Sukses

Pelaku penembakan di Siam Paragon Mall Thailand Hadapi 5 Dakwaan, termasuk Pembunuhan Berencana

Masih belum jelas dari mana tersangka mendapatkan senjata yang digunakan dalam penembakan di Siam Paragon Mall atau apa motifnya, namun polisi mengatakan bahwa remaja 14 tahun itu menggunakan senjata modifikasi yang dibeli secara online.

Liputan6.com, Bangkok - Pelaku penembakan di Siam Paragon Mall di Bangkok, Thailand, pada Selasa (3/10/2023), yang berusia 14 tahun dikenai lima dakwaan termasuk pembunuhan berencana. Dia ditangkap pada hari yang sama sesaat setelah menjalankan aksinya.

Dua orang tewas dalam penembakan di Siam Paragon Mall, masing-masing adalah warga negara China dan Myanmar. Adapun korban luka lima orang, di antaranya tiga warga lokal, seorang warga negara China dan satu lainnya warga negara Laos.

"Tingkat keparahan (luka) bervariasi," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Thailand Kanchana Patarachoke, seperti dilansir CNN (5/10).

Mayor Jenderal Polisi Nakarin Sukhonthawit menuturkan bahwa tersangka dibawa dari kantor polisi Pathum Wan, tempat dia ditahan, ke pengadilan remaja di Bangkok pada Rabu (4/10) untuk mendengarkan dakwaan.

"Di antaranya adalah pembunuhan berencana, percobaan pembunuhan, kepemilikan senjata api tanpa izin, membawa senjata api ke tempat umum tanpa izin, dan menembak di tempat umum tanpa izin," kata Nakarin.

"Dokter mengatakan dia tidak dalam kondisi dapat diinterogasi hari ini."

Masih belum jelas dari mana tersangka mendapatkan senjata yang digunakan dalam penembakan tersebut atau apa motifnya, namun Nakarin mengungkapkan dia menggunakan senjata modifikasi yang dibeli secara online.

"Senjata yang dimodifikasi ini banyak tersedia di internet, kami sedang menyelidiki di mana dia membeli senjata tersebut," ujarnya.

Kepala Polisi Thailand Torsak Sukvimol mengatakan pada Selasa (3/10) bahwa tersangka menyerahkan diri setelah melancarkan penembakan dan masih memiliki amunisi ketika dia ditangkap.

"Terkait isu personal lebih jauh, kami tidak dapat membicarakan banyak hal karena dia masih remaja," ungkap Torsak, sambil mengonfirmasi bahwa pelaku memiliki masalah mental yang menyebabkan dia dirawat di Rumah Sakit Rajavithi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Menyerah Setelah Melihat Senjata Polisi

Kapten Polisi Thanamorn Noonart menuturkan bahwa dia adalah petugas pertama yang menemui tersangka di Siam Paragon Mall. Kepada media Thailand pada Rabu dia menyebutkan, remaja tersebut membuang senjatanya begitu dia melihat senapannya.

Thanamorn mengakui bahwa dia siap menghadapi insiden seperti itu dan telah menerima pelatihan dalam menghadapi penembak aktif menyusul penembakan massal mematikan di Nakhon Ratchasima pada tahun 2020, yang juga menargetkan sebuah mal.

"Saya mendapat informasi awal bahwa dia masih remaja, jadi saya pikir saya tidak ingin menggunakan kekerasan," tutur Thanamorn.

Namun, menurut Thanamorn, tersangka terindikasi ingin melawan saat mengatakan, "Sudah terlambat karena banyak orang membawa senjata".

Thanamorn pun mengacungkan senapannya.

"Saya harus menunjukkan kapasitas saya dengan memamerkan senapan agar dia tahu bahwa kapasitas saya lebih tinggi dari dia," ujarnya. "Tidak lama kemudian, tersangka menyerahkan diri dan polisi berhasil menangkapnya."

Video dari dalam pusat perbelanjaan memperlihatkan tersangka berlutut dengan tangan terangkat ke udara. Dua petugas polisi kemudian terlihat mendobrak pintu kaca sebelum memasuki toko dan menangkapnya.

"Tersangka ditangkap kurang dari satu jam setelah penembakan dimulai sekitar pukul 16.20 waktu setempat dan dibawa ke rumah sakit terdekat setelah diinterogasi polisi," kata Torsak.

3 dari 4 halaman

Masa Sulit bagi Pariwisata Thailand

Penembakan ini terjadi pada saat yang sulit bagi Thailand ketika mereka mencoba menarik kembali wisatawan dan menghidupkan kembali perekonomian negara setelah pembatasan akibat pandemi COVID-19.

Pekan lalu, Thailand mengumumkan kebijakan bebas visa bagi wisatawan China dan Kazakhstan, yang menandakan pemulihan industri pariwisata penting mereka adalah prioritas utama. Kebijakan ini diambil tepat pada periode liburan "Golden Week" atau "Minggu Emas", di mana banyak warga negara China bepergian.

China pernah menjadi sumber wisatawan terbesar Thailand, dengan hampir 11 juta pengunjung pada tahun 2019, menyumbang lebih dari seperempat kedatangan internasional sebelum pandemi COVID-19 melemahkan pasar pariwisata global.

Dan menurut data Otoritas Pariwisata Thailand, hanya 2,2 juta wisatawan China yang datang antara Januari dan 10 September 2023.

Penembakan di Siam Paragon Mall yang menewaskan dan melukai warga negara China pun dikhawatirkan membuat wisatawan berpikir dua kali untuk bepergian ke Thailand.

Pengguna media sosial di China dilaporkan telah menyuarakan ketakutannya seiring rumor yang menyatakan bahwa mereka bisa diculik dan dikirim melintasi perbatasan untuk dipekerjakan di scam call centers di Myanmar atau Kamboja bila bepergian ke Thailand.

Siam Paragon Mall sendiri merupakan pusat perbelanjaan dan hiburan terpopuler di Bangkok, termasuk di kalangan wisatawan China. Di dekatnya terdapat Kuil Erawan, yang menjadi target pengeboman yang menewaskan 20 orang pada tahun 2015.

Perdana Menteri Thailand Srettha Thavisin telah menyampaikan belasungkawa sedalam-dalamnya kepada keluarga korban penembakan. Dia juga mengatakan telah berbicara dengan duta besar China untuk Thailand.

"Saya menelepon duta besar China dan meminta maaf atas peristiwa malang itu. Dan saya telah meyakinkannya bahwa pemerintah Thailand telah melakukan semua yang kami bisa," kata Srettha pada Rabu.

"Yang Mulia berbaik hati memberi saya dukungan dan pengertian, dia yakin hal itu tidak akan memengaruhi kepercayaan pemerintah China dan wisatawan Tiongkok."

Dalam unggahannya di X alias Twitter, Srettha mengatakan bahwa pemerintahnya akan menerapkan langkah-langkah keamanan tertinggi demi keselamatan wisatawan. Namun, dia tidak menjelaskan lebih lanjut maksudnya.

4 dari 4 halaman

Tingginya Kepemilikan Senjata Api di Thailand

Kepemilikan senjata api di Thailand disebut tergolong tinggi dibandingkan negara tetangganya.

Menurut data tahun 2017 dari Small Arms Survey (SAS) yang berbasis di Swiss, lebih dari 10,3 juta warga sipil memegang senjata api di Thailand atau sekitar 15 senjata untuk setiap 100 orang.

SAS menyatakan bahwa sekitar 6,2 juta senjata tersebut terdaftar secara legal.

Meski demikian, penembakan massal jarang terjadi di Thailand. Terakhir kali pada Oktober 2022, di mana setidaknya 36 orang tewas dalam serangan senjata dan pisau di sebuah pusat penitipan anak di Provinsi Nong Bua Lamphu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini