Sukses

Kualitas Udara di Mumbai Menurun, Lebih Parah dari New Delhi

Beberapa wilayah di Mumbai mengalami fluktuasi tingkat polusi antara sedang dan buruk pada pekan ini.

Liputan6.com, New Delhi - Kota tempat pusat keuangan India, Mumbai, mengalami penurunan kualitas udara bulan ini. 

Pejabat setempat menyebut bahwa berkurangnya curah hujan dan pekerjaan konstruksi menyebabkan kualitas udara memburuk. 

Biasanya, ibu kota New Delhi selalu menjadi berita utama atas tingkat polusi udara yang berbahaya bahkan selama bulan musim dingin. Namun Mumbai, yang memiliki garis pantai luas dan dianggap memiliki kualitas udara lebih baik, beberapa kali menyalip Delhi pada bulan ini.

Tingkat PM 2.5 – partikel halus yang dapat menyumbat paru-paru dan menyebabkan sejumlah penyakit – di Mumbai pada Kamis (19/10/2023) adalah 166 dibandingkan dengan 117 di Delhi, menurut data pemerintah seperti dikutip dari BBC, Jumat (20/10). 

Menurut data, tingkat antara 101 hingga 200 dianggap sedang, sedangkan angka antara 201 dan 300 dikategorikan buruk.

Beberapa wilayah di Mumbai mengalami fluktuasi tingkat polusi antara sedang dan buruk pada pekan ini.

"Ini bukan polusi kimia tapi debu," kata Menteri Deepak Kesarkar kepada kantor berita PTI.

"Pekerjaan proyek pembangunan yang sedang berlangsung seperti jalan raya dan metro menyebabkan polusi di kota."

Sunil Kamble, kepala kantor cuaca India, mengatakan berhentinya hujan monsun di kota itu pada 10 Oktober juga berperan dalam memperburuk tingkat polusi.

Selain itu, Kesarkar, yang bekerja dengan pemerintah kota, mengatakan pihaknya sedang mencari solusi termasuk senjata anti-kabut untuk menurunkan tingkat polusi di kota.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

India Bangun Menara Filtrasi Udara Setinggi 5 Meter

Beberapa waktu lalu, India telah melakukan upaya dalam mengurangi polusi udara, salah satunya dengan membangun menara filtrasi. 

Dirancang oleh firma arsitektur Studio Symbiosis, yang memiliki kantor di India dan Jerman, menara ini berisi lima "kubus" penyaringan udara yang ditumpuk di dalam cangkang geometris.

Bangunan dengan tinggi 5,5 meter itu dijuluki Verto. Perangkat ini berfungsi untuk mengurangi kadar nitrogen dioksida dan partikel halus berbahaya di Taman Sunder Nursery New Delhi dengan menyaring 600.000 meter kubik udara sehari — yang setara dengan volume 273 balon udara (hot air balloons).

Mendapatkan namanya dari kata Latin "vertente", atau "berputar", bentuk memutar Verto dirancang untuk mendorong udara sebanyak mungkin ke seluruh permukaan perangkat, tempat udara tersedot ke dalam filter dan dikeluarkan.

Menggunakan filter dari perusahaan Jerman Mann+Hummel, arsitek Studio Symbiosis berfokus pada pembuatan bentuk menara yang paling efisien, dengan model digital yang mensimulasikan kondisi angin yang berbeda.

"Ini semua tentang kecepatan angin, jadi kami melihat jet – dan bagaimana mesin baling-baling mereka bekerja – serta spoiler mobil,” kata Amit, menjelaskan bagaimana penyesuaian kecil membuat menara lebih aerodinamis. “Itu adalah proses bolak-balik, dalam upaya mendapatkan bentuk optimal yang akan meningkatkan kecepatan angin dan luas permukaan."

Pasangan suami-istri pendiri perusahaan, Amit dan Britta Knobel Gupta, mengatakan perangkat bertenaga kipas mereka dapat membersihkan udara dalam radius 200 hingga 500 meter di ruang tertutup, meskipun di luar ruangan jarak ini akan menjadi 100 hingga 350 meter, bergantung pada kecepatan angin dan seberapa terbuka lingkungan sekitarnya.

 

3 dari 4 halaman

Inspirasi Pembuatan

New Delhi secara teratur diselimuti kabut asap, dengan emisi kendaraan, pembakaran tanaman, dan pembangkit listrik tenaga batu bara semuanya yang berkontribusi terhadap penurunan kualitas udara kota. 

Health Effects Institute yang berbasis di AS tahun lalu bahkan menyebut kota itu sebagai kota dengan paparan partikel halus atau PM2.5 tertinggi di dunia. 

Pada tahun 2019 saja, polusi udara diperkirakan telah menyebabkan hampir 1,6 juta kematian di India, menurut sebuah penelitian di jurnal medis The Lancet.

Dan selain dampak langsung dari polusi, perubahan iklim yang diakibatkannya telah menyebabkan gelombang panas yang telah menewaskan lebih dari 24.000 orang di negara tersebut sejak tahun 1992, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan oleh University of Cambridge bulan lalu.

Keluarga Gupta mengatakan mereka terdorong untuk bertindak berdasarkan pengalaman negatif mereka sendiri tentang polusi setelah pindah ke New Delhi dari London.

"Bisnis inti kami adalah arsitektur – kami tidak ingin masuk ke pemurnian udara, kata Amit. "Tapi polusi di sini tidak bisa diterima. Sangat buruk."

4 dari 4 halaman

Lokasi Pemasangan Perangkat

Setelah mengumpulkan data dari prototipe mereka sejauh ini, para arsitek di balik penemuan ini percaya bahwa proyek mereka dapat ditingkatkan untuk membersihkan ruang publik yang lebih besar, lingkungan sekitar, dan bahkan seluruh kota.

"Sekarang (temuan dari prototipe) adalah apa yang kami harapkan, kami akan mulai berbicara dengan otoritas pemerintah tentang pemasangan lebih lanjut," kata Amit, mengungkapkan bahwa perusahaan tersebut juga telah berbicara dengan calon pembeli di negara-negara dari Uzbekistan ke Prancis dan Selandia Baru.

Studio Symbiosis juga mengatakan bahwa sebuah perusahaan konstruksi di AS sedang mempertimbangkan untuk memesan sekitar 40 menara untuk mengatasi debu dan puing-puing halus di lokasi pembangunan.

"Menurut saya perangkat ini juga dapat dipasang di taman umum dan alun-alun umum, tempat orang menghabiskan waktu berkualitas di luar ruangan,” kata Britta, menambahkan bahwa memasang menara di tempat para tunawisma tidur mungkin juga "sangat bermanfaat."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini