Sukses

Jejak Tradisi Sumbat Hidung Suku Apatani India Lawan Penculikan Wanita

Sumbat hidung dan tato pada perempuan awalnya dirancang untuk menghentikan perampok menculik wanita dari desa Suku Apatani.

Liputan6.com, Itanagar - Sumbat hidung berwarna hitam menonjol di wajah para wanita Apatani di Arunachal Pradesh, India. Bersarang di sisi hidung mereka, dan menjadi pemandangan yang mencuri perhatian. Jejak tradisi yang kini sudah tak diberlakukan lagi.

Dalam suku tersebut, penyumbatan hidung wanita Apatani adalah ritual yang harus dilakukan setelah seorang wanita mengalami menstruasi pertama. Sebagai pertanda mereka telah menjadi orang dewasa. 

Melansir dari dailymail.co.uk, Selasa (14/3/2023), Suku Apatani diketahui tinggal di sebuah desa kecil di lembah Ziro, jauh di pedesaan Arunachal Pradesh. Mereka mempunyai mata pencaharian sebagai petani.

Ritual suku Apatani menyumbat hidung dan menato wajah wanita adalah tradisi yang nyaris punah.

Praktik bersejarah menyumbat hidung dan menato wajah belum pernah dilakukan lagi pada seorang wanita Apatani sejak tahun 1970. Hanya tersisa dari mereka yang masih hidup dan pernah melakukannya dahulu kala.

Sumbat hidung dan tato pada awalnya dimaksudkan untuk membuat para wanita terlihat kurang menarik ketika perampok menyerang desa mereka.

Diyakini bahwa praktik aneh itu secara historis dilakukan kepada semua wanita Apatani yang sudah dewasa, dalam upaya untuk mencegah penculikan terhadap wanita di Suku Apatani. Setiap kali suku itu diserang, perempuan mereka akan diculik dan tidak pernah kembali lagi.

Pemimpin Apatani memutuskan bahwa wanita tercantik harus memiliki sumbat hidung yang melingkar dan berukuran besar, juga dikenal sebagai yaping hurlo, ditempatkan di sisi hidung mereka.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Suku Apatani, Pengingat Kisah Sulit Bertahan Hidup

Wajah para wanita adalah pengingat sejarah dari kisah sulit bertahan hidup suku tersebut di wilayah pedesaan. 

Selain sumbat hidung, tato gelap terukir di wajah para wanita Suku Apatani. Garis tato dirancang secara vertikal ke bawah wajah mereka, dari atas dahi ke bawah dagu. Tato warna gelap yang dibuat dari dahi ke dagu sengaja diterapkan setelah periode pertama menstruasi setiap wanita. 

Kedua praktik tersebut sengaja dirancang untuk mencoba membuat wajah para wanita terlihat kurang cantik dengan harapan para perampok akan melihat sekali saja dan memutuskan untuk tidak menculik para wanita Apatani. 

Di balik kisah kelam yang dialami para wanita Suku Apatani, wilayah yang mereka diami terletak di lahan basah yang subur di Arunachal Pradesh. Pertanian, sawah tetap menjadi salah satu sumber pendapatan utama suku tersebut.

Selain beras, ikan juga dibudidayakan di sawah, memungkinkan suku tersebut menikmati makanan berprotein meskipun lokasinya jauh dari peradaban. 

Suku Apatani mempraktikkan agamanya sendiri, yang dikenal sebagai Donyi-Polo, di mana mereka berdoa kepada Matahari (Donyi) dan Bulan (Polo). 

Era modern membuat tradisi sumbat hidung sudah tidak dilakukan sejak tahun 1970 pada seorang perempuan Apatani.

Sekarang hanya wanita tua dari suku tersebut yang memiliki ciri fisik dari masa lampau, yang memberikan petunjuk tentang sejarah suku yang menarik pada masa lalu.

 

 

 

3 dari 4 halaman

Tradisi Unik Dari Belahan Dunia

Selain tradisi unik Suku Apatani, ternyata di berbagai dunia juga tersebar tradisi-tradisi uniuk lainnya yang masih dilestrasikan hingga kini.

Setiap negara dan masyarakatnya pasti punya tradisi masing-masing. Tradisi itu turun-temurun dilanjutkan agar tidak hilang begitu saja pada generasi berikutnya.

Memang karena perbedaan latar belakang budaya, kadangkala kita tak habis pikir mendengar sejumlah tradisi di negara lain. Namun, di antara banyaknya kebudayaan pada beberapa negara, ternyata memiliki tradisi yang tidak biasa.

Malahan tradisi-tradisi tersebut dianggap jorok dan menjijikan, apa saja kira-kira? Berikut rangkumannya:

1. Makan plasenta bayi di Tiongkok

Makan plasenta bayi memang sangat menjijikkan. Dan ini dilakukan oleh masyarakat di Tiongkok, bahkan di Jamaika dan India. Alasannya, ibu yang makan plasenta mereka sendiri setelah melahirkan untuk mengambil nutrisi lain dari plasenta tersebut.

2. Berguling di atas ludah di India

Tradisi ini mewajibkan kaumnya untuk berguling-guling di bekas air ludah kaum Brahmana. Kaum ini merupakan kaum dengan kasta tertinggi di India. Dan yang melakukan ritual ini adalah kaum Dalit yang merupakan kaum dengan kasta terendah.

Ritual yang diberi nama Madey Snana ini sudah ada sejak 4000 tahun. Kaum Dalit percaya berguling di bekas ludah bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit dan mendatangkan berkah.

Baca Selengkapnya disini...

 

4 dari 4 halaman

Perang Kotoran Sapi, Tradisi Unik di India Ini Dipercaya Dapat Tangkal Penyakit

Selain itu kebanyak tradisi unik-unik berasal dari India, bahkan ada tradisi perang kotoran sapi di negara tersebut. Tak sedikit orang yang menganggap kotoran sapi itu jorok dan menjijikan.

Namun berbeda dengan masyarakat di India. Mereka justru menganggap bahwa kotoran sapi bermanfaat untuk kesehatan. Mereka pun menggunakannya untuk melakukan sebuah tradisi unik.

Sebuah desa kecil di India memiliki tradisi tahunan yang unik dengan melakukan "perang" menggunakan kotoran sapi secara besar-besaran. Tradisi ini berlangsung sebagai upacara penutup untuk mengakhiri perayaan Diwali.

Untuk melakukan tradisi tersebut ribuan penduduk desa naik ke atas tumpukan kotoran sapi untuk ambil bagian dalam pertempuran tersebut. Tradisi tahunan ini secara rutin dilakukan di desa Kairuppala di Kurnool, India selatan. 

Mungkin saling melempar kotoran sapi terdengar seperti kegiatan yang jorok, namun dalam masyarakat Hindu kotoran sapi merupakan suatu hal yang penting dan berharga bagi mereka.

Kotoran sapi sangat dikagumi di India sehingga perusahaan menggunakannya sebagai bahan dalam produk kecantikan, kesenian buatan tangan (handmade), bahkan perangkat perlindungan radiasi.

Baca selengkapnya disini...

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.