Sukses

WNI Maya Bracken Tewas Ditikam, Kemlu RI: KBRI London Ikut Lakukan Penyelidikan

KBRI London masih melakukan penyelidikan terhadap korban WNI bernama Maya Bracken, termasuk status kewarganegaraannya.

Liputan6.com, London - Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI Judha Nugraha menanggapi tewasnya seorang Warga Negara Indonesia (WNI) bernama Maya Bracken (56) yang meninggal ditikam di Inggris.

Sejauh ini, polisi Inggris menaruh kecurigaan pelaku adalah seorang remaja berusia 18 tahun.

"KBRI London sedang berkoordinasi dengan pihak kepolisian setempat mengenai peristiwa pembunuhan terhadap Mayawati Bracken, termasuk mengenai status kewarganegaraan Almarhumah," kata Direktur Pelindungan WNI dan BHI Kementerian Luar Negeri RI Judha Nugraha saat dihubungi Liputan6.com, Minggu (7/1/2024).

"Paspor Almarhumah tercatat telah habis masa berlaku pada 16 Agustus 2023 dan tidak mengajukan lagi perpanjangan paspor," lengkapnya.

Maya Bracken ditemukan tewas tak jauh dari rumahnya di desa bernama Pangbourne, Berkshire, Inggris pada 5 Januari 2024 sekitar pukul 17.45 waktu setempat.

Hanya beberapa menit setelah penemuan jenazah Maya, dilaporkan pula ada seorang remaja berusia 18 tahun yang juga tewas tertabrak kereta api di wilayah Pangbourne.

Maya diketahui merupakan ibu tiga anak yang telah berpisah dengan mantan suaminya yang berkewarganegaraan Inggris. Lokasi Maya ditemukan merupakan tempatnya dan mantan suaminya tinggal sebelumnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kesaksian Teman Maya

Sementara itu, teman Maya-- tidak ingin disebutkan namanya -- mengatakan kepada MailOnline: "Maya adalah wanita yang cantik, baik hati dan murah hati kepada orang lain. Dia menyayangi semua anaknya. Dia memiliki anak kembar, laki-laki dan perempuan, dan seorang putra lagi. Dia rela melakukan apa pun untuk mereka."

"Mereka semua menghabiskan Natal dan Tahun Baru bersama sebagai keluarga. Apa yang terjadi sungguh mengerikan dan tidak terduga."

"Dia berasal dari Indonesia tetapi bertemu suaminya, Michael, di Hong Kong. Selama ini ia bekerja di sektor perbankan."

"Michael yang mengelola pembangunan rumah di Pangbourne. Saya tidak yakin Michael pernah tinggal di sana, karena dia dan Maya berpisah setelah rumah itu selesai dibangun."

"Dia tinggal di sana bersama ketiga anaknya. Satu anaknya bersekolah dengan fasilitas asrama di sekolah negeri dan si kembar kuliah di universitas."

Tetangga lainnya mengatakan kepada The Sun: "Dia adalah wanita yang sangat baik dan sangat mencintai anak-anaknya."

"Anak-anak Maya sangat baik tapi pendiam."

"Ini sangat tidak terduga karena mereka adalah keluarga yang menyenangkan. Dia adalah teman kami."

 

3 dari 4 halaman

Investigasi Polisi Inggris Terus Belanjut

Petugas Investigasi Senior, Inspektur Kevin Brown mengatakan: "Kami telah meluncurkan penyelidikan pembunuhan setelah kematian seorang wanita di Pangbourne, dan terkait dengan penemuan seorang remaja yang meninggal di stasiun kereta api Pangbourne."

Kevin Brown menambahkan, "Pertama, saya ingin menyampaikan belasungkawa atas nama polisi kepada orang-orang terkasih dari keduanya."

"Kami sedang dalam tahap awal penyelidikan, namun saat ini kami tidak mencari orang lain sehubungan dengan kematian tersebut."

"Kami masih melakukan penyelidikan dan menilai kedua kematian tersebut saling terkait. Kami juga yakin tidak ada ancaman yang lebih luas terhadap masyarakat dari insiden menyedihkan dan tragis ini."

4 dari 4 halaman

Siapa Pelaku Pembunuhan Maya?

Penyelidik forensik di dekat stasiun kereta api Pangbourne (tempat remaja 18 tahun tertabrak kereta) menemukan pisau dapur bergagang hitam -- diduga sebagai alat membunuh Maya.

Penyelidik di TKP memotret dan mengambil pisau tersebut dan dimasukkan ke dalam tabung untuk dijadikan barang bukti.

Polisi Inggris bekerja sama dengan Polisi Thames Valley hingga kini masih mencari tahu dan mendalami kasus kematian ini.

Namun pihak berwajib sejauh ini meyakini kedua kasus sangat terkait lewat temuan barang bukti berupa pisau.

Usai insiden kematian di stasiun Pangbourne, pihak berwenang kembali membuka layanan kereta api.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini