Sukses

Soal Penembakan 3 Mahasiswa Palestina di AS, Joe Biden: Ngeri

Tiga mahasiswa Palestina sedang dalam perjalanan untuk menikmati makan malam Thanksgiving ketika seorang pria kulit putih melepas tembakan.

Liputan6.com, Pyongyang - Joe Biden menyatakan kengeriannya atas penembakan tiga mahasiswa Palestina di Burlington, Vermont, di tengah meningkatnya ketegangan efek perang Hamas Vs Israel. Pada Senin (27/11/2023), Biden mengatakan tidak ada tempat untuk kekerasan atau kebencian di Amerika Serikat (AS).

Seperti dilansir The Guardian, Selasa (28/11), polisi mengonfirmasi bahwa tersangka penembakan ditangkap pada Minggu (26/11) setelah tragedi pada malam sebelumnya yang melukai tiga mahasiswa Palestina tersebut.

Para korban – Hisham Awartani, Kinnan Abdalhamid, dan Tahseen Ali Ahmed, semuanya berusia 20 tahun – adalah mahasiswa sarjana di Brown University, Haverford College, dan Trinity College. Mereka sedang dalam perjalanan ke rumah nenek Awartani untuk menikmati makan malam Thanksgiving ketika seorang pria kulit putih melepas tembakan.

Departemen Kepolisian Burlington mengumumkan bahwa Jason J Eaton (48) ditangkap pada Minggu sore di dekat lokasi penembakan. Mereka mengatakan dia tinggal di sebuah apartemen dekat lokasi kejadian.

"Penggeledahan menunjukkan bukti yang memberi penyelidik kemungkinan alasan untuk percaya bahwa Eaton-lah yang melakukan penembakan," kata polisi.

Pada Senin sore, Biden dan ibu negara, Jill Biden, mengeluarkan pernyataan dari Gedung Putih.

"Jill dan saya merasa ngeri saat mengetahui bahwa tiga mahasiswa keturunan Palestina, dua di antaranya adalah warga negara AS, ditembak pada Sabtu (25/11) di Burlington, Vermont. Mereka hanya merayakan Thanksgiving bersama keluarga dan orang-orang terkasih," demikian Biden dan istri mengawali pernyataan mereka.

"Kami bergabung dengan warga AS di seluruh negeri dalam mendoakan kesembuhan mereka sepenuhnya dan kami menyampaikan belasungkawa terdalam kami kepada keluarga mereka. Sementara kami menunggu fakta lebih lanjut, kami tahu persis ini: sama sekali tidak ada tempat bagi kekerasan atau kebencian di AS ... Tidak seorang pun seharusnya perlu khawatir akan ditembak saat menjalani kehidupan sehari-hari."

Eaton mengaku tidak bersalah dalam sidang dakwaan pada Senin, di mana hakim memerintahkan dia ditahan tanpa jaminan. Dia muncul di pengadilan melalui video dari penjara, berbicara hanya untuk mengonfirmasi identitasnya. Pengacaranya mengajukan pembelaan tidak bersalah atas namanya.

Menurut pernyataan tertulis polisi, agen federal menemukan senapan di apartemen Eaton. Saat digeledah dia menolak menyebutkan identitas dirinya, namun mengatakan kepada petugas bahwa dia telah menunggu mereka.

Pengacara Eaton, Margaret Jansch, menolak menjawab pertanyaan wartawan tentang afiliasi agama tersangka atau apakah pengacaranya memperkirakan klien mereka akan didakwa melakukan kejahatan rasial. Jansch mengatakan kepada NBC bahwa terlalu dini bagi kami untuk berspekulasi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Hati-hati Menyimpulkan Motif

Jaksa Agung Merrick Garland menyatakan Kementerian Kehakiman AS sedang menyelidiki apakah penembakan tersebut merupakan kejahatan rasial. Garland menambahkan, pihaknya mencatat terdapat peningkatan tajam dalam ancaman yang ditujukan terhadap komunitas Yahudi, muslim, dan Arab di seluruh AS sejak perang Hamas Vs Israel dimulai pada 7 Oktober.

"Ada ketakutan yang dapat dimengerti di masyarakat di seluruh negeri," tutur Garland, seraya melanjutkan bahwa FBI dan Biro Alkohol, Tembakau, Senjata Api, dan Bahan Peledak (ATF) membantu pihak berwenang Vermont dalam penyelidikan.

Dari para korban, menurut polisi, dua pria dilaporkan dalam kondisi stabil. Namun, yang ketiga mengalami cedera yang jauh lebih serius setelah dipukul di sumsum tulang belakang. Dua orang dilaporkan mengenakan keffiyeh Palestina ketika penyerangan terjadi.

Kepala Kepolisian Burlington Jon Murad menyarankan agar berhati-hati dalam mengidentifikasi motif penyerangan tersebut.

"Faktanya saat ini kami belum mengetahui sebanyak yang kami inginkan," kata Murad. "Tetapi saya mengimbau masyarakat untuk tidak mengambil kesimpulan berdasarkan pernyataan dari pihak-pihak yang tidak terlibat, apalagi yang mengetahui lebih sedikit."

3 dari 3 halaman

Desakan untuk Memperlakukan Ini Sebagai Kejahatan Rasial

Juru bicara Institute for Middle East Understanding (IMEU), Abed Ayoub, yang berhubungan dengan keluarga korban, mengatakan kepada IMEU bahwa fakta penembak tidak mengatakan apa pun terlebih dahulu membuat semakin jelas bahwa pihak berwenang harus menyelidiki serangan ini sebagai kejahatan rasial.

"Fakta bahwa penembak tidak berkata apa-apa, dan tampaknya menargetkan para mahasiswa berdasarkan keffiyeh mereka, menunjukkan bahwa ini adalah tindakan kekerasan yang dimotivasi oleh sentimen anti-Arab dan anti-Palestina," kata Ayoub.

Polisi mengatakan dua di antara pria tersebut adalah warga negara AS dan yang ketiga adalah penduduk legal.

Senator asal Vermont Bernie Sanders menyebut berita penembakan itu mengejutkan dan sangat mengecewakan.

"Kebencian tidak memiliki tempat di sini atau di mana pun. Saya menantikan penyelidikan penuh," ungkap Sanders

Keluarga ketiga korban juga telah mengeluarkan pernyataan bersama yang menyerukan penegakan hukum untuk melakukan penyelidikan menyeluruh, termasuk memperlakukan tragedi ini sebagai kejahatan rasial.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.