Sukses

Mengenal Cassini, Misi Saturnus Berambisi Temukan Tanda Kehidupan

Cassini adalah salah satu upaya paling ambisius yang pernah dilakukan dalam eksplorasi planet.

Liputan6.com, Jakarta - Cassini menjadi salah satu misi Saturnus yang dimulai pada 1997. Pesawat ruang angkasa Badan Penerbangan dan Antariksa (NASA) meluncurkan Cassini dari Cape Canaveral, Florida.

Dikutip dari laman Space pada Selasa (16/04/2024), Cassini adalah salah satu upaya paling ambisius yang pernah dilakukan dalam eksplorasi planet. Misi dilakukan NASA bersama Badan Antariksa Eropa (ESA), dan badan antariksa Italia (ASI).

Pesawat ruang angkasa sekaligus robot canggih itu dikirim untuk mempelajari Saturnus dan sistem cincin dan bulannya yang kompleks. Sebelumnya detail Saturnus belum pernah terlihat.

Cassini yang membawa robot pemantau yang disebut Huygens. Huygens yang dibangun oleh ESA diterjunkan menggunakan parasut ke permukaan bulan terbesar Saturnus, Titan pada Januari 2005.

Hal ini adalah pendaratan terjauh yang pernah dilakukan di tata surya kita hingga saat ini. Saat mendarat ke permukaan Titan, Huygens mengirim gambar spektakuler dan hasil sains lainnya selama dua setengah jam menuruni atmosfer Titan yang berkabut.

Ia berhenti di tengah bongkahan es bundar di dataran yang lembab dengan metana cair. Dalam waktu yang singkat itu, Huygens mengirim sekitar 700 gambar.

Namun karena terdapat kesalahan dalam transmisi dan perangkat lunak, 350 gambar di antaranya hilang. Dengan gambar itu, diketahui Titan memiliki hujan, sungai, danau, dan laut.

Semua itu diselimuti atmosfer yang tebal dan kaya nitrogen yang mungkin mirip dengan apa yang ada di bumi pada masa lalu. Sementara Cassini tetap melanjutkan misi utamanya mengeksplorasi Saturnus dan bulannya yang lain.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Mengukur Distribusi Partikel

Pada Mei 2005 hingga empat bulan selanjutnya, Cassini mulai mengukur distribusi ukuran partikel yang terdapat di cincin, strukturnya, sekaligus mengeksplorasi atmosfer Saturnus. Berkat itu, terungkap cincin Saturnus terbentuk dari serpihan besar batu dan es yang terbentuk antara 10 hingga 100 juta tahun yang lalu.

Cassini juga berhasil mengukur periode rotasi dari Saturnus, yakni 10 jam, 33 menit, 38 detik. Ia juga berhasil melewati beberapa bulan Saturnus seperti Enceladus, Dione, Phoebe, Rhea, Helene, Methone, Pallene, dan Polyceudes.

Cassini menyelesaikan misi empat tahun awalnya pada Juni 2008. Namun, ia mendapatkan dua kali perpanjangan misi yang memungkinkan tim menggali lebih dalam misteri Saturnus.

Penemuan kunci selama 13 tahun Cassini di Saturnus termasuk lautan besar dengan indikasi kuat aktivitas hidrotermal di Enceladus dan lautan metana cair di Titan. Pada akhir 2016, Cassini memulai misi tambahan kedua kalinya.

Hal ini adalah serangkaian orbit berani mati yang disebut Grand Finale. Cassini akan kehabisan bahan bakar dalam dua tahun ke depan sehingga harus memilih tempat pemakaman yang tepat di Saturnus.

Cassini menghabiskan tujuh tahun transit diikuti oleh 13 tahun mengorbit planet Saturnus. Cassini mengerjakan misi terakhir pada 15 September 2017 hingga akhirnya kehabisan tenaga.

Wahana itu akan pasrah tertarik atmosfer cantiknya Planet Saturnus. Misi Cassini yang dimulai pada 1 Juli 2004 pun berakhir setelah 13 tahun.

Selama beroperasi, Cassini telah memberikan sejumlah gambar menakjubkan di Saturnus. Termasuk kelahiran dari sebuah gunung, merasakan 'lautan alien' dan menyaksikan badai raksasa yang mengelilingi seluruh planet.

Menjelang ajalnya, Cassini masih akan mengirim data-data terbaru tentang komposisi planet.

 

3 dari 3 halaman

Tanda-Tanda Kehidupan di Saturnus

Para ilmuwan menggunakan data dari misi Cassini yang sudah terbang berkali-kali melintasi gumpalan Enceladus dan cincin E Saturnus. Kemudian, penganalisis debu kosmik Cassini mendeteksi mineral dan senyawa organik yang diperlukan untuk kehidupan.

Para ilmuwan menemukan bahan kimia utama kehidupan di Bulan Saturnus bernama Enceladus. Bahan kimia tersebut adalah fosfor.

Ilmuwan pertama kali mendeteksi fosfor dalam butiran es asin yang dilepaskan ke luar angkasa oleh gumpalan yang meletus di antara celah-celah cangkang es Bulan. Lautan ada di bawah permukaan Enceladus yang tebal dan sedingin es dan semburan material secara teratur keluar dari geyser di kutub selatan bulan.

Materi itu tergabung ke dalam cincin E terluar Saturnus. Sebelumnya, peneliti mendeteksi adanya senyawa natrium, kalium, klorin, dan karbonat dalam butiran es yang dikumpulkan dan dianalisis oleh Cassini.

Sekarang, para ilmuwan dapat menambahkan fosfor ke dalam daftar. Sebuah studi yang merinci temuan tersebut diterbitkan di jurnal Nature.

(Tifani)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.