Sukses

Tiga Gadis Paskibraka Nasional 2018 Bukan Generasi Micin

Mereka sudah tidak mengonsumsi makanan tinggi micin jauh sebelum ikut seleksi Paskibraka 2018 Tingkat Nasional

Liputan6.com, Jakarta Pola makan teratur dengan tidak mengonsumsi makanan tinggi lemak, garam, gula, dan micin sudah menjadi kebiasaan bagi tiga orang calon Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) 2018 tingkat nasional ini.

Nur Hikmah Ramadhani dari Aceh, misalkan. Ketika duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP), Hikmah boleh dibilang sebagai penggemar mi instan garis keras. Rasa suka sirna setelah dokter mendiagnosisnya bermasalah pada lambung.

"Setelah terkapar, orangtua mulai menasehati lagi. Padahal dulu mereka berkali-kali mengatakan bahwa makanan itu enggak enak, dan memang enggak baik buat dimakan, tapi aku ngeyel," kata Paskibraka putri kelahiran Singkil, 28 November 2002.

Begitu menjadi anak SMA, Hikmah tak pernah lagi menyentuh makanan yang mengandung micin dan garam berlebih. Pola makan sehari-hari berubah drastis, lebih teratur dan makan banyak sayur serta buah.

"Tubuh saya jadi tidak kaget waktu saya mau ikut Paskibraka ini," kata Hikmah.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Paskibraka 2018 Wakil Gorontalo Tidak Makan Micin karena Orangtua

Hal senada diungkapkan Tiara Syahia Mustafa, Paskibraka Nasional perwakilan Gorontalo. Tiara, mengatakan, orangtuanya punya peraturan ketat soal yang satu ini, "Sebulan tidak boleh (mengonsumsi) lebih dari lima kali."

Bukan karena pernah sakit seperti Hikmah, tapi ayah dan ibu Tiara merupakan orang-orang yang berkecimpung di ranah kesehatan.

"Ayah itu bagian promosi kesehatan di Puskesmas tempat tinggalku, dan ibu adalah perawat," kata Paskibraka yang gemar menonton film horor ini.

Sejak Tiara kecil, sudah terbiasa dengan pola makan yang tidak cuma teratur, tapi juga sehat. Menurut Tiara, dia dibesarkan dari keluarga yang memberi contoh, bukan memaksa. 

"Pola makan diatur sedemikian rupa agar saya tidak dibiasakan makan makanan tinggi micin," kata siswi MAN 1 Gorontalo ini kepada Diary Paskibraka.

"Ayah dan ibu selalu berpesan, tidak ada gunanya makan makanan seperti itu, juga tidak baik untuk kesehatan," kata gadis kelahiran Gorontalo, 22 Desember 2002.

Menurut Tiara, itu juga yang membuat dia sehat-sehat saja sampai sekarang. Bahkan di asrama, Tiara termasuk orang yang jarang sekali mengeluh sakit dari hari pertama Diklat Paskibraka 2018.

"Karena memang di rumah terbiasa makan makanan sehat, seperti tempe, tahu, dan sayur," katanya.

 

3 dari 3 halaman

Kata Paskibraka Nasional dari Bengkulu

Sementara, Anggita Puput Pramugita dari Bengkulu melakukan hal serupa karena takut setelah membaca semua informasi mengenai micin.

Puput, mengatakan, berdasarkan informasi yang dia dapat, banyak yang bilang micin bisa bikin bodoh. Dia menjadi takut untuk terlalu sering makan mi instan atau jajan makanan ringan yang banyak dijual di warung.

"Jadi takut gitu aku," kata Paskibraka penggila novel fiksi remaja.

Paling kalau sedangan pengin banget, Paskibraka yang merupakan siswi SMA N 1 Bengkulu Selatan ini hanya mencicipi sedikit. "Dalam sebulan paling cuma sekali atau tidak sama sekali," kata Puput.

Puput, mengaku, lidah jadi biasa saja biarpun tidak sering merasakan 'kenikmatan' micin.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini