Sukses

Ilmuwan Peringatkan Pisang Jenis Cavendish Terancam Punah Akibat Serangan Jamur

Ilmuwan memprediksi bahwa separuh dari seluruh produksi pisang di seluruh dunia terancam punah karena serangan penyakit jamur yang menyebar di berbagai perkebunan dunia.

Liputan6.com, Jakarta - Sekitar separuh dari seluruh produksi pisang di seluruh dunia saat ini terancam punah karena serangan penyakit jamur yang menyebar di berbagai perkebunan dunia.

Tanaman pisang jenis Cavendish di kawasan Asia, Afrika, Timur Tengah, Australia, dan Amerika Tengah sedang menghadapi ancaman penyakit bernama Panama, yang menyebar melalui tanah. Efek dari penyakit ini adalah membuat tanaman layu karena menyerang sistem peredaran air, mengakibatkan berkurangnya kemampuan tanaman untuk menyerap air dari tanah.

Melansir dari Daily Mail, Senin (30/10/2023), baru-baru ini para ahli ini mengidentifikasi gejala awal penyebaran jamur "malapetaka" di Amerika Selatan, di mana sebagian besar pisang Cavendish yang diekspor ke supermarket ditanam. Pisang Cavendish menjadi pendorong utama dengan 47 persen dari total produksi dan ekspor pisang di seluruh dunia.

Awalnya, pisang jenis ini ditanam untuk menggantikan varietas Gros Michel, juga dikenal sebagai Big Mike, yang pernah diserang penyakit pada tahun 1950-an. United Fruit Company mempopulerkan Gros Michel namun memperkenalkan Cavendish pada tahun 1947 ketika perkebunan pisang mulai mengalami masalah.

Cavendish terbukti tahan terhadap penyakit tersebut, membuatnya mendominasi pasar. Namun, pada tahun 1997, ilmuwan menemukan strain baru bernama TR4 di Australia yang mampu menginfeksi Cavendish, dan jamur ini menyebar ke seluruh benua pada tahun 2015.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penyakit Mematikan Pisang Menyebar ke Produsen Terbesar di Dunia

James Dale, seorang profesor dan pemimpin program bioteknologi pisang di Queensland University of Technology, memberi tahu Insider bahwa sejak saat itu, penyakit ini telah menyebar ke dua produsen pisang terbesar di dunia, yaitu India dan Cina.

Selain itu, telah menyebar ke Timur Tengah, Afrika, dan baru-baru ini juga ditemukan di Amerika Selatan.

Penyakit Panama TR4 dengan mudah menyebar melalui berbagai media seperti manusia, kendaraan, mesin, dan hewan, yang membawa tanaman pisang yang terinfeksi, serta melalui bahan tanam, tanah, dan air yang terkontaminasi.

Tanda-tanda infeksi tersebut dapat terlihat saat daun mulai menguning, yang selanjutnya menyebabkan layu dan berubah warna menjadi coklat. Batang tanaman pisang juga akan membusuk di bagian dalam, yang dapat terlihat dari perubahan warna saat dibelah.

3 dari 4 halaman

Revolusi Genetika Pisang

Para ahli sedang bekerja untuk menghasilkan varietas pisang Cavendish yang tahan terhadap TR4 atau menciptakan alternatif yang tahan terhadap penyakit ini.

Mereka menggunakan teknologi rekayasa genetika, terutama dengan memanfaatkan metode CRISPR-Cas9 yang memungkinkan mereka untuk memodifikasi dan menghilangkan bagian-bagian DNA dengan presisi, sehingga memungkinkan eradikasi total terhadap penyakit tersebut.

Di Queensland University of Technology, satu tim peneliti juga tengah mengembangkan varietas pisang Cavendish hasil rekayasa genetika yang dikenal dengan nama QCAV-4. Melalui kerja sama dengan pemerintah dan industri, pisang QCAV-4 telah ditanam dalam uji coba lapangan di Northern Territory selama lebih dari enam tahun, dan hasilnya menunjukkan ketahanan yang sangat baik terhadap Penyakit Panama TR4.

Buah tersebut sebenarnya merupakan varietas pisang Cavendish Grand Nain yang telah dimodifikasi secara biologis dengan satu gen, yaitu RGA2, yang berasal dari pisang liar Asia Tenggara.

"Saya yakin akan ada solusi sebelum pasar ekspor Cavendish terkena dampak yang parah," ujar James Dale kepada Insider.

4 dari 4 halaman

Asal-usul Pisang Cavendish

Pisang Cavendish saat ini menjadi tanaman komersial utama di seluruh dunia. Awalnya, tanaman ini ditanam dalam jumlah besar di rumah mewah Chatsworth di Peak District.

Menurut legenda, Joseph Paxton, tukang kebun pertama di Chatsworth, terinspirasi untuk menanam pisang setelah melihat gambar pisang di kertas dinding China di kamar tidur Chatsworth. Meskipun selama hampir seratus tahun cerita ini dianggap sebagai mitos karena tidak ada yang bisa menemukan gambar pisang itu, Joseph Paxton akhirnya berhasil menanam pisang di Chatsworth pada tahun 1835 setelah mendapatinya dari Mauritius.

Kegembiraan besar melanda Chatsworth pada November 1835 ketika tanaman pisang berkembang. Pada bulan Mei berikutnya, lebih dari 100 buah pisang tumbuh.

Dalam beberapa tahun, Paxton memiliki cukup banyak tanaman untuk ditawarkan kepada pecinta tanaman dari seluruh negeri.

Awalnya, varietas Gros Michel adalah yang terdepan di dunia dan mempertahankan keunggulannya hingga Perang Dunia Kedua. Namun, Dwarf Cavendish memiliki karakteristik khusus yang memberinya keunggulan. Satu-satunya alasan varietas Cavendish menjadi pisang terkemuka adalah karena kekebalannya yang lebih tinggi terhadap penyakit.

Gros Michel hampir punah di seluruh dunia karena serangan penyakit Panama, yang juga dikenal sebagai layu pisang, yang disebabkan oleh jamur.

Dalam satu dekade, Dwarf Cavendish dan varietas serupa telah menjadi tanaman komersial utama di seluruh dunia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.