Sukses

Kisah Sri Lestari, 20 Tahun Setia Jadi Guru SLB

Ini kisah guru SLB beserta harapannya terhadap anak berkebutuhan khusus.

Liputan6.com, Jakarta Sebutan guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa memang benar adanya. Hal ini ditunjukkan oleh Sri Lestari, guru yang mengajar anak berkebutuhan khusus (ABK) kelas enam A di SLB Negeri 1 Yogyakarta.

Mengajar sejak Februari 1997, kini Sri sudah mengajar selama 20 tahun. Bagi Sri, mengajar anak-anak berkebutuhan khusus adalah jalan hidup.

Kebahagiaannya pun sederhana, yaitu melihat perkembangan murid-muridnya.

"Dari dulu misalnya kalau masuk kelas itu nendang pintu ya, terus dia itu di atas meja duduk, kadang-kadang di atas meja berdiri," ujar Sri Lestari, mengenang murid-muridnya, dilansir dari video yang diunggah oleh Brilio di Vidio.com.

"Itu sekarang sudah enggak melakukan hal itu, saya sudah senang, ada kemajuan," ujarnya.

Bagi Sri Lestari, kemajuan yang diharapkan bukan hanya di bidang akademik, melainkan dari segi sikap yang lebih penting.

Sri Lestari juga berbagi kisah mengenai perbedaan saat mengajar di Sekolah Luar Biasa (SLB). Menurut dia, guru harus bisa menyesuaikan dengan anak didik.

"Kalau mengajar ke anak umum kan kita harus menuntaskan KIKD-nya. Kalau di sini enggak bisa, kita menyesuaikan," ujarnya.

Sri Lestari menjelaskan, kalau materinya terlalu berat, maka diringankan dan sebaliknya. Dia juga tidak memaksakan semua anak menguasai materi yang diberikan.

"Karena di sini ada anak yang enggak bisa apa-apa, enggak bisa nulis, enggak bisa baca, kan kita yang menyesuaikan. Enggak harus menyesuaikan dengan kurikulum, tapi menyesuaikan dengan anaknya," kata Sri.

Tak hanya itu, Sri Lestari juga berbagi kisah lucu saat mengajar di SLB. Salah satunya setiap kali ada upacara bendera.

"Misalnya si Aldi waktu di TK lho itu, sekarang juga masih suka begitu. Kalau ada upacara dia juga di depan gitu jalan-jalan itu sering, atau ada yang kasih sambutan, murid ikut naik panggung itu biasa," ujar Sri Lestari.

Sebagai guru Sekolah Luar Biasa (SLB), Sri berharap anak-anak berkebutuhan khusus bisa dihargai di masyarakat.

"Ya sebagai anak apa adanya dia, lihat kemampuannya apalah, jangan dilihat kelemahannya terus. Kita sebagai orang normal, kita yang harus memahami, bukan anak yang harus memahami kita," ucapnya.

Sri Lestari berharap murid-muridnya agar mampu belajar mandiri, ibadah dan patuh terhadap orangtua.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.