Sukses

Badai Otis Picu Tumpukan Sampah di Acapulco Meksiko, Penyebaran Penyakit Mengintai

Acapulco, Meksiko, terdampak Badai Otis mematikan yang melanda wilayah tersebut pada dini hari tanggal 25 Oktober lalu. Badai ini meninggalkan tumpukan sampah yang memberikan ancaman risiko kesehatan berupa penyebaran penyakit.

Liputan6.com, Acapulco - Acapulco, Meksiko, terdampak Badai Otis mematikan yang melanda wilayah tersebut pada dini hari tanggal 25 Oktober lalu.

Badai terkuat yang pernah melanda pantai Pasifik Meksiko ini tidak hanya menewaskan puluhan orang dan menghancurkan ribuan rumah, tetapi juga meninggalkan kota tersebut dalam tumpukan sampah yang memberikan ancaman risiko kesehatan berupa penyebaran penyakit.

Angin berkecepatan 165 mil per jam ini menyebabkan banjir besar, merusak perabotan, tempat tidur, dan peralatan rumah tangga yang sekarang berserakan di jalan-jalan bersama dengan tumpukan sampah organik yang membusuk. 

Kondisi ini tidak hanya mengganggu kehidupan sehari-hari penduduk Acapulco, tetapi juga meningkatkan risiko penyebaran penyakit di resor pantai ini.

Meskipun pemerintah telah mengirimkan ribuan tentara untuk membersihkan kota, penduduk melaporkan bahwa sampah terus bertambah cepat, dan menghambat lalu lintas dilansir Asia One, Rabu (15/11/2023).

"Mereka perlu datang dan mengambil sampah karena jumlahnya terlalu banyak," kata Rosa Pacheco (46 tahun) dari lingkungan La Mira di sebelah barat kota, di mana beberapa penduduk setempat harus membuang sampah dari jalan agar mobil bisa lewat.

"Hampir tidak ada jalan keluar, karena sampah semakin banyak setiap harinya," kata Rosa Pacheco.

Otoritas Perlindungan Sipil Meksiko belum memberikan tanggapan resmi, tetapi pemerintah menyatakan bahwa prioritas utama mereka kini adalah membersihkan Acapulco.

Presiden Andres Manuel Lopez Obrador menanggapi isu tumpukan sampah dengan mengatakan bahwa langkah-langkah akan diambil untuk mencegah penyakit dan membersihkan kota seperti fumigasi.

"Semuanya akan dibersihkan," katanya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Dampak Lain dan Ancaman Nyamuk Demam Berdarah

Selain itu, tumpukan sampah bukan satu-satunya tantangan yang dihadapi Acapulco. Masyarakat kini menghadapi kondisi semakin menipisnya stok makanan, air, dan kebutuhan dasar lainnya akibat sejumlah toko dijarah serta listrik dan komunikasi yang terputus.

Oleh karenanya, pemerintah dikabarkan akan memastikan pasokan penting untuk warga tersedia dengan mengarahkan sebagian besar energinya. 

Sementara itu, para ahli penyebaran penyakit memperingatkan jika sampah terus dibiarkan menghalangi drainase dan merusak pasokan air maka akan dapat membuka pintu bagi penyakit yang dibawa oleh nyamuk, seperti demam berdarah.

Seperti yang telah diketahui bahwa nyamuk berkembang biak di genangan air.

Alejandro Macias, seorang ahli epidemiologi terkemuka di Meksiko, menyoroti pentingnya menjaga drainase agar berfungsi baik dan memastikan air yang tergenang tidak menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk. 

"Katakanlah mendapatkan air minum dan menyalakan dan menjalankan kembali adalah prioritas utama, kemudian pembuangan limbah, memastikan drainase bekerja dan memilah air yang tergenang," kata Alejandro Macias, seorang ahli epidemiologi Meksiko terkemuka.

Alejandro mengatakan bahwa jika langkah tersebut tidak dilakukan maka nyamuk yellow fever (demam kuning) dapat berkembang biak.

"Ketika terdapat banyak nyamuk demam kuning, wabah demam berdarah hanya tinggal menunggu waktu saja," peringatan dari Alejandro.

 

 

3 dari 4 halaman

Jauh dari Kesan Kota Romantis, Paris Dipenuhi Sampah 5.400 Ton Usai Demo Reformasi Pensiun

Sementara tumpukan sampah juga pernah melanda trotoar-trotoar di Paris, Prancis belum lama ini. Jauh dari kesan kota romantis, berubah menjadi seperti kota sampah karena para pekerja yang mengumpulkan sampah melakukan protes delapan hari erhadap usulan reformasi pensiun Presiden Emmanuel Macron.

Mereka berhenti mengumpulkan sampah-sampah yang berada di kota itu selama delapan hari.'

Melansir Forbes, Jumat (17/3/2023), usulan reformasi pensiun tersebut diloloskan dalam pemungutan suara Senat Prancis pada Sabtu 11 Maret lalu, meskipun tidak banyak orang yang mendukung.

Senator meloloskan reformasi dengan hasil 195 suara berbanding 112, membawa usulan itu selangkah lebih dekat untuk dijadikan undang-undang.

Aksi demonstrasi dikabarkan telah membuahkan lebih dari 5.400 ton sampah yang tidak terkumpul di jalan-jalan Kota Paris, menurut penilaian Paris City Hall (Balai Kota Paris), Senin 13 Maret 2023. Sampah ini mengotori banyak jalan kota paling indah di dekat monumen ikonik, termasuk Menara Eiffel dan Arc de Triomphe.

"Tiga pabrik insinerasi di luar ibu kota telah terkena dampaknya, yang membuat seluruh trotoar tertutup tas hitam dan tempat sampah yang meluap," lapor France 24.

Baca selengkapnya klik disini...

4 dari 4 halaman

Misteri Tumpukan 225 Kg Pasta di Dekat Sungai New Jersey AS, Bikin Geger Warga

Sementara itu di Amerika, tumpukan ratusan kilogram sampah pasta pernah ditemukan di dekat sungai Old Bridge, New Jersey. Tumpukan sampah ini membuat warga setempat geger.

Pihak berwenang di pusat kota New Jersey mengatakan mereka telah memecahkan sebagian misteri bagaimana ratusan pon pasta dibuang di dekat sungai itu. 

Wali Kota Old Bridge Owen Henry mengatakan pada Jumat 28 April 2023 bahwa pasta, termasuk spageti dan makaroni, dibersihkan pekan lalu oleh kru pekerjaan umum tidak lama setelah pejabat mengetahui mi dalam jumlah besar dengan cepat menarik perhatian nasional ketika foto pasta diunggah di media sosial.

Diperkirakan 500 pon (225 kilogram) pasta yang tampaknya mentah ketika dibuang, tetapi hujan lebat berikutnya melunakkan makanan dan membuat gundukan itu terlihat seperti telah dimasak, kata para pejabat.

Misteri masih menyelimuti seputar pelaku yang membuang pasta di sana atau mengapa, tetapi diyakini pasta tersebut telah berada di lokasi itu sudah sejak lama sebelum ditemukan.

Henry mengatakan pasta tersebut tidak menyebabkan kerusakan lingkungan atau masalah kesehatan dan ia menganggap masalah tersebut sudah selesai.

"Seharusnya tidak berakhir di hutan. Meletakkan di atau dekat dasar sungai bukanlah ide terbaik, tapi saya tentu berharap polisi kita tidak mencurahkan lebih banyak waktu untuk ini," kata Henry, seperti dikutip dari AP, Jumat (12/5/2023).

Baca selengkapnya klik disini...

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.