Sukses

8 Oktober 2014: Thomas Eric Duncan, Pasien Ebola Pertama di Amerika Serikat Meninggal

Orang pertama yang didiagnosis menderita Ebola di Amerika Serikat, Thomas Eric Duncan, seorang pria asal Liberia, meninggal di Dallas, Texas.

Liputan6.com, Dallas - Hari ini sembilan tahun yang lalu dalam sejarah tercatat sebagai momen kematian Thomas Eric Duncan, seorang warga negara Liberia pasien pertama Ebola di Amerika Serikat. Ia meninggal di Texas Health Presbyterian Hospital Dallas pada 8 Oktober 2014.

Sebelumnya, pada tanggal 20 September di tahun yang sama, Thomas tiba di Dallas setelah perjalanan dari Liberia. Namun delapan hari setelahnya pada tanggal 28 September, dia dirawat di Texas Health Presbyterian setelah didiagnosis menderita Ebola, virus mematikan yang telah merenggut ribuan nyawa di Afrika Barat.

Saymendy Lloyd, seorang aktivis Liberia berbasis di Washington, yang bertindak sebagai juru bicara keluarganya, mengungkapkan bahwa Thomas juga menerima beberapa obat anti-Ebola eksperimental atas dorongan keluarganya.

Melansir dari usatoday.com, kondisi Thomas semakin memburuk selama 10 hari terakhirnya di rumah sakit. Dia menerima perawatan medis intensif, dialisis, dan berada dalam keadaan semi koma.

Setelah kematiannya, jenazahnya dikremasi untuk mengurangi risiko penularan kepada orang lain, sesuai dengan pernyataan dari David Lakey, komisioner kesehatan Texas.

Louise Troh, tunangan Thomas, mengungkapkan kesedihannya, dan dia mengucapkan belasungkawa kepada keluarganya di Liberia dan Amerika Serikat. Troh juga memuji keberanian Thomas selama pertempuran melawan penyakit mematikan ini.

Perawat, dokter, dan perawat di Rumah Sakit Texas Health Presbyterian Dallas juga merasakan duka cita atas kepergiannya, dan komunitas di sekitarnya juga turut merasa berduka.

Troh, yang bersama keluarganya, telah dipindahkan dan dimonitor untuk gejala infeksi Ebola, berterima kasih kepada warga Dallas, gereja, komunitas Liberia lokal, dan pejabat publik atas dukungan yang mereka berikan selama masa sulit itu.

Kendati demikian, perlakuan awal terhadap keluarga Thomas mendapat kritik karena mereka dikarantina di apartemen dengan barang-barang yang terkontaminasi oleh Thomas, selama enam hari sampai tim yang menangani bahan berbahaya tiba untuk membersihkan barang-barang tersebut.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tak Sempat Bertemu Anaknya

Karsiah Duncan, putra berusia 19 tahun dari Thomas Eric Duncan, terbang ke Dallas untuk menjenguk sang ayah. Tetapi Thomas keburu meninggal sebelum pertemuan mereka yang telah dijadwalkan melalui video.

Thomas sangat bersemangat untuk bersatu kembali dengan putranya, yang bermain sepak bola di sebuah universitas Amerika, setelah 16 tahun terpisah.

Kabar kematian Duncan juga mengguncang komunitas Liberia di daerah Dallas-Fort Worth, yang mengadakan doa-doa untuk kesembuhannya.

Uskup Nathan Kortu, seorang pemimpin Liberia lokal, mengungkapkan keterkejutan dan ketakutan di kalangan komunitas Liberia atas kejadian ini.

Pemakaman Liberia biasanya mewah, dengan upacara jenazah sepanjang malam diikuti oleh upacara pemakaman dan perayaan besar dengan hidangan tradisional Afrika dan nyanyian.

Namun, semua itu harus ditinggalkan karena situasi yang luar biasa ini.

Sebagai catatan, saat itu belum ada pengobatan atau vaksin yang terbukti untuk Ebola.

Beberapa pasien Ebola di Amerika Serikat dan tempat lain telah menerima obat eksperimental yang belum teruji secara luas. Namun, peluang kesembuhan Thomas saat itu sangat kecil, mengingat tingkat kematian yang tinggi dari penyakit ini, terutama di Afrika Barat.

 

3 dari 4 halaman

Termasuk Terlambat Ditangani

Selama masa perawatan Thomas di rumah sakit, beberapa kendala muncul, termasuk penanganan yang terlambat karena ia awalnya dikirim pulang dari rumah sakit Dallas tanpa menyadari bahwa dia terinfeksi Ebola.

Penundaan seperti ini bisa sangat berbahaya dalam kasus penyakit menular.

Upaya lain untuk mengobati pasien Ebola yang telah terbukti berhasil adalah dengan evakuasi tiga orang Amerika, yaitu Kent Brantly, Nancy Writebol, dan Richard Sacra, dari Liberia ke Amerika Serikat.

Mereka dirawat di unit biocontainment khusus yang dikembangkan untuk mengobati Ebola dan penyakit berbahaya lainnya, dan semuanya selamat.

Namun, dalam kasus Thomas, para dokter mungkin menghadapi kesulitan lebih besar karena tidak diketahui riwayat medis masa lalunya, termasuk apakah dia memiliki penyakit kronis serius selain Ebola.

Thomas disebutkan terinfeksi penyakit ini sebelum meninggalkan Liberia saat membantu membawa seorang wanita berusia 19 tahun ke rumah sakit -- yang kemudian didiagnosis menderita Ebola.

Selama penerbangan dari Liberia, Thomas menandatangani formulir yang menyatakan bahwa dia tidak pernah kontak dengan seseorang yang terinfeksi Ebola. Namun ridak jelas apakah dia mengetahui diagnosis wanita muda yang dia tolong saat meninggalkan negara itu, yang pada awalnya tampak berkaitan dengan kehamilan.

 

4 dari 4 halaman

Pejabat Nyatakan Tak Ada Gejala Ebola Sebelumnya

Pejabat-pejabat di Liberia mengatakan Duncan tidak menunjukkan gejala saat naik pesawat, sehingga dia dianggap tidak menular. Ebola hanya dapat menyebar melalui cairan tubuh dari orang yang menunjukkan tanda-tanda penyakit ini.

Berbeda dengan infeksi seperti tuberkulosis, yang utamanya menyerang paru-paru, Ebola memengaruhi banyak organ tubuh sekaligus.

Gejala diare dan muntah yang hebat dapat menyebabkan dehidrasi dan masalah pada irama jantung.

Virus Ebola juga diketahui dapat menyebabkan pendarahan dengan merusak pembuluh darah dan trombosit, serta dapat mengganggu fungsi ginjal dan hati.

Selain itu, Ebola bisa memicu reaksi berlebihan dari sistem kekebalan tubuh, yang dapat membebani tubuh dan berujung pada syok septik.

Kematian Thomas Eric Duncan menjadi sorotan nasional dan memicu tindakan cepat dari pejabat kesehatan. Mereka melacak hingga 80 hingga 100 orang yang telah berkontak dengan Thomas di Dallas sebelum dia dirawat di rumah sakit.

Wali Kota Dallas saat itu, Mike Rawlings, berjanji untuk menghentikan penyebaran virus Ebola di komunitas mereka, dan ini juga memicu perketatan regulasi terhadap pemeriksaan pelancong dari Afrika Barat yang masuk ke Amerika Serikat.

Pemerintah AS akhirnya memutuskan untuk melakukan pemeriksaan demam Ebola di lima bandara AS, yang melayani 94% penumpang dari Afrika Barat. Langkah ini diambil untuk memastikan bahwa potensi penyebaran Ebola dapat diidentifikasi dan diatasi sejak dini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.