Sukses

Obat Molnupiravir Turunkan Risiko Keparahan COVID-19, Peneliti Pandemi: Ini Kabar Menggembirakan

Molnupiravir, obat COVID-19 yang dikembangkan Merck Sharp & Dohme (MSD) disebut dapat menekan risiko COVID-19

Liputan6.com, Jakarta Perusahaan farmasi, Merck & Co., alias Merck Sharp & Dohme (MSD), mengumumkan bahwa obat COVID-19 eksperimental, molnupiravir, menunjukkan hasil yang baik dalam melawan virus Corona. Terkait hal ini peneliti pandemi dari Griffith University, Dicky Budiman mengatakan bahwa ini kabar menggembirakan.

"Dari data hasil risetnya memberikan hasil menjanjikan yang terbukti efektif melawan virus Corona. Dalam hal ini termasuk dalam varian Delta," kata Dicky lewat pesan suara ke Health Liputan6.com pada Sabtu (2/10/2021).

"Meski belum dapat persetujuan FDA (Food and Drug Administration/ Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat) tapi saya melihat hasil risetnya terbukti mencegah keparah dan mengurangi kematian," Dicky melanjutkan.

Hal yang menggembirakan dari hasil uji klinis yang MSD lakukan karena obat COVID-19 molnupiravir berbentuk kapsul. Sehingga bila memang nanti terbukti bermanfaat bakal lebih mudah dijangkau atau digunakan masyarakat.

Lalu, potensi baik dari obat COVID-19 molnupiravir juga jadi jawaban ketika remdesivir, obat yang lebih dulu mendapatkan izin untuk mengobati pasien COVID-19 gejala berat sudah mengalami penurunan dalam mencegah keparahan dan kematian.

"Sementara molnupiravir di data awal sudah menunjukkan bisa mencegah keparahan dan kematian. Ini hal yang menggembirakan," Dicky menambahkan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Prediksi: Tahun Depan Sudah Ada Obat COVID-19

Selain MSD, perusahaan obat besar lain seperti Pfizer dan Roche juga tengah melakukan penelitian obat untuk COVID-19. Dicky memprediksi pada kuartal pertama tahun depan sudah ada obat untuk COVID-19.

"Seiring waktu ada obat antiviral yang bermanfaat untuk COVID-19 sehingga akan memperkuat lini terapi. Jadi, vaksin sudah ada dan obat sudah ada," kata Dicky.

Bila obat untuk COVID-19 sudah ada ditambah vaksin, hal tersebut akan membuat transisi situasi pandemi menjadi endemik.

"Akan lebih sedikit orang yang masuk ICU apalagi memakai ventilator dan kematian akan berkurang," katanya.

Dicky pun berharap obat COVID-19 bisa membantu mengatasi atau mencegah terjadinya long COVID-19. Mengingat ada sebagian dari pasien long COVID-19 mengalami kerusakan organ.

3 dari 3 halaman

Infografis 11 Aplikasi untuk Konsultasi Online dan Obat Gratis Pasien Isolasi Mandiri Covid-19.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.