Sukses

Wanita Asal Michigan AS Tinggal di Rooftop Toko Kelontong, Baru Ketahuan Setelah 1 Tahun

Banyak tunawisma tak punya pilihan untuk mendapatkan tempat tinggal. Bahkan mereka bisa saja tinggal di tempat-tempat yang tidak umum, seperti rooftop toko.

Liputan6.com, Washington, DC - Seorang wanita di Michigan, Amerika Serikat (AS), ditemukan tinggal di rooftop sebuah toko kelontong bernama "Family Fare". Jika dilihat dari luar, rooftop ini berada di balik papan nama toko tersebut.

Ia diketahui tinggal di sebuah ruangan kecil yang dilengkapi lantai, mesin pembuat kopi dan computer.

Wanita berusia 34 tahun yang tidak disebutkan namanya itu masih belum secara resmi didakwa atas pelanggaran yang ia lakukan.

Juru Bicara Departemen Kepolisian Midland Brennon Warren menyebutnya telah tinggal di sana selama sekitar satu tahun.

Dilansir Straits Times, Rabu (15/5/2024), Warren mengatakan bahwa polisi pertama kali dihubungi oleh salah satu staf toko pada 23 April 2024 sekitar pukul 14.00 waktu setempat, setelah seorang kontraktor yang sedang berada di rooftop toko menemukannya.

Masih belum jelas bagaimana wanita itu bisa masuk dan berdiri ke ruangan tersebut. Warren memperkirakan tinggi bangunan tersebut antara 4,5 hingga 6 meter, sementara ruangan tempat wanita itu tinggal tingginya sekitar 1,8 hingga 2,4 meter.

Wanita tersebut pun diberitahu bahwa ia tidak diizinkan tinggal di sana, sehingga ia segera pergi dari sana.

Selain lantai, mesin kopi dan komputer, wanita itu juga memiliki sejumlah perabot lain seperti meja kecil, printer dan area dapur kecil.

"Saya pribadi belum pernah menghadapi situasi seperti ini, begitu pula rekan-rekan saya," kata Warren.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Menolak Layanan Tunawisma

Wanita tersebut juga telah diberikan informasi terkait layanan tunawisma di daerah tersebut, namun dia menolaknya.

SpartanNash, perusahaan yang mengoperasikan Family Fare, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka "bangga dengan rekanan kami yang menanggapi situasi ini dengan penuh kasih sayang dan profesionalisme".

"Memastikan tersedianya perumahan yang aman dan terjangkau terus menjadi permasalahan yang tersebar luas di seluruh negeri sehingga komunitas kita perlu bermitra untuk menyelesaikannya. Untuk menghormati privasi individu yang terlibat, kami tidak akan memberikan komentar lebih lanjut," lanjut pernyataan tersebut.

3 dari 3 halaman

Meningkatnya Jumlah Tunawisma

Saralyn Temple, direktur eksekutif di Midland’s Open Door, sebuah tempat penampungan krisis dan dapur umum, mengatakan bahwa organisasinya telah melihat peningkatan jumlah orang yang mencari bantuan "dalam berbagai cara".

Temple menjelaskan bahwa pada tahun 2023, organisasi tersebut secara rutin melihat sekitar 40 orang datang untuk makan siang.

"Sekarang kita melihat generasi 50-an setiap hari saat makan siang," katanya.

"Kenyataannya adalah, masyarakat tinggal di tempat yang sangat unik," lanjut Temple.

"Meskipun tinggal di Family Fare adalah hal yang sensasional, itu bukanlah sesuatu yang baru bagi kami yang bekerja dengan komunitas tunawisma," katanya menambahkan.

Organisasinya setiap minggu menerima laporan bahwa banyak orang yang tinggal di tenda dalam hutan, di mobil, bahkan di unit penyimpanan.

"Jadi orang-orang melakukan segala hal yang sama sekali tidak aman," tambahnya.

Temple juga mengatakan bahwa hidup di bawah garis kemiskinan seringkali membuat masyarakat "tidak terlihat" dan bahkan menutupi besarnya masyarakat terhadap tempat tinggal dan makanan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.