Sukses

Gegar Otak Bisa Sebabkan Parkinson, Apa Iya?

Sebuah penelitan menunjukkan gegar otak akibat benturan di kepala bisa menyebabkan seseorang memiliki risiko mengalami Parkinson dengan persentase 56 persen.

Liputan6.com, Jakarta Sebagian orang mungkin pernah mengalami benturan di kepala yang menyebabkan cedera otak traumatik atau gegar otak. Sebuah penelitian menunjukkan seseorang yang mengalami gegar otak ringan memiliki risiko penyakit parkinson sebanyak 56 persen.

Dilansir dari Tech Times, Senin (23/4/2018), penelitian dilakukan pada 300.000 veteran Amerika Serikat yang mengalami gegar otak. Akan tetapi temuan ini justru menjadi perdebatan di kalangan peneliti.

Salah seorang peneliti, Dr Raquel Gardner, mengatakan, cedera kepala bukanlah jaminan seseorang mengalami parkinson. Dia mengatakan para veteran yang diuji dalam penelitian tersebut tidak mengalami gangguan neurologis degeneratif. Padahal, parkinson merupakan penyakit yang menyerang sistem saraf pusat dalam jangka panjang.

"Lebih dari 40 persen orang dewasa mengalami cedera otak traumatik. Maka, temuan ini pasti mengkhawatirkan," ujar Gardner.

Selain Gardner, Wakil Presiden Michael J. Fox Foundation untuk Riset terkait Parkinson, Dr Rachel Dolhun pun membantah temuan tersebut. Menurutnya, kemungkinannya sangat kecil seseorang yang mengalami cedera otak traumatik menderita parkinson.

"Mengalami cedera otak traumatik tidak secara definitif sama dengan penyakit parkinson. Risikonya masih sangat kecil," kata Dolhun menegaskan.

Cedera otak traumatik terjadi pada seseorang yang mengalami benturan benda tumpul di kepalanya. Hal tersebut dapat mengakibatkan pendarahan, memar, atau kerusakan fisik berat lainnya ke otak, bahkan kematian.

Sedangkan cedera otak traumatik atau gegar otak ringan menyebabkan sakit kepala, pusing, kelelahan, dan mual.

 

Saksikan juga video berikut ini :

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dua orang terkenal ini mengalami parkinson

Meski hasil penelitian masih diperdebatkan, hal tersebut dapat memberikan pemikiran baru bagi para ahli mengenai gangguan yang dialami oleh mereka yang menderita parkinson dan gegar otak.

Dua orang terkenal pun pernah mengalami hal tersebut, yaitu petinju legendaris Muhammad Ali dan Michael J. Fox.

Legenda tinju Muhammad Ali mulai menunjukkan gejala parkinson sejak berusia 38, tapi baru didiagnosis secara resmi pada umur 42 tahun. Hal ini membuat Ali bersama dengan Michael J. Fox, yang juga didiagnosis pada usia 29, kemudian bekerjasama untuk menemukan obat dari gangguan tersebut.

Meski belum ada obat yang dikembangkan guna memerangi penyakit tersebut, para peneliti menyarankan diet dan gaya hidup sehat menjadi cara terbaik untuk mencegah penyakit degeneratif.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.