Sukses

Hampir Separuh Sekolah di Dunia Kesulitan Akses Fasilitas Cuci Tangan

Liputan6.com, Jakarta World Health Organization (WHO) bersama UNICEF mengungkapkan bahwa 43 persen sekolah di dunia mengalami keterbatasan terhadap akses cuci tangan dengan sabun dan air yang mendasar.

Angka ini berdasarkan data dari WHO/UNICEF Joint Monitoring Programme di tahun 2019. Namun, hal ini tetap menjadi perhatian saat ini mengingat banyak sekolah di dunia yang akan melakukan aktivitas belajar mengajar di tengah pandemi.

"Penutupan sekolah secara global sejak permulaan pandemi COVID-19 telah menghadirkan tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi pendidikan dan kesejahteraan anak," kata Henrietta Fore, Direktur Eksekutif UNICEF seperti dilansir dari laman resmi WHO pada Jumat (14/8/2020).

"Kita harus memprioritaskan pembelajaran anak. Ini berarti memastikan bahwa sekolah aman untuk dibuka kembali, termasuk dengan akses kebersihan tangan, air minum bersih, dan sanitasi yang aman."

Dalam laporan tersebut sekitar 818 juta anak kekurangan fasilitas cuci tangan yang mendasar di sekolah mereka. Hal ini tidak hanya membuat mereka berisiko terkena COVID-19, namun juga penyakit menular lainnya.

Saksikan juga Video Menarik Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Akses Air dan Sanitasi Penting untuk Pengendalian Infeksi

Lebih dari sepertiga anak-anak tersebut berada di wilayah Afrika sub-Sahara. Sementara di negara yang kurang berkembang, 7 dari 10 sekolah tidak memiliki fasilitas cuci tangan mendasar dan setengah dari sekolah tersebut tidak memiliki layanan sanitasi dan air yang mendasar.

"Akses ke air, sanitasi, dan layanan kebersihan penting untuk pencegahan dan pengendalian infeksi yang efektif di semua lini, termasuk sekolah," kata Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO.

Maka dari itu, laporan tersebut meminta agar pemerintah di semua negara berusaha untuk mengendalikan penyebaran COVID-19 dengan menyeimbangkan kebutuhan untuk menerapkan aksi kesehatan masyarakat bersamaan dengan dampak sosial dan ekonomi terkait tindakan pembatasan kegiatan.

Mereka menyatakan bahwa ada banyak bukti dampak negatif dari penutupan sekolah yang berkepanjangan terhadap keselamatan, kesejahteraan, dan pembelajaran anak-anak.

"Ini harus menjadi fokus utama dari strategi pemerintah untuk pembukaan dan operasional kembali sekolah selama pandemi COVID-19 global sedang berlangsung," kata Tedros.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.