Sukses

Mengenal Fenomena La Nina hingga Dampaknya, Apa Bedanya dengan El Nino?

Fenomena alam El Nino umumnya lebih sering terjadi dibandingkan La Nina.

Liputan6.com, Jakarta - Suhu dan cuaca ekstrem yang belakangan ini dirasakan hampir seluruh masyarakat di dunia salah satunya disebabkan oleh fenomena iklim El Nino dan La Nina.

Lalu, apa sebenarnya El Nino dan La Nina?

Dilansir laman Space, Jumat (6/10/2023), El Nino fenomena alami pemanasan suhu permukaan laut secara berkala di wilayah tengah dan timur Samudera Pasifik. Sementara La Nina adalah kebalikannya, di mana suhu laut lebih dingin dari rata-rata. 

Kedua fenomena alam ini sama-sama secara signifikan memengaruhi pola cuaca bumi.

Peristiwa El Nino dan La Nina rata-rata terjadi setiap dua hingga tujuh tahun dan biasanya berlangsung antara sembilan hingga 12 bulan, namun terkadang dapat berlangsung selama bertahun-tahun. Menurut National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), El Nino umumnya lebih sering terjadi dibandingkan La Nina.

Secara definisi, El Nino artinya "anak laki-laki" dalam bahasa Spanyol. Istilah ini diperkirakan berasal pada tahun 1600-an ketika para nelayan pertama kali menyadari adanya air hangat yang tidak biasa di Samudera Pasifik.

Sementara itu, La Nina artinya "gadis kecil" dalam bahasa Spanyol. Fenomena ini memiliki efek kebalikan dari El Nino, yang terkadang disebut juga El Viejo, anti-El Nino atau "peristiwa dingin". 

Selama El Nino, kekuatan angin pasat berkurang, menyebabkan air hangat dialihkan ke timur, menuju garis pantai barat Amerika, dan upwelling air dingin berkurang. 

Namun selama La Nina, angin pasat semakin intensif, sehingga mendorong aliran air hangat ke Asia lebih besar. Pada saat yang sama, di lepas pantai Amerika, upwelling meningkat, menyebabkan lebih banyak air dingin yang kaya nutrisi naik ke permukaan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Dampak Nyata Fenomena El Nino

El Nino berdampak besar pada pola cuaca karena peningkatan suhu laut menyebabkan aliran jet Pasifik bergeser ke selatan dari posisi normalnya.

Akibatnya, wilayah di Amerika Serikat bagian utara dan Kanada mengalami kondisi yang lebih kering dan hangat dibandingkan biasanya. Sebaliknya, wilayah Gulf Coast dan Tenggara AS mengalami curah hujan di atas rata-rata selama periode ini, yang menyebabkan peningkatan kejadian banjir, menurut NOAA.

Dampak El Nino juga dirasakan pada populasi laut. Selama El Nino, upwelling air dingin yang kaya nutrisi melemah atau berhenti sama sekali, sehingga mengakibatkan berkurangnya fitoplankton. Hal ini menyebabkan kelangkaan pangan bagi populasi ikan yang mengandalkan fitoplankton sebagai sumber makanan utama. Akibatnya, dampaknya akan berpindah ke rantai makanan ke organisme lain yang bergantung pada ikan seperti burung laut dan mamalia laut.

3 dari 3 halaman

Dampak La Nina

Sementara selama La Nina, kehadiran air dingin di Samudera Pasifik mengakibatkan pergeseran aliran jet ke utara. Pergeseran ini sering kali menyebabkan kondisi kering di Amerika Serikat bagian selatan sekaligus menyebabkan peningkatan curah hujan dan banjir di Pasifik Barat Laut dan Kanada.

Selama La Nina berlangsung, suhu musim dingin cenderung lebih hangat dari biasanya di wilayah selatan dan lebih dingin di wilayah utara. Selain itu, La Nina dapat berkontribusi pada meningkatnya intensitas musim badai.

Dengan meningkatnya upwelling selama La Nina, ekosistem laut mendapat manfaat dari melimpahnya nutrisi dari kedalaman. Perairan dingin di lepas pantai Pasifik juga menarik lebih banyak spesies air dingin seperti cumi-cumi dan salmon ke pantai Kalifornia.

Di India, kehadiran La Nina dapat mengakibatkan peningkatan curah hujan dan musim hujan yang jauh lebih kuat.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini