Sukses

Peneliti UI: Tingkat Literasi Nutrisi Masyarakat Masih Rendah

Masih kurangnya pemahaman masyarakat terhadap literasi nutrisi.

Liputan6.com, Jakarta Pakar Komunikasi Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia Dien Anshari, S.Sos., M.Si., Ph.D., mengatakan masih kurangnya pemahaman masyarakat terhadap literasi nutrisi.

“Di kemasan produk itu sudah ada label, tapi seberapa paham kita pada label tersebut?” ujar Dien dalam webminar Pana Comm, Jumat (28/8/2020).

Dalam penelitiannya pada 2018-2019, ditemukan rata-rata skor literasi nutrisi mahasiswa sarjana reguler pada 5 universitas negeri di Indonesia. Kelima universitas itu adalah Universitas Indonesia, Universitas Andalas, Universitas Hasanuddin, Universitas Halu Oleo, dan Universitas Pattimura.

Rata-rata skor UI adalah 3.52, Andalas 2.65, Hassanuddin 2.60, Halu Oleo 2.48, dan Pattimura 2.31. Skor ini menunjukkan kesenjangan yang signifikan antara UI dengan universitas lainnya.

Dari rata-rata tersebut diambil tiga kategori yaitu kategori memadai, kurang, dan terbatas. Dari kategori tersebut terlihat tingkat literasi nutrisi mahasiswa sarjana reguler pada 5 universitas tersebut.

UI menjadi universitas dengan tingkat literasi memadainya paling tinggi itu pun hanya 51 persen. Sedang Andalas hanya 30 persen memadai, Hasanuddin 29 persen, Halu Oleo 25 persen, dan Pattimura 20 persen.

“Pada masyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi saja ternyata literasi nutrisinya masih banyak yang tidak memadai.”

Simak Video Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Perlu Strategi Komunikasi Kesehatan

Dari penelitian tersebut, Dien memperkirakan bahwa sebagian besar masyarakat memiliki literasi nutrisi yang kurang memadai. Hal ini pada akhirnya akan mempermudah masyarakat termakan hoaks terkait nutrisi.

“Karena kemampuan kita dalam memproses, mendapatkan, mengelola informasi tentang nutrisi itu masih rendah.”

Untuk mengatasi hal ini, label nutrisi di kemasan produk pangan dapat dioptimalkan untuk menjadi media yang meningkatkan literasi nutrisi.

“Sebetulnya label kemasan kalau kita modifikasi bisa menjadi media yang cost-effective karena ini diproduksi oleh industri. Pemerintah hanya cukup memberikan kebijakan tapi tolong dalam membuat kebijakannya itu memang menyesuaikan dengan literasi kesehatan atau literasi nutrisi dari sasaran.”

“Ini adalah salah satu strategi komunikasi kesehatan yang dapat membantu menyampaikan informasi mengenai nutrisi yang sesuai dengan tingkat literasi nutrisi dan karakteristik dari target.”

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.