Sukses

Partai Oposisi Taiwan Maju dalam Pemilihan Presiden 2024

Dua partai oposisi terkemuka Taiwan mengatakan pada Selasa (14/11) bahwa mereka akan bergabung untuk pemilihan presiden Januari 2024.

Liputan6.com, Jakarta - Dua partai oposisi terkemuka Taiwan mengatakan pada Selasa (14/11) bahwa mereka akan bergabung untuk pemilihan presiden Januari 2024.

Namun mereka belum memutuskan kandidat mana yang akan menjadi kandidat teratas, dikutip dari laman Channel News Asia, Rabu (15/11/2023).

Kuomintang (KMT) -- kelompok politik terkemuka di pulau itu yang pro-Beijing -- dan Partai Rakyat Taiwan (TPP) telah berdiskusi selama berminggu-minggu mengenai aliansi ini.

Dimana dua kandidat saling berebut siapa yang harus mencalonkan diri pada pemilu 13 Januari mendatang.

Hou Yu-ih dari KMT bersaing ketat dengan Ko Wen-je dari TPP, yang kinerjanya dianggap lebih baik dari yang diperkirakan sebagai kandidat pihak ketiga.

Kedua belah pihak mencapai “perjanjian kerja sama, menciptakan rekor baru dalam sejarah politik Taiwan”, kata tokoh kelas berat KMT dan mantan presiden Ma Ying-jeou kepada wartawan.

"Kerja sama ini akan memungkinkan saling membantu antara kedua partai dalam pemilu mendatang dan aspek lainnya, menjadikannya hari yang sangat berkesan bagi kedua partai di Taiwan."

Partai-partai tersebut sepakat untuk memiliki tiga ahli, yang dipilih oleh Ma dan juga kedua partai, untuk mengevaluasi jajak pendapat yang dilakukan pada tanggal 7 hingga 17 November, dan hasil kandidat utama akan diumumkan pada hari Sabtu.

Ko memuji perjanjian itu sebagai “momen bersejarah”.

"Apa pun hasilnya, dan siapa pun calon presiden atau wakil presiden, kita harus bekerja sama bahu membahu untuk menjamin perdamaian dan stabilitas di Republik Tiongkok," kata Hou mengacu pada nama resmi Taiwan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Cara Pemilihan Calon Presiden Taiwan

Pembicaraan sebelumnya antara partai-partai menunjukkan perbedaan pendapat antara para kandidat mengenai cara memilih calon presiden, dengan KMT lebih memilih "pendahuluan terbuka" dan Ko lebih memilih jajak pendapat.

Dalam penjelasannya dengan media asing bulan lalu, Ko dari TPP mengatakan bahwa aliansi dengan KMT berdasarkan aturan tersebut sama dengan “perkawinan paksa”.

Sebuah jajak pendapat yang dirilis pada hari Senin oleh outlet lokal United Daily News menunjukkan wakil presiden Lai Ching-te, kandidat dari Partai Progresif Demokratik (DPP) yang berkuasa, sebagai kandidat terdepan dengan 26 persen suara populer.

Ko berada di urutan kedua dengan 21 persen, sementara Hou mendapat 18 persen.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.