Sukses

Filosofi KB 4 Anak di Bali, Kepala BKKBN: Tidak Semua Orang Sanggup

Terkait filosofi KB punya 4 anak di Bali, Kepala BKKBN Hasto Wardoyo mengungkapkan, tidak semua orang sanggup.

Liputan6.com, Jakarta Filosofi Keluarga Berencana (KB) dengan punya empat anak di Bali menjadi salah satu perhatian menarik bagi Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo. Anjuran memiliki empat anak tertuang dalam instruksi Gubernur Bali hadir dalam aturan bernomor 1545 Tahun 2019 Tentang Sosialisasi Program Keluarga Berencana (KB) Krama Bali.

Instruksi tersebut untuk menghormati hak reproduksi krama Bali dan melestarikan kearifan lokal secara turun temurun. Di Bali, ada urutan kelahiran anak yang awalannya diberi nama Wayan (Gede, Putu, Ni Luh), Made (Nengah, Kadek), Nyoman (Komang), dan Ketut.

Program KB dua anak yang digaungkan secara nasional membuat nama Komang (Anak ketiga) dan Ketut (Anak keempat) semakin jarang ditemukan di Bali. Adanya anjuran empat anak di Bali juga mewujudkan krama Bali yang unggul dan keluarga berkualitas.

"Benar sekali di Bali begitu. Saya sudah ketemu sama Pak Gubernur Bali dan diskusi dengan beliau. Kalau menurut saya begini, hampir 5 persen kurang lebih pasangan suami istri itu enggak punya anak, ada yang punya anak satu," ujar Hasto saat sesi Workshop Online Tentang Kita bagi Pendidik Sebaya (PS), Jumat (26/6/2020).

"Ketika ada (pasutri) yang enggak punya anak, kemudian ada yang hanya anaknya satu. Lalu, ada yang punya anaknya empat atau tiga, jika dirata-ratakan menjadi 2,1 atau 2 anak. Itu kan masih tidak bertentangan dengan program pemerintah, dua anak lebih. Saya sampaikan pada Bapak Gubernur demikian, jika masih tetap mengikuti program pemerintah dengan rata-rata punya anak dua."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tidak Semua Sanggup Punya Anak 4

Hasto menambahkan, yang paling penting bahwa tidak semua pasangan suami istri sanggup untuk mempunyai anak empat. Kita melihat banyak daerah yang miskin.

"Kalau disuruh punya anak tiga atau empat berat, paling dijawab 'Boro-boro 4 Pak, punya anak dua atau tiga saja saya sudah berat.' Banyak yang begitu. Ya, karena tidak semua orang mampu. Ini penting sebagai kepala daerah untuk diperhatikan," tambahnya.

"Saya juga pernah selama 7 tahun jadi Bupati Kulon Progo. Saya merasakan, 'Oh ada warga yang berat kalau punya anak tiga.' Itu dari sisi ekonominya."

Dari sisi biologis, punya dua anak lebih sehat sebagaimana yang digaungkan pemerintah berdampak pada kesehatan.

"Semua jurnal penelitian di seluruh dunia secara statistik review membuktikan bahwa anak kedua dibandingkan anak ketiga dan keempat, kematian bayi lebih tinggi pada anak ketiga, keempat, kelima dan seterusnya. Kematian ibunya lebih tinggi saat melahirkan anak ketiga, keempat, kelima," Hasto menjelaskan.

3 dari 3 halaman

Saksikan Video Menarik Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.