Sukses

Magnet Taylor Swift dalam Pilpres AS 2024, Dukung Biden atau Trump?

Taylor Swift mendukung Joe Biden dalam Pilpres AS 2020, bagaimana dengan Pilpres AS 2024?

Liputan6.com, Washington, DC - Taylor Swift pada Selasa (5/3/2024), mendorong penggemarnya untuk memberikan suara dalam pemilihan pendahuluan presiden Amerika Serikat (AS), Super Tuesday. Enam belas negara bagian akan memberikan suara mereka untuk memilih calon presiden (capres) dari Partai Republik dan Partai Demokrat.

Hal tersebut disampaikan musisi usia 34 tahun itu melalui unggahan di Instagram-nya, di mana dia memiliki 282 juta followers.

Swift, yang mendukung Joe Biden pada Pilpres AS 2020, sejauh ini belum menyatakan dukungannya pada kandidat mana pun untuk Pilpres AS 2024.

"Saya ingin mengingatkan untuk memilih orang yang paling mewakili ANDA untuk berkuasa. Jika Anda belum melakukannya, buatlah rencana untuk memilih hari ini," tulis Swift. "Apakah Anda berada di Tennessee atau di tempat lain di AS, periksa tempat dan waktu pemungutan suara Anda di vote.org."

Pemenang 14 Grammy ini memiliki pengikut di media sosial yang jauh melebihi Biden dan calon penantangnya, Donald Trump. Tingkat kepuasan terhadap Swift di kalangan orang dewasa AS juga lebih unggul dibandingkan Biden dan Trump, di mana 40 persen pemilih terdaftar menyatakan mereka memiliki pandangan positif terhadap penyanyi kelahiran West Reading, Pennsylvania, tersebut. Demikian seperti dilansir BBC, Rabu (6/3).

Ketika ditanya tentang upaya untuk mendapatkan dukungan Swift oleh pembawa acara Seth Myers pekan lalu, Biden menjawab, "Itu rahasia."

Sementara itu, ketika ditanya pada Selasa (5/3) tentang sikap diam Swift terhadap Biden sejauh ini, juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre mengatakan, "Saya tidak bisa mengomentari apa yang dikatakan atau tidak dikatakan oleh Taylor Swift."

Namun, Gedung Putih diyakini sangat menginginkan dukungan Swift, dengan harapan hal itu dapat mendorong jutaan pemilih muda untuk mendukung Biden terpilih kembali. Media AS melaporkan awal tahun ini bahwa Swift adalah target dukungan terbesar dan paling berpengaruh bagi kampanye Biden.

Pada September 2023, Gubernur California Gavin Newsom – sekutu utama Biden – mendesak Swift untuk lebih terlibat dalam kampanye presiden.

"Apa yang berhasil dia capai dengan membuat generasi muda teraktivasi mempertimbangkan bahwa mereka mempunyai suara dan bahwa mereka harus mempunyai pilihan dalam pemilu berikutnya, menurut saya, adalah hal yang sangat berpengaruh," ujar Newsom.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Komentar Trump soal Taylor Swift

Sempat menjadi sasaran kritik karena sikapnya yang terkesan apolitis, dalam beberapa tahun terakhir Swift dinilai semakin vokal di kancah politik.

Dia sangat blak-blakan mengkritik Trump. Pada Mei 2020, dia menuduh Trump menyalakan api supremasi kulit putih dan rasisme pada masa kepresidenannya.

Menjelang Pilpres 2024, Trump telah mendesak Swift untuk tidak mendukung Biden. Menulis di Truth Social, Trump mengklaim dia membantu Swift menghasilkan begitu banyak uang lewat pengesahan Undang-Undang Modernisasi Musik yang ditandatanganinya pada Oktober 2018, yang bertujuan untuk memastikan kompensasi yang adil bagi seniman.

Swift dikenal pula karena upayanya memastikan generasi muda terdaftar sebagai pemilih.

3 dari 3 halaman

Teori Konspirasi

Pada September, menurut vote.org, unggahan Swift di Instagram yang mendesak masyarakat untuk mendaftar dan memilih menghasilkan 35.000 orang yang mendaftar secara online. Pesan, yang diunggahnya pada Hari Pendaftaran Pemilih Nasional, juga mendorong peningkatan 115 persen pada jumlah penduduk berusia 18 tahun yang mendaftar dibandingkan tahun 2022.

Kekuatan politik yang dimiliki Swift membuatnya menjadi sasaran teori konspirasi online, terutama yang didorong oleh akun media sosial konservatif.

Sebelum Super Bowl bulan lalu, Swift dan pacarnya, bintang Kansas City Chiefs, Travis Kelce, menjadi sasaran teori konspirasi yang didukung oleh beberapa sekutu Trump, termasuk mantan kandidat capres dari Partai Republik, Vivek Ramaswamy.

Disebarkan secara online, para pendukungnya mengklaim bahwa pertandingan NFL telah diatur untuk memenangkan Kelce agar pasangan tersebut dapat menyatakan dukungannya terhadap Biden pada akhir pertandingan. Komisaris NFL Roger Goodell menyebut teori itu "tidak masuk akal".

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.