Sukses

Mayoritas Korban Aksi 22 Mei yang Dirawat Usia Muda

Mayoritas korban aksi 22 Mei 2019 yang dirawat di rumah sakit berusia muda.

Liputan6.com, Jakarta Per 23 Mei 2019, tercatat ada 737 demonstran yang mengikuti aksi 22 Mei yang dirawat di sejumlah rumah sakit di Jakarta. Beberapa korban mengalami cerdera serius dan harus mengalami tindakan operasi tapi sebagian besar korban menjalani rawat jalan.

Menurut rilis yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan RI, demonstran aksi 22 Mei 2019 yang paling banyak di rawat di rumah sakit sebagian besar berusia muda. Terbanyak 20-29 tahun berjumlah 294 orang disusul 10-19 tahun ada 170 orang. Lalu, rentang usia 30-39 ada 114 orang.

Perawatan yang dilakukan di beberapa fasilitas kesehatan yang ada di Jakarta. Diantaranya RS Pelni, RS Abdi Waluyo, RSUD Tarakan, RSAL Mintoharjo, RS Budi Kemuliaan, RSUD Tanah Abang, RSCM, Posko Lapangan, RS Dharmais, RS Siloam kebon jeruk, IGD MMC, RS Patria IKKT, RS Medika Permata Hijau, RSPAD Gatot Subroto, RSUD Pasar Rebo, RS Polri, dan Puskesmas Kembangan.

Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kemenkes RI, Bambang Wibowo bersama Kepala Dinas Kesehatan DKI, Widyastuti ke RS Pelni juga sempat mengunjungi korban yang dirawat di RS Pelni. Bambang mengatakan pasien sudah ditangani dengan baik.

Alhamdulillah, seluruh pasien baik rawat jalan dan rawat inap termasuk pasien yang dilakukan operasi tertangani dengan baik,” kata Bambang dikutip Jumat (24/5/2019).

Hingga kemarin (23/5/2019), masih ada empat pasien yang dirawat di Intensive Care Unit (ICU) dan High Care Unit (HCU) RS Pelni. Mereka perlu perawatan intensif karena 3 pasien pasca laparotomi karena luka serius di perut memerlukan tindakan operasi serta 1 orang terkena penyakit jantung.

 

Saksikan juga video menarik berikut

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tenaga Kesehatan Harus Siaga Bertugas Saat Darurat

Menindaklanjuti kesiapsiagaan tenaga kesehatan, Menteri Kesehatan RI Nila Moeloek mengatakan jajaran kesehatan memang harus selalu siap on site maupun on call bertugas dalam keadaan darurat. Baik itu kebencanaan atau pelayanan massal.

“Kalaupun ada edaran ataupun ajakan untuk lebih siap lagi, hanya untuk mengingatkan dan memastikan semuanya siap. Tidak ada tendensi politik apapun, politik kesehatan adalah pelayanan kepada masyarakat secara maksimal untuk derajat kesehatan yang lebih baik,” kata Nila.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.