Sukses

Alergi Cokelat, Seperti Apa Gejala dan Cara Penyembuhannya?

Ada beberapa strategi yang harus dihindari jika Anda alergi cokelat, simak lebih detail penjelasan dokter berikut ini.

Liputan6.com, Jakarta Cokelat kerap dijadikan sebagai simbol kasih sayang di hari Valentine. Bukan hanya pada pasangan, tapi juga pada orang-orang tersayang lainnya.

Hampir semua orang suka cokelat, terutama anak-anak. Apalagi cokelat bisa merangsang hormon yang membuat bahagia. Tapi, ada juga orang yang alergi cokelat.

Cokelat mengandung sejumlah bahan seperti bubuk cokelat, susu, gula, dan lemak. Menurut penuturan dr. Nadia Octavia, seperti dikutip dari KlikDokter, Selasa (20/2/2018), penyebab alergi cokelat bisa berasal dari biji cokelat itu sendiri atau dari susu. Jika pemicunya adalah biji cokelat, beberapa gejala yang dapat timbul antara lain:

1. Biduran

2. Sulit bernapas

3. Pembengkakan pada lidah, bibir, dan tenggorokan

4. Batuk atau mengi

5. Mual dan muntah

6. Nyeri perut

Lebih lanjut, gejala-gejala tadi bisa berkembang menjadi reaksi anafilaksis yang mengancam nyawa jika tidak ditangani segera.

Sesungguhnya, alergi murni terhadap bahan cokelat saja sangat jarang terjadi. Menurut dr. Rio Aditya, dari KlikDokter, terdapat beberapa bahan makanan yang sering menimbulkan reaksi alergi, yaitu telur, susu sapi, kacang-kacangan, ikan, udang, dan kerang.

Jadi, apabila Anda mengalami reaksi alergi setelah menyantap makanan berbahan cokelat, ada kemungkinan bukan berasal dari cokelat, tetapi dari bahan lainnya.

 

Simak juga video menarik berikut :

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Gejala alergi cokelat akibat susu

Jika penyebab alergi cokelat adalah susu yang terkandung dalam cokelat, Nadia memaparkan gejala dapat muncul dalam waktu 1 jam hingga beberapa hari setelah mengonsumsi cokelat. Gejala-gejalanya sebagai berikut:

1. Rasa tidak nyaman di perut

2. Produksi lendir di hidung dan paru.

3. Ruam kulit atau biduran

4. Batuk

5. Kram perut

6. Diare

Pada beberapa cokelat, terkadang mengandung kacang. Orang yang alergi pada kacang akan mengalami gejala seperti:

Pertama, reaksi di kulit seperti ruam, gatal, dan eksim.

Kedua, gangguan saluran cerna seperti nyeri perut, kram perut, kembung, dan begah.

Ketiga, gejala asma seperti: sesak atau batuk.

Untuk mencegah alergi cokelat, Nadia menyarakan agar Anda harus membaca terlebih dahulu label produk makanan dan minuman sebelum mengonsumsinya.

"Saat makan di restoran, mintalah menu makanan yang tidak mengandung bahan pencetus alergi Anda. Cokelat tak hanya ada dalam bentuk permen atau cokelat batangan saja, tetapi juga sejumlah minuman seperti kopi, soda, atau alkohol," beri tahu Nadia.

Ia juga menganjurkan agar penderita alergi cokelat dapat melakukan tes alergi untuk memastikan apakah Anda memiliki pencetus alergi lainnya selain cokelat atau tidak. Kasus alergi dapat berlangsung hebat dan mengancam jiwa jika terjadi komplikasi.

3 dari 3 halaman

Mengenal alergi cokelat

Bagaimana membedakan tanda-tanda alergi cokelat dengan alergi makanan lainnya? Menurut Rio, Anda perlu tahu terlebih dahulu bahwa terdapat beberapa jenis alergi terhadap paparan alergen. Pertama, reaksi langsung dan kedua, reaksi intoleransi.

Reaksi langsung dapat berupa gatal-gatal pada daerah sekitar mulut dan kulit, kemudian migrain, batuk-batuk, bengkak di tubuh (terutama kelopak mata, bibir, dan jari-jari), serta bentuk yang lebih berat seperti sesak napas.

Sementara itu, reaksi intoleransi adalah reaksi dari sistem pencernaan tubuh setelah terjadi paparan terhadap alergen—dalam hal ini kita berbicara mengenai cokelat.

Di dalam cokelat, sambung Rio, terdapat beberapa bahan kimia seperti tiramin, feniletilamin, pewarna, dan penyedap rasa. Jadi, reaksi yang muncul diawali dengan perut seperti kram atau melilit atau mules, yang bisa menyebabkan diare atau konstipasi.

Apakah Anda alergi cokelat? Rio menyatakan minum susu cokelat atau kue brownies bukan cara terbaik untuk mengetahui apakah Anda benar-benar memiliki alergi cokelat atau tidak. Cara yang disarankan adalah dengan melakukan tes alergi.

Selain itu terdapat pula cara lain yang lebih mudah tetapi lebih berisiko untuk mengetahuinya, yaitu dengan tes provokasi.

Tes provokasi dilakukan dengan sengaja memaparkan diri terhadap alergen tertentu dan melihat reaksinya. Tentu tes ini tidak boleh sembarangan dilakukan, dan pastikan ada orang yang mendampingi Anda sehingga jika terjadi reaksi alergi yang berbahaya, dapat segera dibawa ke rumah sakit untuk ditangani.

Jika penasaran apakah Anda alergi terhadap susu sapi atau cokelat, Anda dapat mencoba mengonsumsi susu cokelat terlebih dahulu, dan lihat reaksinya.

Setelah beberapa hari dan seluruh gejala hilang, coba untuk meminum susu sapi tanpa rasa (cokelat, stroberi, dan lainnya) lalu lihat reaksinya. Apabila mengeluarkan reaksi sama, kemungkinan besar Anda bukan alergi terhadap cokelat, tetapi terhadap susu sapi.

Perlu diingat bahwa prosedur ini enggak boleh dilakukan sembarangan. Anda harus berkonsultasi terlebih dahulu kepada dokter.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.