Sukses

Victor Manuel Rocha, Mantan Dubes AS untuk Bolivia Didakwa jadi Mata-mata Kuba 40 Tahun

Pemerintah AS mendakwa seorang mantan diplomat yang bertugas di dewan keamanan nasional pada tahun 1990an karena diam-diam menjadi agen pemerintah Kuba selama lebih dari 40 tahun.

Liputan6.com, New York - Pemerintah AS mendakwa seorang mantan diplomat yang bertugas di dewan keamanan nasional pada tahun 1990an, karena diam-diam menjadi agen pemerintah Kuba alias jadi mata-mata selama lebih dari 40 tahun.

Victor Manuel Rocha yang berusia 73 tahun ditangkap pada Jumat 1 Desember 2023, setelah penyelidikan kontra intelijen FBI yang telah berlangsung lama. Sebagai Duta Besar atau Dubes AS untuk Bolivia dari tahun 2000 hingga 2002, Rocha juga bekerja di dewan keamanan nasional dari tahun 1994 hingga 1995. Ia didakwa melakukan berbagai kejahatan federal.

"Tindakan ini mengungkap salah satu penyusupan yang paling luas dan paling lama dilakukan oleh agen asing terhadap pemerintah Amerika Serikat," kata Jaksa Agung, Merrick Garland seperti dikutip dari The Guardian, Selasa (5/12/2023).

"Kami menuduh bahwa selama lebih dari 40 tahun, Victor Manuel Rocha menjabat sebagai agen pemerintah Kuba, dan mencari serta memperoleh posisi di pemerintahan Amerika Serikat yang akan memberinya akses terhadap informasi non-publik dan kemampuan untuk mempengaruhi kebijakan luar negeri AS," imbuh Jaksa Agung, Merrick Garland.

Adapun undang-undang federal mewajibkan orang-orang yang melakukan perintah politik terhadap pemerintah atau entitas asing di AS untuk mendaftar ke Departemen Kehakiman, yang dalam beberapa tahun terakhir telah meningkatkan penegakan hukum terhadap lobi asing yang tidak sah.

Karier diplomatik Victor Manuel Rocha selama 25 tahun dihabiskan di bawah pemerintahan Partai Demokrat dan Republik, sebagian besar di Amerika Latin selama perang dingin, suatu periode di mana kebijakan politik dan militer AS terkadang keras.

Jabatan diplomatiknya termasuk tugas di bagian kepentingan AS di Kuba pada saat AS tidak memiliki hubungan diplomatik penuh dengan pemerintahan komunis Fidel Castro.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Sejak 1981 Berupaya Memberi Informasi Rahasia Negara?

Victor Manuel Rocha lahir di Kolombia, Rocha. Dia dibesarkan di working-class home (rumah kelas pekerja) di New York City dan memperoleh gelar seni liberal dari Yale, Harvard, dan Georgetown.

Pemerintah menuduh Rocha mendapatkan posisi di departemen luar negeri AS mulai tahun 1981, untuk memberinya akses terhadap informasi non-publik, termasuk informasi rahasia, dan kemampuan untuk mempengaruhi kebijakan luar negeri AS.

Dikatakan pihak pemerintah bahwa sekitar tahun 2006 hingga 2012, Rocha adalah penasihat komandan Komando Selatan AS, sebuah komando gabungan militer Amerika Serikat yang wilayah tanggung jawabnya meliputi Kuba. Ditambahkan bahwa selain memberikan informasi yang menyesatkan kepada AS untuk menjaga rahasianya, ia sering meninggalkan AS untuk bertemu agen intelijen Kuba dan berbohong untuk mendapatkan dokumen perjalanan.

Pemerintah AS menyebut bahwa Rocha rupanya mengaku bahwa dia adalah mata-mata agen FBI yang menyamar dalam pertemuan tahun lalu dan tahun ini. Agen tersebut, yang menyamar sebagai perwakilan rahasia Direktorat Jenderal Intelijen Kuba, mendengar Rocha mengakui "puluhan tahun" bekerja untuk Kuba.

Rocha diduga terus menyebut AS sebagai "enemy (musuh)" dan menggunakan istilah "we (kami) untuk menggambarkan dirinya dan Kuba, memuji Fidel Castro sebagai "Comandante (Komandan)" dan menyebut kontaknya di intelijen Kuba sebagai "compañeros" (kawan), menurut pernyataan pemerintah AS.

 

3 dari 4 halaman

Intervensi Langsung Victor Manuel Rocha pada Pilpres AS

Victor Manuel Rocha adalah diplomat tertinggi AS di Argentina antara tahun 1997 dan 2000, ketika program stabilisasi mata uang selama satu dekade yang didukung oleh Washington gagal karena beban utang luar negeri yang sangat besar dan pertumbuhan yang stagnan, sehingga memicu krisis politik yang akan berdampak pada siklus negara-negara di Amerika Selatan melalui lima presiden dalam dua pekan.

Pada jabatan berikutnya sebagai duta besar untuk Bolivia, ia melakukan intervensi langsung pada pemilihan presiden tahun 2002, dan memperingatkan beberapa minggu sebelum pemungutan suara bahwa AS akan menghentikan bantuan kepada negara Amerika Selatan yang sedang berjuang jika negara tersebut ingin memilih mantan petani koka, Evo Morales.

"Saya ingin mengingatkan para pemilih di Bolivia bahwa jika mereka memilih mereka yang ingin Bolivia kembali mengekspor kokain, hal itu akan sangat membahayakan bantuan Amerika Serikat ke Bolivia di masa depan," kata Rocha dalam pidatonya yang secara luas ditafsirkan sebagai sebuah upaya untuk mempertahankan dominasi AS di kawasan.

 

4 dari 4 halaman

Posisi Victor Manuel Rocha dalam Beberapa Tahun Terakhir

Tiga tahun kemudian, rakyat Bolivia tetap memilih Morales dan pemimpin sayap kiri tersebut menyatakan akan memecat penerus Victor Manuel Rocha sebagai kepala misi diplomatik karena menghasut "perang saudara".

Rocha juga bertugas di Italia, Honduras, Meksiko dan Republik Dominika, dan bekerja sebagai pakar Amerika Latin untuk dewan keamanan nasional.

Dalam beberapa tahun terakhir ia memegang berbagai posisi dalam bisnis: sebagai presiden sebuah tambang emas di Republik Dominika, dan peran senior di eksportir batu bara yang berbasis di Pennsylvania, sebuah perusahaan yang dibentuk untuk memfasilitasi merger dalam industri ganja, sebuah firma hukum dan firma hubungan masyarakat Spanyol.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini