Sukses

Teori Konspirasi: Mencurigakan, CIA Ingin Kontrol Cuaca Dunia...

Pertanyaannya, buat apa lembaga mata-mata itu ikut campur soal cuaca?

Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (CIA) ambil bagian dalam proyek bernilai US$ 600 ribu atau Rp 6 miliar, untuk mencari tahu apakah geoengineering atau perekayasaan kebumian bisa digunakan untuk mengontrol cuaca dunia.

CIA mendukung studi yang dilakukan  National Academy of Sciences (NSA) yang menyelidiki apakah manajemen radiasi matahari dan penghapusan karbon dioksida -- bisa digunakan untuk mengatasi dampak perubahan iklim.

Khususnya, untuk melihat potensi dampak penerapan teknologi tersebut, untuk lingkungan, ekonomi, maupun keamanan nasional.

Geoengineering sendiri adalah ide kontroversial, yang melibatkan manipulasi dan intervensi sengaja dan besar-besaran iklim bumi guna melawan efek pemanasan global -- termasuk mengubah cuaca dunia.

Salah satu tekniknya adalah manajemen radiasi matahari, untuk saat ini, masih sekedar teori. Idenya adalah untuk memantulkan sinar matahari dalam upaya untuk memblokir radiasi inframerah, yang bagi sejumlah ilmuwan, adalah cara untuk mencegah kenaikan suhu bumi.

Pertanyaannya, buat apa lembaga mata-mata itu ikut campur soal cuaca?

Kepada situs media AS, Mother Jones, CIA memberi penjelasan. "Wajar dalam subyek seperti perubahan iklim, CIA akan bekerja sama dengan para ilmuwan untuk memahami lebih baik fenomena tersebut dan implikasinya pada keamanan nasional," demikian pernyataan juru bicara CIA seperti dimuat Opposing Views, Selasa (23/7/2013).

Dan setelah studi ini rampung, CIA berjanji akan membeberkan hasilnya. "Tak ada hal jahat yang dilakukan."

Teori Konspirasi

Namun, menurut situs Opposing Views, langkah CIA ini melahirkan banyak teori konspirasi, Seperti yang dikabarkan The Independent. Manipulasi cuaca bahkan sangat kontroversial di AS, setelah para pengritik menduga tornado besar yang melanda kota-kota seperti Oklahoma, sebenarnya sengaja dibuat oleh pemerintah AS menggunakan antena HAARP di Alaska.

Versi resminya, HAARP adalah usaha ilmiah yang ditujukan untuk mempelajari sifat dan perilaku ionosfer (lapisan teratas atmosfer). Terutama, untuk meningkatkan sistem komunikasi dan sistem pengawasan, baik untuk kepentingan sipil maupun pertahanan.

Sebaliknya, ilmuwan, Rosalie Bertell, dalam laman Baltimore Chronicle, mengatakan HAARP seperti "raksasa pemanas' yang dapat menyebabkan gangguan besar dalam ionosfer, menciptakan tidak hanya lubang, tapi sayatan panjang di lapisan pelindung Bumi yang mencegah radiasi mematikan.

Sebelumnya, banyak tudingan menduga Pemerintah AS telah melakukan kontrol cuaca, termasuk rumor percobaan menaburkan bibit awan selama Perang Vietnam -- dengan cara menyemprotkan zat-zat ke udara, untuk memproduksi awan buatan yang bisa memicu hujan atau salju.

Juga dilaporkan, Pemerintah China melakukan hal serupa, menabur bibit awan di wilayahnya yang menderita kekeringan parah, memaksa hujan turun.

Pun saat pembukaan ajang Olimpiade 2008 di Beijing, untuk memindahkan hujan ke wilayah lain. China juga diduga menembakkan kristal yodium menjadi awan hujan, untuk memastikan cuaca buruk tidak merusak ajang internasional itu. (Ein/Yus)


* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.