Sukses

AS Kirim Jet Tempur ke Teluk Timur Tengah Usai Bersitegang dengan Iran, Rusia, dan Suriah

Amerika Serikat mengirim jet tempur F-16 di sekitar Selat Hormuz yang strategis untuk melindungi kapal-kapal kepentingan Amerika dari ancaman provokasi Iran, seorang pejabat senior pertahanan mengatakan pada Jumat 14 Juli 2023.

Liputan6.com, Washington D.C. - Amerika Serikat mengirim jet tempur F-16 di sekitar Selat Hormuz yang strategis untuk melindungi kapal-kapal kepentingan Amerika dari ancaman provokasi Iran, seorang pejabat senior pertahanan mengatakan pada Jumat 14 Juli 2023.

Pejabat itu juga menambahkan bahwa AS semakin khawatir tentang hubungan antara Iran, Rusia dan Suriah di Timur Tengah --Associated Press melaporkan seperti dikutip dari France24, Minggu (16/7/2023).

Berbicara kepada wartawan Kemhan AS (Pentagon), pejabat itu mengatakan AS akan mengirim jet tempur F-16 ke wilayah Teluk akhir pekan ini untuk mendukung pesawat serang A-10 yang telah berpatroli di sana selama lebih dari seminggu.

Langkah itu dilakukan Amerika setelah Iran mencoba merebut dua kapal tanker minyak di dekat selat pekan lalu, menembaki salah satu dari mereka. Iran baru berhenti setelah USS McFaul, sebuah kapal perusak bersenjatakan rudal, tiba di tempat kejadian.

Pejabat pertahanan, yang berbicara dengan syarat anonim untuk memberikan rincian operasi militer di wilayah tersebut, mengatakan F-16 akan memberikan perlindungan udara kepada kapal-kapal yang bergerak melalui jalur air dan meningkatkan visibilitas militer di daerah tersebut. Tujuannya, untuk mencegah aksi provokasi Iran.

Selain itu, pejabat pertahanan mengatakan kepada wartawan bahwa AS sedang mempertimbangkan sejumlah opsi militer untuk mengatasi meningkatnya agresi Rusia di langit Suriah, yang mempersulit upaya untuk menyerang pemimpin kelompok teroris ISIS akhir pekan lalu. Pejabat itu menolak untuk merincikan operasi, tetapi mengatakan AS tidak akan menyerahkan wilayah apapun dan akan terus terbang di bagian barat negara itu pada misi anti-ISIS.

Aktivitas militer Rusia, yang telah meningkat sejak Maret, berasal dari meningkatnya kerja sama dan koordinasi antara Moskow, Teheran dan pemerintah Suriah untuk mencoba menekan AS agar meninggalkan Suriah, kata pejabat itu.

Pejabat itu mengatakan Rusia terikat pada Iran atas dukungannya dalam perang di Ukraina, dan Teheran ingin AS keluar dari Suriah sehingga dapat lebih mudah mendistribusikan dukungan ke Hizbullah Lebanon dan mengancam Israel.

AS juga melihat pasukan Quds Iran dan Rusia melakukan lebih banyak kerja sama, kolaborasi, perencanaan dan berbagi intelijen di Suriah, untuk menekan AS agar menarik pasukan dari sana.

Ada sekitar 900 pasukan AS di negara itu untuk melakukan misi yang menargetkan kelompok teroris ISIS.

AS tidak percaya pesawat Rusia berencana untuk menjatuhkan bom pada pasukan AS atau menembak jatuh pesawat berawak.

Tetapi ada kekhawatiran bahwa pilot Rusia akan menjatuhkan drone Reaper dari langit dan bahwa Moskow percaya bahwa jenis tindakan tidak akan memicu respons militer AS, kata pejabat itu.

Komandan militer AS dan Rusia secara rutin berkomunikasi melalui saluran telepon untuk menghindari bentrokan yang tidak diinginkan di Suriah, di mana kedua belah pihak memiliki pasukan di darat dan di udara.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

AS: Iran Sita Tanker Minyak yang Sedang Menuju Uni Emirat Dubai

Iran menyita tanker minyak kedua dalam sepekan pada Rabu (3/5/2023), di perairan Teluk. Hal tersebut disampaikan oleh Angkatan Laut Amerika Serikat (AS).

Armada Kelima Angkatan Laut AS yang berbasis di Bahrain mengatakan, tanker minyak Niovi yang berbendera Panama ditangkap oleh Angkatan Laut Korps Pengawal Revolusi Islam Iran (IRGCN) pada pukul 06.20 waktu setempat saat melewati Selat Hormuz yang sempit.

Kantor berita Iran, Mizan, melaporkan bahwa tanker minyak disita atas perintah pengadilan menyusul pengaduan dari penggugat. Tidak ada rincian lebih lanjut yang dibeberkan.

"Tanker minyak Niovi sedang melakukan perjalanan dari Dubai menuju pelabuhan Fujairah, Uni Emirat Arab, ketika dipaksa oleh kapal IRGCN untuk mengubah arah menuju perairan teritorial Iran," kata AL AS seperti dilansir Reuters, Rabu.

Baca selengkapnya...

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini