Sukses

7 Dampak Buruk Perubahan Iklim Terhadap Ekosistem Laut

Perubahan iklim berdampak pada kehidupan laut, mempengaruhi ekosistem laut dan makhluk yang menghuninya.

Liputan6.com, Jakarta - Lautan, yang meliputi 71 persen permukaan bumi, adalah ekosistem yang mengagumkan tetapi juga misterius. Kini, dampak perubahan iklim terhadap kehidupan laut menjadi semakin mengkhawatirkan.

Berikut ini adalah dampak buruk dari perubahan iklim pada lautan dan makhluk yang hidup di dalamnya, dikutip dari laman Global Citizen, Senin (23/10/2023):

1. Pemanasan Laut

Dengan terus meningkatnya suhu global, dampaknya terhadap kehidupan di laut semakin terlihat jelas. Pemanasan laut mengacaukan ekosistem, mengubah perilaku, bahkan mengganggu reproduksi makhluk laut.

Masalah ini menjadi lebih serius karena gelombang panas laut semakin sering terjadi, menyebabkan kematian besar-besaran pada spesies seperti terumbu karang. Data dari WWF menunjukkan bahwa dalam tiga dekade terakhir, dunia telah kehilangan setengah dari terumbu karangnya, akibat dari campuran praktik penangkapan ikan berbahaya, polusi air, pembangunan pesisir, pelayaran, dan tentu saja, pemanasan laut sebagai akibat dari perubahan iklim.

Menurut UN Environment Programme, jika suhu air terus meningkat dengan kecepatan seperti sekarang, semua terumbu karang di dunia bisa mengalami pemutihan pada akhir abad ini.

2. Pengasaman Laut

Peningkatan kadar karbon dioksida di udara telah menyebabkan laut menjadi lebih asam, yang disebut sebagai pengasaman laut. Hal ini merupakan ancaman serius bagi kehidupan laut di seluruh dunia.

Laut menyerap sekitar 25-30 persen dari emisi tahunan karbon dioksida (CO2) dari manusia, yang membantu meredakan dampak perubahan iklim. Tapi hal ini juga berarti bahwa laut dan samudera menjadi lebih asam. Dalam kurun waktu 250 tahun sejak dimulainya Revolusi Industri, tingkat keasaman laut telah naik sebesar 30 persen.

Pengasaman laut telah menciptakan masalah besar bagi banyak spesies laut, terutama bagi yang memiliki cangkang atau kerangka keras seperti tiram, karang, dan pteropoda, sejenis siput laut kecil yang memiliki peran penting dalam rantai makanan laut.

Semakin tinggi tingkat keasaman laut, semakin sulit bagi spesies pembuat cangkang untuk membangun dan mempertahankan cangkang mereka. Bahkan, jika tingkat keasaman terlalu tinggi, cangkang dan kerangka mereka bisa mulai rusak.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

3. Mencairnya Es

Melelehnya es laut di Arktik dan Antartika adalah akibat dari pemanasan global yang telah terdokumentasi dengan jelas.

Anda mungkin telah melihat gambar beruang kutub yang sangat kelaparan, yang telah menjadi simbol dari dampak perubahan iklim. Mereka mengalami kelaparan karena dengan melelehnya es laut, ruang untuk berburu dan mencari makanan mereka semakin sempit.

Namun, masalahnya tidak hanya terbatas pada beruang kutub.

Es laut juga sangat penting untuk produksi alga, yang merupakan dasar dari seluruh rantai makanan di Arktik. Jadi, berkurangnya jumlah alga berdampak pada berbagai spesies, dari ikan kod Arktik hingga anjing laut, paus, dan beruang kutub.

Selain sebagai sumber makanan, lautan es juga merupakan habitat utama bagi anjing laut, walrus, penguin, dan banyak hewan lainnya. Dengan hilangnya es laut, habitat bagi spesies-spesies ini juga ikut lenyap.

Seringkali, dampak perubahan iklim pada kawasan Arktik dan Antartika dianggap sebagai masalah yang terjadi di tempat yang jauh dari kita. Namun, sebenarnya, hal yang terjadi di kutub memiliki dampak besar pada seluruh kehidupan di planet ini.

4. Meningkatnya Kebisingan Laut

Polusi suara di laut akibat kegiatan manusia saat ini menjadi masalah besar yang berpengaruh pada kehidupan laut. Hal tersebut menyebabkan stres pada makhluk laut, mengganggu komunikasi dan navigasi mereka, serta mengacaukan interaksi antara predator dan mangsa.

Situasinya semakin memburuk karena dampak perubahan iklim. Hal tersebut terjadi karena perubahan suhu dan arus laut yang disebabkan oleh perubahan iklim akhirnya meningkatkan tingkat kebisingan di laut.

Selain itu, kenaikan suhu laut dan pengasaman laut memaksa spesies laut untuk beradaptasi, termasuk mengubah perilaku, mencari habitat baru, dan menghadapi tantangan dalam hal reproduksi.

Polusi suara semakin mempersulit spesies ini karena mengganggu komunikasi, menghalangi kemampuan hewan untuk mencari makanan, dan membuat pencarian pasangan menjadi sulit.

Gabungan dari dampak perubahan iklim dan polusi suara membawa konsekuensi serius bagi ekosistem laut, termasuk ancaman terhadap keanekaragaman hayati dan ketidakstabilan dalam rantai makanan. Oleh karena itu, mengurangi kebisingan laut yang diakibatkan oleh aktivitas manusia sangat penting dalam melindungi kehidupan laut dari dampak perubahan iklim.

3 dari 4 halaman

5. Perubahan Arus Laut

Seperti jaringan yang rumit, keterkaitan antar lautan berarti bahwa bahkan perubahan kecil dalam suhu bisa menyebabkan gelombang perubahan besar dalam aliran laut. Hal tersebut dapat mengganggu migrasi hewan laut dan mengacaukan keseluruhan ekosistem.

Para ilmuwan harus memahami konsekuensi dari perubahan ini terhadap lautan, yang meliputi pergeseran dalam rantai makanan dan kesulitan navigasi spesies laut.

Berbagai faktor seperti perubahan suhu, perubahan pola angin, dan mencairnya es laut dapat menyebabkan perubahan dalam arus laut.

Ketika aliran tersebut berubah, hal itu dapat mengacaukan rantai makanan, mengubah distribusi plankton dan organisme lainnya, serta membuat spesies laut kesulitan untuk bergerak dan mencari tempat untuk berkembang biak dan mencari makan.

Namun, selain mempengaruhi masing-masing spesies, perubahan dalam aliran laut juga dapat memiliki dampak yang lebih besar pada ekosistem secara keseluruhan. Gangguan dalam rantai makanan, misalnya, dapat menyebabkan penurunan populasi spesies tertentu, yang pada gilirannya dapat berdampak negatif pada bagian lain dari ekosistem.

6. Cuaca Ekstrem

Saat ini, kita tinggal di dunia di mana cuaca terjadi dengan pola yang tidak biasa dan tidak teratur.

Perubahan iklim menyebabkan peningkatan dalam kejadian badai kuat, angin topan, dan cuaca ekstrem lainnya yang dapat menyebabkan kerusakan pada habitat dan siklus kehidupan.

Ketika badai atau topan terjadi, air hujan memasuki laut dan dapat menyebabkan stres pada terumbu karang.

Menurut Ocean National Service, ketika badai mendekati pantai, angin kencang dan topan dapat mempengaruhi air laut, menyebabkan pergeseran pasir dan lumpur di perairan dangkal, serta menghalangi sinar matahari yang penting sebagai sumber kehidupan bagi terumbu karang dan makhluk laut lainnya. Selain itu, kejadian panas ekstrem dapat memicu gelombang panas di laut.

4 dari 4 halaman

7. Deoksigenasi Laut

Pada dasarnya, laut kekurangan oksigen yang disebabkan oleh pemanasan lautan. Air yang lebih hangat tidak mampu menyimpan oksigen sebanyak yang dibutuhkan. Faktanya, sejak tahun 1950-an, kadar oksigen di seluruh lautan dunia telah turun sekitar 2 persen. Jika manusia tidak melakukan perubahan, diperkirakan lautan akan kehilangan sekitar 3-4 persen oksigennya pada tahun 2100.

Kekurangan oksigen tentu saja merupakan berita buruk bagi kehidupan laut. Selain itu, karena proses pernapasan juga melibatkan penggunaan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida, ini seringkali disertai dengan pengasaman laut.

Meskipun masih banyak yang belum kita ketahui tentang dampak kurangnya oksigen di laut pada manusia, kita sudah tahu bahwa ini memiliki dampak serius pada keanekaragaman hayati laut. Penurunan jumlah spesies ikan dan gangguan dalam fungsi ekosistem laut yang sehat telah terlihat

Kehilangan oksigen juga mengganggu keseimbangan kehidupan laut, terutama mempengaruhi ikan besar seperti tuna, marlin, ikan todak, dan hiu, yang sangat rentan terhadap lingkungan dengan kadar oksigen rendah.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.