Sukses

Selama 21 Hari, Kesehatan Jemaah Haji Terus Dipantau Usai Tiba di Tanah Air

Setelah turun dari pesawat, lanjut dia, jemaah haji melewati pemeriksaan kekarantinaan kesehatan.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) akan terus memantau kesehatan jemaah haji Indonesia usai kepulangannya dari Tanah Suci untuk mencegah penularan penyakit MERS-CoV atau virus corona dan penyakit lainnya yang berasal dari Timur Tengah.

Dilansir Antara, Rabu (21/8/2019), Menteri Kesehatan Nila Moeloek berpesan kepada jemaah haji untuk menyimpan Kartu Kewaspadaan Kesehatan Jemaah Haji (K3JH) yang dibagikan petugas kepada jemaah haji setelah turun pesawat.

"Jemaah haji diimbau untuk mengecek kesehatan secara rutin ke Puskesmas untuk mencegah terjadinya penularan penyakit dari Timur Tengah. Selama tiga minggu kartu itu dipegang. Dan jika ada yang sakit, bawa ke Puskemas dan rumah sakit. Kartunya diperlihatkan," ujar Nila.

Dia menjelaskan, K3JH merupakan kartu yang diisi oleh jemaah haji untuk merekam atau mencatat gejala-gejala penyakit yang mungkin timbul selama 21 hari setelah pulang menunaikan ibadah haji.

"Gejala itu di antaranya sakit demam, batuk, sesak napas, diare, perdarahan, dan kaku kuduk. Bila setelah 21 hari di Tanah Air, maka K3JH ini diserahkan atau dikirimkan ke Puskesmas setempat," papar Nila.

Setelah turun dari pesawat, lanjut dia, jemaah haji melewati pemeriksaan kekarantinaan kesehatan.

"Satu per satu jemaah haji diamati suhu tubuhnya dengan alat pemindai suhu tubuh untuk melakukan skrining terhadap kemungkinan penyebaran penyakit yang dapat menimbulkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat (KKM) seperti meningitis, MERS-COV, dan ebola virus," ucapnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kemenkes Siapkan Alat

Menurut Nila, Kemenkes tetap mengawasi kesehatan jemaah haji untuk mencegah terjadinya penularan penyakit seperti MERS-CoV.

"Saat ini, Kemenkes menyiapkan dua alat thermal scanner untuk mendeteksi suhu tubuh jemaah yang mendarat melalui Bandara Soekarno Hatta," kata dia.

Nila menyebut, apabila ada jemaah haji yang terdeteksi suhu tinggi atau demam, maka akan dilakukan isolasi dan observasi. Sampai saat ini belum ditemukan jemaah haji yang terdeteksi memiliki suhu tubuh yang tinggi.

"Hingga hari ke-44 operasional pelaksanaan layanan haji atau pada Senin, 19 Agustus, jumlah jemaah haji yang wafat sebanyak 243 orang," terangnya.

Sementara, jemaah yang masih dirawat di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah sebanyak 174 jemaah dari 1.564 jemaah yang dirawat di KKHI Makkah.

Sementara di KKHI Madinah sebanyak 416 orang yang dirawat sudah kembali atau sembuh. Selain di KKHI, Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS) Madinah masih merawat sebanyak 3 orang dan 219 orang di rawat di RSAS Makkah. Kementerian Kesehatan tetap akan mendampingi jemaah haji yang masih dirawat di Arab Saudi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.