Sukses

AS Konfirmasi Ukraina Pakai Bom Tandan ke Rusia, Formasi Pertahanan dan Manuver Moskow Terdampak

Cluster munitions atau bom (amunisi) tandan yang dipasok AS berada di tangan Ukraina dan dikerahkan di lapangan sebagai bagian dari pertempuran Kyiv melawan invasi Rusia.

Liputan6.com, Kyiv - Cluster munitions atau bom tandan yang dipasok AS berada di tangan Ukraina dan dikerahkan di lapangan sebagai bagian dari pertempuran Kyiv melawan invasi Rusia, kata juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby, Kamis 20 Juli 2023.

"Kami mendapat beberapa umpan balik awal dari Ukraina, dan mereka menggunakannya dengan cukup efektif," kata Kirby dalam jumpa pers seperti dikutip dari Channel News Asia, Jumat (21/7/2023).

Kirby mengatakan amunisi tandan itu berdampak pada formasi pertahanan dan manuver Rusia.

Ukraina telah berjanji untuk menggunakan bom tandan hanya untuk mengusir konsentrasi tentara musuh Rusia.

Bom tandan atau amunisi tandan yang dilarang di lebih dari 100 negara, biasanya melepaskan sejumlah besar bom kecil yang dapat membunuh tanpa pandang bulu di wilayah yang luas. Mereka yang gagal meledak menimbulkan bahaya selama beberapa dekade.

Masing-masing pihak menuduh pihak lain menggunakan bom tandan dalam konflik yang diluncurkan oleh invasi Rusia pada Februari 2022.

Sebelumnya, Presiden AS Joe Biden mengatakan dalam wawancara TV kabel, seperti dikutip dari BBC, Sabtu 8 Juli 2023, bahwa itu adalah "keputusan yang sangat sulit di pihak saya untuk mengirim bom tandan".

"Saya mendiskusikan ini dengan sekutu kami," katanya kepada CNN, "Saya mendiskusikan ini dengan teman-teman kami di Capitol Hill."

Dia mengatakan telah memutuskan untuk mengirim amunisi karena "Ukraina kehabisan amunisi".

Atas keputusannya ini, Joe Biden diperkirakan bakal menghadapi pertanyaan dari sekutu tentang masalah tersebut pada KTT NATO di Lituania pekan depan.

Dalam pengarahan harian Gedung Putih pada Jumat 7 Juli, Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan mengatakan amunisi tandan memiliki bahaya bagi sipil.

"Kami menyadari amunisi tandan menciptakan risiko bahaya sipil dari persenjataan yang tidak meledak. Inilah mengapa kami menunda keputusan selama kami bisa," ucap Jake Sullivan.

Dia menambahkan: "Ukraina tidak akan menggunakan amunisi ini di negara asing. Ini adalah negara mereka yang mereka pertahankan."

Sullivan mengatakan Ukraina kehabisan artileri dan membutuhkan bantuan pasokan, sementara AS meningkatkan produksi dalam negeri.

"Kami tidak akan meninggalkan Ukraina tanpa pertahanan dalam periode konflik ini," kata Sullivan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Ukraina Ingkar Janji Tak Gunakan Bom Tandan Pemberian AS?

Sebelumnya, Ukraina menyambut baik keputusan kontroversial Amerika Serikat mengirim bom tandan (cluster munitions) untuk Kiev, sekaligus berjanji bahwa amunisi hanya akan digunakan untuk membantu membebaskan wilayah Ukraina.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky yang berterima kasih kepada AS atas bantuan militer itu juga bersumpah bahwa bom tak akan digunakan untuk melancarkan serangan ke Rusia, demikian seperti dikutip dari Brisbane Times, Minggu (9/7/2023).

Serangan balasan Ukraina terhadap invasi Rusia terhenti. Tetapi keputusan AS pada Jumat 9 Juli untuk memasok Ukraina dengan munisi tandan yang dilarang secara luas telah memicu reaksi dari sekutu termasuk Kanada, Jerman dan Spanyol, karena risiko bagi warga sipil atas bom.

Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikov mengatakan amunisi itu akan membantu menyelamatkan nyawa tentara Ukraina. Ukraina akan menyimpan catatan ketat penggunaannya, bertukar informasi dengan mitranya, dan tidak menggunakannya di daerah perkotaan.

Mereka hanya akan dikerahkan "untuk menerobos garis pertahanan musuh", dan untuk membebaskan "wilayah kami yang diakui secara internasional", kata Reznikov.

"Amunisi ini tidak akan digunakan di wilayah Rusia yang diakui secara resmi," lanjut Menhan Ukraina itu.

3 dari 4 halaman

Menhan AS Ungkap Komitmen Rezim Volodymyr Zelensky

Jenderal Ukraina dan Pentagon mengonfirmasi ketibaan bom tandan pada 14 Juli 2023.

"Kami baru saja mendapatkannya, kami belum menggunakannya, tapi ini dapat mengubah (medan perang) secara radikal," ungkap Brigadir Jenderal Oleksandr Tarnavsky pada Kamis (14/7/2023), waktu Ukraina, seperti dikutip dari CNN, Jumat 15 Juli.

Tarnavsky adalah komandan Operasi Pasukan Gabungan "Tavria", yang beroperasi di sebagian besar front Ukraina selatan.

"Musuh juga memahami bahwa dengan amunisi ini, kami akan mendapat keuntungan... Rusia berpikir bahwa kami akan menggunakannya di semua area depan. Itu sangat keliru. Mereka sangat khawatir," ujar Tarnavsky.

Pada Kamis sore, Pentagon mengonfirmasi keberadaan bom tandan di Ukraina dengan mengatakan, "Bom tandan sudah berada di Ukraina saat ini."

Komunitas internasional telah menyuarakan keprihatinan atas pengiriman bom tandan oleh AS ke Ukraina. Senjata mematikan itu telah dilarang di lebih dari 100 negara.

AS berusaha meredam kekhawatiran. Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengungkapkan pada Kamis bahwa Ukraina hanya akan menggunakan bom tandan pada tempat yang tepat.

"Kyiv telah berkomitmen secara tertulis untuk memastikan bahwa amunisi ini tidak digunakan di daerah berpenduduk," ujar Menhan Austin.

"Mereka akan mencatat tempat-tempat di mana mereka menggunakan dan mereka akan memprioritaskan upaya pembersihan ranjau."

Pentagon menggarisbawahi bahwa Ukraina tidak punya minat menggunakan bom tandan di dekat warga sipil, tidak seperti Rusia. 

4 dari 4 halaman

Putin Akui Rusia Punya Cukup Stok Bom Tandan dan Akan Membalas Bila Diserang

Rusia memiliki persediaan bom tandan dan akan mempertimbangkan penggunaannya dalam melawan Ukraina jika senjata yang sama digunakan untuk memeranginya. Hal tersebut ditegaskan langsung oleh Presiden Vladimir Putin.

"Rusia memiliki persediaan yang cukup untuk berbagai jenis bom tandan," ungkap Putin seperti dilansir CNN, Senin (16/7/2023). "Jika itu digunakan untuk melawan kami maka kami berhak melakukan tindakan serupa."

Pernyataan Putin tersebut muncul beberapa hari setelah Ukraina mengakui telah menerima pengiriman bom tandan pabrikan Amerika Serikat (AS). Namun, seorang pejabat tinggi militer Ukraina menggarisbawahi bahwa senjata jenis itu belum digunakan.

Keputusan AS untuk mengirim bom tandan ke Kyiv kontroversial dan dikritik oleh kelompok hak asasi manusia.

Bom tandan sangat berbahaya bagi warga sipil dan non-kombatan ketika ditembakkan di dekat daerah berpenduduk karena senjata itu menyebarkan bom-bom kecil ke area luas. Bom-bom kecil yang gagal meledak saat ditembakkan bisa meledak hingga bertahun-tahun kemudian, menimbulkan risiko jangka panjang yang mirip dengan ranjau darat.

Bahaya yang ditimbulkan oleh bom tandan telah mendorong lebih dari 100 negara termasuk Inggris, Prancis, dan Jerman untuk menandatangani perjanjian yang melarang penggunannya.

Presiden AS Joe Biden mengakui bahwa keputusan pengiriman bom tandan ke Ukraina sangat sulit. Namun, dia memilih melakukannya karena Ukraina membutuhkan lebih banyak amunisi untuk melanjutkan perjuangannya mendorong pasukan Rusia keluar dari wilayahnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini