Sukses

Alasan Ibuprofen Diklaim Memperburuk Kondisi Pasien COVID-19

Ibuprofen disebut Menkes Prancis memperburuk infeksi pasien COVID-19.

Liputan6.com, Jakarta Penggunaan ibuprofen untuk pasien COVID-19 menjadi sorotan usai beberapa pihak menyatakan bahwa obat tersebut bisa memperburuk kondisi pasien yang terinfeksi virus Corona SARS-CoV-2.

Menteri Kesehatan Prancis Oliver Veran, misalnya. Dalam sebuah unggahannya di media sosial Twitter beberapa waktu lalu, Veran, yang juga dokter saraf, mengatakan bahwa anti-inflamasi seperti ibuprofen dan cortisone bisa memperburuk infeksi pada pasien COVID-19.

"Jika ada demam, ambilah parasetamol. Jika Anda telanjur mengonsumsi obat anti-inflamasi, mintalah saran dokter," tulis Veran seperti dikutip dari The Guardian pada Kamis (19/3/2020).

Otoritas kesehatan juga mengatakan bahwa obat anti-inflamasi berisiko bagi mereka yang memiliki penyakit menular, karena cenderung mengurangi respons sistem kekebalan tubuh.

Simak juga Video Menarik Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Rekomendasi WHO dan Sanggahan

Juru bicara World Health Organization Christian Lindmeier mengatakan kepada awak media di Jenewa bahwa pernyataan tersebut sedang diselidiki lebih lanjut.

"Sementara itu, kami merekomendasikan penggunaan parasetamol dan jangan menggunakan ibuprofen sebagai pengobatan mandiri. Itu penting," kata Lindmeier seperti dikutip dari France24.

Namun, kontributor medis CBS News, dokter David Agus mengatakan bahwa klaim tersebut tidak benar.

"Itu tidak benar. Tidak masalah untuk mengambil Tylenol, tidak apa-apa untuk mengambil ibuprofen. Tidak ada hubungannya keparahan dalam gejala virus," kata Agus seperti dikutip dari CBS News.

Dia menambahkan, hingga saat ini belum ada data yang menunjukkan bahwa herbal, suplemen, atau vitamin tertentu yang benar-benar mencegah virus Corona COVID-19. Agus tidak ingin orang-orang mengklaim bahwa dirinya terlindungi hanya karena menggunakan satu obat-obatan tertentu.

"Saya ingin mereka menyadari bahwa social distancing (jarak sosial), meskipun itu tidak seksi dan tidak seperti pil dalam botol, itu adalah satu-satunya hal yang benar-benar bekerja melawan virus yang buruk ini," kata Agus.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.