Sukses

Awas, Keseringan Makan Makanan Olahan Bisa Picu Kanker Ovarium

Sebuah studi yang dilakukan di Inggris membuktikan bahwa kebanyakan wanita menderita kanker ovarium karena terlalu sering makan makanan olahan.

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah studi terhadap lebih dari 197.000 orang di Inggris menemukan bahwa mengonsumsi lebih banyak makanan ultra proses meningkatkan risiko berkembang dan meninggal akibat kanker, terutama kanker ovarium. Bahkan dari angka tersebut, lebih dari setengahnya merupakan perempuan. 

Makanan ultra proses (ultra-prosessed food/UPF) secara mudah dipahami sebagai makanan kemasan. Makanan yang diproses secara berlebihan termasuk sup kemasan, saus, pizza beku, dan makanan siap saji, serta sosis, kentang goreng, soda, kue yang dibeli di toko, kue, permen, donat, es krim, dan masih banyak lagi.

“Makanan olahan diproduksi dengan bahan-bahan yang berasal dari industri dan sering menggunakan bahan tambahan makanan untuk menyesuaikan warna, rasa, konsistensi, tekstur, atau memperpanjang umur simpan,” kata Dr. Kiara Chang seorang peneliti Institut Kesehatan dan Perawatan Nasional di Sekolah Kesehatan Masyarakat Imperial College London, seperti dikutip CNN, Jumat (17/2/2023).

"Tubuh kita mungkin tidak bereaksi dengan cara yang sama terhadap bahan makanan ini seperti dibandingkan dengan makanan yang segar dan bergizi," kata Chang.

Namun, orang yang makan lebih banyak makanan olahan juga cenderung "minum lebih banyak minuman bersoda dan lebih sedikit teh dan kopi, serta lebih sedikit sayuran dan makanan lain yang terkait dengan pola diet sehat," kata ahli diet dan pengajar senior di Aston Medical School di Birmingham Duane Mellor.

“Ini bisa berarti bahwa itu mungkin bukan efek khusus dari makanan olahan itu sendiri, tetapi mencerminkan dampak dari asupan makanan sehat yang lebih rendah,” kata Mellor.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Hubungan dengan Kanker

Studi yang diterbitkan di jurnal eClinicalMedicine, mengamati hubungan antara makan makanan ultra proses dan 34 jenis kanker berbeda selama periode 10 tahun.

Para peneliti memeriksa informasi tentang kebiasaan makan 197.426 orang yang merupakan bagian dari Biobank Inggris, database biomedis besar dan sumber penelitian yang mengikuti penduduk dari tahun 2006 hingga 2010.

Jumlah makanan ultra proses yang dikonsumsi oleh orang-orang dalam penelitian ini berkisar dari yang terendah 9,1% hingga yang tertinggi 41,4% dari makanan mereka. Pola makan kemudian dibandingkan dengan catatan medis yang mencantumkan diagnosis dan kematian akibat kanker.

Menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh Imperial College London, setiap peningkatan 10% dalam konsumsi makanan ultra proses dikaitkan dengan peningkatan 2% dalam pengembangan kanker apa pun dan peningkatan risiko 19% untuk didiagnosis dengan kanker ovarium.

Selain itu, ditemukan pula bahwa kematian akibat kanker juga meningkat. Untuk setiap peningkatan 10% tambahan dalam konsumsi makanan ultra proses, risiko kematian akibat kanker meningkat sebesar 6%, sedangkan risiko kematian akibat kanker ovarium meningkat sebesar 30%. 

3 dari 4 halaman

Tingkat Kanker Ovarium Meningkat

Mengenai kematian akibat kanker di kalangan wanita, kanker ovarium menempati peringkat kelima dan menurut American Cancer Society, ”menyumbang lebih banyak kematian daripada kanker sistem reproduksi wanita mana pun."

“Temuan ini menambah studi sebelumnya yang menunjukkan hubungan antara proporsi makanan ultra-olahan (UPF) yang lebih besar, risiko obesitas, serangan jantung, stroke, dan diabetes tipe 2 yang lebih tinggi,” kata seorang ilmuwan nutrisi di British Nutrition Foundation Simon Steenson. 

“Namun, batasan penting dari studi sebelumnya dan analisis baru yang diterbitkan hari ini adalah bahwa temuan tersebut bersifat observasional sehingga tidak memberikan bukti hubungan kausal yang jelas antara UPF dan kanker, atau risiko penyakit lain,” kata Steenson.

4 dari 4 halaman

Cenderung Tidak Melakukan Aktivitas Fisik

Konsumen makanan ultra proses yang tinggi cenderung tidak melakukan aktivitas fisik dan lebih cenderung diklasifikasikan sebagai obesitas. Orang-orang ini juga cenderung memiliki pendapatan rumah tangga dan pendidikan yang lebih rendah dan tinggal di komunitas yang paling kurang mampu.

"Studi ini menambah bukti yang berkembang bahwa makanan ultra proses cenderung berdampak negatif terhadap kesehatan kita termasuk risiko kanker," kata penulis utama studi dan dosen senior klinis di Sekolah Kesehatan Masyarakat Imperial College London Dr. Eszter Vamos.

Penelitian terbaru ini bukan yang pertama menunjukkan hubungan antara asupan tinggi makanan ultra proses dan kanker. Studi sebelumnya pada 2022 juga menemukan hubungan antara makanan ultra proses dan kanker kolorektal yang banyak ditemukan pada pria. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.