Sukses

Rentetan Tembakan Senjata Picu Ibu Kota Haiti Lumpuh, Bos Geng Boikot PM dan Ancam Tangkap Kepala Polisi hingga Menteri

Tembakan senjata berat melumpuhkan ibu kota Haiti pada Kamis (29/2/2024), ketika seorang pemimpin geng yang kuat memperingatkan bahwa dia akan mencoba menangkap kepala polisi dan menteri pemerintah negara tersebut.

Liputan6.com, Port-au-Prince - Rentetan tembakan senjata melumpuhkan ibu kota Haiti pada Kamis (29/2/2024), ketika seorang pemimpin geng yang kuat memperingatkan bahwa dia akan mencoba menangkap kepala polisi dan menteri pemerintah negara tersebut.

Langkah ini, seperti dikutip dari The Guardian Jumat (1/3), dilakukan ketika Perdana Menteri (PM) Ariel Henry sedang berada di Kenya untuk menyelesaikan rincian pengerahan angkatan bersenjata asing ke Haiti untuk membantu memerangi geng.

Orang-orang bersenjata menembaki bandara internasional utama Haiti dan sasaran lainnya dalam gelombang kekerasan yang mengejutkan banyak orang, mengganggu bisnis, membuat lembaga pemerintah dan sekolah tutup lebih awal ketika orang tua dan anak kecil melarikan diri ke jalan karena panik. Setidaknya satu maskapai penerbangan, Sunrise Airways, menangguhkan semua penerbangan.

Jimmy Chérizier, mantan petugas polisi yang menjadi pemimpin geng yang dikenal sebagai Barbecue, terlihat dalam rekaman video yang mengumumkan bahwa tujuannya adalah untuk menangkap kepala polisi dan menteri pemerintah serta mencegah PM Henry kembali ke Haiti.

“Dengan senjata kami dan rakyat Haiti, kami akan membebaskan negara ini,” kata Jimmy Chérizier.

Adapun juru bicara kantor PM Haiti Ariel Henry tidak dapat segera dihubungi untuk memberikan komentar. Sementara Kepala polisi nasional Haiti, Frantz Elbé, dan juru bicara polisi Garry Desrosiers tidak membalas pesan untuk dimintai komentar oleh pers.

Sejauh ini belum diketahui pasti apakah faksi Chérizier, yang dikenal sebagai G9 Family and Allies, mendapat dukungan dari geng-geng besar lainnya yang diperkirakan menguasai hingga 80% ibu kota Haiti, Port-au-Prince.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Koalisi 2 Geng untuk Jatuhkan PM Henry

Diego Da Rin, dari International Crisis Group, mencatat bahwa Jimmy Chérizier, mantan petugas polisi yang menjadi pemimpin geng yang dikenal sebagai Barbecue, dalam pidatonya merujuk pada koalisi yang disebut Viv Ansanm, yang berarti "hidup bersama" dalam bahasa Kreol Haiti.

Koalisi tersebut dibentuk tahun 2023 lalu sebagai bagian dari pakta perdamaian antara federasi Barbecue dan geng kuat lainnya bernama G-Pep, dan memiliki tujuan utama untuk menjatuhkan pemerintahan Henry. Namun, koalisi tersebut bubar hanya beberapa hari setelah diumumkan, dan Da Rin mengatakan masih harus dilihat apakah Barbecue benar-benar mendapat dukungan dari pemimpin geng lainnya.

"Saya tidak tahu seberapa besar kredibilitas yang bisa diberikan pada Barbecue saat ini," kata Da Rin. “Persaingan antar geng begitu kuat dan aliansi terus berubah sehingga menjadi rumit sehingga mereka bisa bertindak secara terpadu dalam waktu lama tanpa banyak kesulitan."

3 dari 4 halaman

Serangan Sehari Setelah PM Haiti ke Guyana

Da Rin mencatat bahwa orang-orang bersenjata melancarkan serangan terkoordinasi di Port-au-Prince dan tempat lain di Haiti pada hari Kamis (29/3). Selain serangan terhadap bandara internasional utama, kelompok bersenjata juga membakar kantor polisi di pusat kota Port-au-Prince.

Serangan itu terjadi sehari setelah PM Haiti Henry bertemu di Guyana dengan para pemimpin Karibia, yang mengatakan dia berjanji akan mengadakan pemilihan umum yang telah lama ditunggu-tunggu pada pertengahan tahun 2025. Ini adalah ketiga kalinya ia mengumumkan tenggat waktu tersebut, dengan janji-janji sebelumnya yang dibuat pada tahun 2022 dan 2023.

Saat ini tidak ada pejabat terpilih di Haiti, dengan Henry dilantik sebagai perdana menteri atas dukungan komunitas internasional tak lama setelah pembunuhan Presiden Jovenel Moïse pada Juli 2021.

 

4 dari 4 halaman

Berharap Penempatan Polisi Kenya di Haiti

Henry berangkat dari Guyana ke Kenya dengan harapan dapat melanjutkan penempatan petugas polisi Kenya ke Haiti. Pengadilan di negara Afrika timur bulan lalu memutuskan bahwa usulan penempatan pasukan tersebut tidak konstitusional, namun para pejabat Henry dan Kenya telah berupaya mencapai kesepakatan yang akan memungkinkan pasukan tiba di Haiti dalam waktu dekat.

“Selalu ada bahaya ketika diskusi berlangsung dan tujuan misi semakin dekat, geng-geng tersebut akan mencoba melemahkan kekuatan mereka dan mematahkan semangat pasukan,” kata Da Rin.

Pemerintah Haiti mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Henry tiba di Kenya pada hari Kamis (29/2). Mereka tidak mengatakan kapan dia akan kembali ke Haiti.​

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.