Sukses

Wali Kota di Perbatasan AS Umumkan Status Darurat Akibat Banyaknya Imigran Ilegal

Banyaknya imigran ilegal di perbatasan AS membuat kewalahan wali kota setempat.

Liputan6.com, Eagle Pass - Kota Eagle Pass di perbatasan selatan Amerika Serikat (AS) mengumumkan status gawat darurat karena kewalahan atas masuknya ribuan imigran ilegal. Sembari membawa keluarga, para imigran itu tampak berani melewati pagar berduri. 

Dilansir VOA Indonesia, Jumat (6/10), angka imigrasi ilegal di perbatasan menurun, tiba-tiba terjadi lonjakan migran yang melintasi Sungai Rio Grande September lalu. Masuknya ribuan orang ke Kota Eagle Pass di perbatasan Texas itu mendorong pejabat kota untuk mengumumkan dan memperpanjang keadaan darurat.

Tanpa kaki dengan ditemani putrinya yang masih balita, Maria Argentina melintasi Sungai Rio Grande untuk menyerahkan diri kepada pihak berwenang AS di Kota Eagle Pass. Kota itu berada di Texas barat daya, berbatasan dengan Kota Piedras Negras di Meksiko.

Sekelompok migran di dekatnya membantu ia melintasi kawat berduri yang dipasang di sana. Petugas patroli perbatasan mengawasi mereka. Pada satu titik, salah satu petugas memotong kawat berduri untuk membantu perempuan difabel asal Honduras itu. Ia sangat kelelahan, tapi lega karena akhirnya sampai ke daratan dengan selamat.

Maria memberi tahu petugas bahwa ia menyeberang bersama putrinya yang masih berusia dua tahun dan adik laki-lakinya. Ia dan banyak migran lain kemudian ditangkap oleh petugas Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan (CBP).

Gilberto Lopez dan Alexander Nava adalah dua di antara banyak imigran yang datang dari Venezuela.

“Perjalanan melintasi hutan, melewati negara demi negara sungguh sulit. Meksiko sangat sulit… Kami tiba di sini dengan harapan akan diberi izin masuk,” jelas Gilberto López.

“Kami telah melalui sebulan penuh perampokan, penjambretan, penculikan…,” kata Alexander Nava.

Mereka menggunakan pakaian dan selimut untuk membuka jalan di tengah kawat berduri yang dipasang Garda Nasional Texas, untuk menghalangi mereka masuk ke Amerika. Sementara sisanya menunggu di balik kawat-kawat itu.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Memotong Kawat Berduri

Menurut Kepala Patroli Perbatasan Jason Owens, para petugas bekerja secara aktif untuk mengatur gelombang para migran. Biasanya, gelombang berjumlah 1.000 sampai 2.000 migran berusaha menyeberang ke AS, di mana banyak di antaranya adalah perempuan dan anak-anak.

Para petugas terkadang memotong kawat berduri untuk membantu mereka melintas, sebuah tindakan yang dikritik Gubernur Texas Greg Abbott, yang menyebutnya “membuka pintu bagi imigran gelap.” Namun Owens membela aksi itu.

“Saat para migran bertemu dengan petugas kami, mereka sudah berada di AS. Mereka tidak bisa memanjat tepi sungai dan itu tidak masalah, kecuali mereka mulai menghadapi rintangan. Jika mereka terbawa arus, jika mereka mulai tidak tahan dengan lingkungan sekitar, suhu ekstrem misalnya – dan para petugas melihatnya, mereka tidak akan membiarkan orang lain mati atau berada dalam bahaya,” komentar Jason Owens.

Karena kewalahan dan tidak memiliki sumber daya yang memadai untuk menangani lonjakan migran yang membutuhkan makanan dan tempat tinggal, pejabat Kota Eagle Pass pun mengumumkan keadaan darurat.

Wali Kota Rolando Salinas telah meminta bantuan pemerintah federal untuk menangani situasi itu. Ia mengklaim, sekitar 12.000 migran tiba di kota berpenduduk 28.000 jiwa itu dalam kurun satu minggu.

 

3 dari 4 halaman

Respons Biden

Pemerintahan Biden pun mengambil tindakan pekan lalu dengan mengumumkan anggaran lebih dari $12 juta untuk komunitas yang menerima arus migran.

Rolando mengatakan, “Saya mengerti orang-orang ini melarikan diri dari kondisi yang sulit di negara asal mereka. Saya tidak menyangkalnya, tetapi harus ada tata tertib. Kita tidak bisa hanya mengatakan, ‘Oh, kami kasihan pada mereka, biarkan semua orang datang,’ karena kalau begitu sistemnya akan runtuh.”

Kondisi di sana sudah sangat memprihatinkan, apalagi masih banyak tantangan ke depan. Peraturan pemerintahan Biden yang diumumkan Mei lalu mewajibkan para migran mengajukan permohonan suaka untuk membuat janji temu dengan pejabat imigrasi secara online, atau membuktikan bahwa mereka mencari perlindungan di negara lain terlebih dahulu sebelum tiba di AS.

Isu imigrasi merupakan isu panas di Amerika Serikat. 

Mantan Presiden AS Donald Trump dan Partai Republik terutama sangat tegas menolak imigran ilegal. Trump pun sempat memiliki program membangun tembok. 

4 dari 4 halaman

Kirim ke Utara

Pada September 2022, Gubernur Texas Greg Abbott mengirimkan dua bus berisi migran menuju rumah Wakil Presiden Amerika Serikat Kamala Harris. Mereka adalah imigran ilegal yang masuk ke Texas.

Pengiriman bus imigran ilegal ini merupakan bentuk protes dari negara bagian Texas yang berada di perbatasan. Meski ada masalah imigran ilegal, Wapres AS Kamala Harris sempat memberi klaim bahwa keadaan di perbatasan baik-baik saja.

Dilaporkan Fox News, ini bukan pertama kalinya Gubernur Texas mengirim para imigran ilegal ke wilayah ibu kota. Terkini, ada lebih dari 100 orang yang dikirim oleh Gubernur Texas Greg Abbott. Mereka dikumpulkan di Eagle Pass, Texas.

Para migran itu ada yang berasal dari Venezuela, Uruguay, Kolombia, dan Meksiko. Saat ditanya Fox News, para migran itu berpikir AS punya kebijakan perbatasan terbuka.

Dua bus itu berangkat dari Del Rio, Texas, kemudian menurunkan para imigran ilegal di dekar kediaman Wapres Harris di Naval Observatory, Washington DC, Kamis (15/9).

Wapres Harris ogah berkomentar mengenai hal tersebut. Para migran lantas dibawa ke gereja oleh organisasi Sanctuary DMV.

Gubernur Florida Beri Tiket Pesawat

Langkah serupa juga dilakukan Gubernur Florida Ron DeSantis. Ia bahkan menerbangkan para imigran ilegal dengan pesawat menuju kawasan elit Martha's Vineyard pada Rabu (14/9).

Sementara, Wali Kota Washington DC, Muriel Bowser, menyebut kedatangan para migran tersebut memicu krisis kemanusiaan di wilayahnya. Bowser menyindir pemerintah federal yang belum membantu DC, namun ia menyampaikan akan berusaha sebaik mungkin.

"Jadi telah dikatakan, tetapi mesti dipertegas, bahwa gubernur-gubernur Texas dan Arizona telah membuat krisis ini. Dan pemerintah federal belum turun tangan untuk membantu District of Columbia," ujar Bowser.

Bowser telah meminta agar Garda Nasional untuk membantu mengatasi ribuan migran di ibu Washington DC. Namun, Pentagon menolak permintaan wanita itu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.