Sukses

Pakistan dan China Kerja Sama Bangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Rp71 Triliun

Dukungan China ini disebut akan membantu Pakistan melakukan transisi energi dari ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Liputan6.com, Islamabad - Pakistan dan China menandatangani kesepakatan senilai USD 4,8 miliar atau Rp71 triliun pada Selasa (20/6/2023), untuk membangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) 1.200 megawatt. Hal tersebut diumumkan oleh Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif.

PM Sharif memuji investasi China, yang menurutnya sekutu yang paling diandalkan.

"Pengerjaan proyek Chashma 5 akan segera dimulai," ujar PM Sharif seperti dilansir CNA, Kamis (22/6), pasca penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Badan Nuklir Nasional China dan Komisi Energi Atom Pakistan.

"Investasi China dalam proyek ini hingga USD 4,8 miliar mengirimkan pesan yang keras dan jelas bahwa Pakistan adalah tempat di mana perusahaan-perusahaan dan investor-investor China terus menunjukkan kepercayaan dan keyakinan mereka."

Proyek Chashma 5 akan dibangun di Provinsi Punjab. Dukungan China ini disebut akan membantu Pakistan melakukan transisi energi dari ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Total kapasitas produksi energi nuklir Pakistan naik menjadi 1.400 megawatt, ketika PLTN keenam dibuka dua tahun lalu. Terletak di selatan Kota Karachi, pabrik berkapasitas 1.100 megawatt itu juga dibangun dengan bantuan China.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pakistan Dapat Diskon Rp1,4 Triliun

PM Sharif, yang pemerintahnya berjuang mati-matian untuk mencegah krisis neraca pembayaran, berterima kasih kepada China karena menawarkan diskon USD 100 juta atau Rp1,4 triliun untuk proyek terbaru.

Tidak jelas apakah investasi baru itu merupakan bagian dari USD 65 miliar atau Rp972 triliun yang telah dijanjikan China dalam pembangunan infrastruktur untuk Pakistan di bawah Belt and Road Initiative.

Proyek baru ini awalnya direncanakan untuk dimulai beberapa tahun lalu dan PM Sharif mengucapkan terima kasih kepada China karena tidak menjadwal ulang biaya meskipun penundaannya lama. Sebaliknya, kata dia, China telah mengucurkan dana awal sebesar USD 104,53 juta untuk memulai proyek tersebut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.