Sukses

Mudah Merasa Jijik? Ternyata Bermanfaat bagi Kesehatan

Sebuah studi di Inggris mengungkap, rasa jijik yang dipicu oleh kondisi atau hal tertentu membantu kita menghindari penyakit.

Liputan6.com, Jakarta Kamu mudah merasa jijik jika melihat atau menemukan benda-benda atau lingkungan yang dianggap kotor? Ternyata hal itu memiliki manfaat bagi kesehatan.

Sebuah studi di Inggris mengungkap, rasa jijik yang dipicu oleh kondisi atau hal tertentu membantu kita menghindari penyakit. Studi yang dimuat dalam edisi spesial Philosophical Transactions of the Royal Society itu melibatkan 2.500 partisipan. Mereka disurvei oleh London School of Hygiene & Tropical Medicine (LSHTM) di Inggris.

Para peneliti mengembangkan manfaat dari rasa jijik yang timbul pada individu. "(Studi) menunjukan, rasa jijik itu terstruktur, dapat dikenali dan merespons ancaman infeksi untuk melindungi kita," ujar Profesor Val Curtis, penulis senior di LSHTM.

"Pola perilaku menghindar dari penyakit ini sangat tampak pada hewan sehingga hal itu menggiring kami mempercayai bahwa kebiasaan tersebut telah ada sejak dulu dan berevolusi. Dengan memahami lebih jauh mengenai rasa jijik bisa memberi sudut pandang baru terhadap mekanisme perilaku menghindari dari penyakit dan membantu kami mengembangkan metode baru untuk menjaga lingkungan dan diri sendiri tetap sehat," jelasnya.

Dalam studi, para responden online dihadapkan pada beberapa skenario "menjijikkan" seperti orang dengan infeksi, kulit melepuh, individu yang dikerubungi serangga, mendengar bersin, dan lainnya. Masing-masing responden diminta untuk memberi nilai pada tingkatan rasa jijik yang mereka rasakan, melansir laman Medical Daily, Senin (11/6/2018). 

 

Saksikan juga video berikut ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Telah ada sejak zaman nenek moyang

Hasil studi menunjukkan, gender atau jenis kelamin berperan besar pada reaksi jijik yang timbul. Studi terdahulu mengungkap, pria umumnya lebih mudah berhadapan dengan perilaku berisiko dibandingkan wanita.

Para peneliti juga menemukan, pemicu rasa jijik terhadap beberapa jenis ancaman penyakit menular telah ada sejak zaman nenek moyang.

"Meski kami hanya mampu memahami bagaimana penyakit ditularkan pada abad ke-19, jelas dari hasil studi ini bahwa orang memiliki intuisi untuk menghindari penyakit yang ada di lingkungan mereka. Evolusi panjang kita dengan penyakit telah 'terhubung' dengan intuisi terhadap penyebab infeksi," ujar rekan peneliti Michael de Barra yang juga pengajar psikologi di Brunel University, London.

Rasa jijik yang muncul memiliki kaitan erat dengan aksi untuk menghindar dari penyakit.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.