Sukses

Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

LanjutkanStop di Sini

Tak Cuma Stres, Disfungsi Ereksi Bisa Muncul karena Genetik

Ilmuwan menemukan kaitan antara variasi DNA tertentu dengan munculnya kondisi disfungsi ereksi pada pria

Liputan6.com, Jakarta Disfungsi ereksi merupakan salah satu kondisi yang banyak ditakuti pria. Hal ini jelas mengganggu mereka yang ingin memiliki hubungan rumah tangga yang tetap intim.

Ada beberapa kemungkinan penyebab disfungsi ereksi. Beberapa di antaranya adalah obat hipertensi, berat badan berlebih, hingga stres.

Namun, bagaimana seandainya "bibit" disfungsi ereksi sudah ada sejak lama di dalam tubuh Anda? Lebih tepatnya pada beberapa pria dengan variasi DNA tertentu.

Melansir Men's Health pada Rabu (21/11/2018), sebuah penelitian yang dipublikasikan jurnal PNAS menemukan kaitan antara kedua hal tersebut. Mereka mempelajari 37 ribu orang Amerika yang menawarkan diri secara sukarela untuk studi ini.

Simak juga video menarik berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Variasi kromosom

Para peneliti dari perusahaan asuransi kesehatan dan perawatan medis Kaiser Permanente melihat catatan medis dari para partisipan tersebut. Peserta juga diminta mengisi survei kesehatan seksual dan dianalisis apakah mereka didiagnosis disfungsi ereksi atau mendapat perawatan karena kondisi tersebut,

Mereka menemukan, orang-orang dengan variasi pada kromosom keenam mereka, yang ditemukan di dekat gen SIM1, memiliki 26 persen risiko disfungsi ereksi lebih tinggi. Beberapa faktor risiko lain seperti obesitas dikesampingkan.

Para peneliti telah lama menduga bahwa disfungsi ereksi disebabkan oleh genetika. Temuan ini membantu ilmuwan untuk mengembangkan perawatan yang lebih baik dengan menargetkan genetika.

 

3 dari 3 halaman

Perawatan berbasis genetik

"Mengidentifikasi faktor risiko genetik pertama untuk disfungsi ereksi adalah penemuan yang menarik karena membuka pintu untuk penyelidikan ke dalam terapi baru berbasis genetik," ujar penulis utama Eric Jorgenson, ilmuwan di Kaiser Permanente Northern California's Division of Research.

Jorgenson mengatakan, sekitar 50 persen pria tidak merespon ketika menggunakan obat disfungsi ereksi saat ini. Menurut laporan BBC, jika pria mengalami kondisi ini karena testosteron rendah, viagra tidak memperbaiki apa pun.

Untuk saat ini, pria dengan disfungsi ereksi disarankan untuk memiliki kegiatan yang lebih sehat. Kelebihan berat badan, merokok, serta konsumsi alkohol bisa memperburuk kondisi. Selain itu, sebelum mengonsumsi obat-obatan, ada baiknya Anda berkonsultasi dengan dokter.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.