara perlahan lepaskan emosi tersebut. Mungkin bisa dengan menangis, meremas kertas, ada yang berteriak, atau diolah dalam bentuk kegiatan olahraga," kata Efnie.

3 dari 3 halaman

Infografis

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.