Sukses

Lawan Tank AS dan Jerman, Rusia Klaim Kerahkan Robot Tempur

Rusia meluncurkan robot penghancur tank Abrams dan Leopard 2 sebagai respons Moskow terhadap keputusan Amerika Serikat dan negara-negara Eropa yang akan mengirimkan tank Abrams dan Leopard 2 ke Ukraina.

Liputan6.com, Jakarta Rusia meluncurkan robot penghancur tank Abrams dan Leopard 2 sebagai respons Moskow terhadap keputusan Amerika Serikat dan negara-negara Eropa yang akan mengirimkan tank Abrams dan Leopard 2 ke Ukraina.

Mantan direktur jenderal badan antariksa federal Rusia Roscosmos, Dmitry Rogozin, menuturkan bahwa robot yang diberi nama Marker buatan Rusia itu mampu memukul tank Abrams buatan AS dan tank Leopard buatan Jerman, Sputnik melaporkan seperti dikutip dari Antara, Sabtu (28/1/2023).

Rogozin menjelaskan bahwa Marker mempunyai katalog target dalam bentuk spektrum cahaya tampak dan inframerah, dan sistem tersebut akan membantu Marker untuk mendeteksi secara otomatis perangkat keras militer musuh.

“Misalnya, sesaat setelah pengiriman tank Abrams dan Leopard ke pasukan Ukraina dimulai, Marker akan dilengkapi dengan gambar elektronik yang sesuai untuk mendeteksi dan menghancurkan tank AS dan Jerman dengan peluru kendali anti-tank,” kata Rogozin kepada Sputnik.

Marker, menurut dia, juga bisa memprioritaskan target musuh saat berada di garis terdepan.

Mantan kepala Roscosmos itu mengatakan empat robot Marker akan dikirimkan ke wilayah Donbass pada Februari nanti. Dia berharap Marker bisa segera beroperasi setelah melalui serangkaian uji coba.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tank Jerman ke Ukraina

Pernyataan Rogozin muncul setelah Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorius mengumumkan keputusan Berlin untuk mengirimkan 14 unit tank Leopard 2 ke Ukraina, yang diikuti pengumuman Presiden AS Joe Biden yang menyatakan bahwa Washington juga bakal mengirimkan 31 tank Abrams ke Kiev.

Kedutaan Besar Rusia di Jerman memperingatkan bahwa “keputusan (Berlin) yang berbahaya itu dapat mendorong konflik di Ukraina ke tingkat kebuntuan baru".

Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, juga menyatakan bahwa keputusan AS dan negara-negara Barat itu telah menunjukkan keterlibatan langsung mereka dalam konflik di Ukraina.

Moskow telah berulang kali memperingatkan AS dan para sekutunya bahwa pengiriman bantuan militer ke Kiev akan memperpanjang konflik di Ukraina.

Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan negara-negara anggota aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) sedang "bermain api" dengan memasok senjata ke Kiev, dan setiap arak-arakan militer ke Ukraina akan menjadi target sasaran bagi Rusia.

 

3 dari 3 halaman

Bala Bantuan untuk Ukraina

Amerika Serikat (AS) dan Jerman pada Rabu (25/1/2023), mengumumkan akan mengirimkan tank mereka ke Ukraina. Pengumuman ini menandai tahap pertama upaya terkoordinasi Barat untuk menyediakan senjata berat, yang menurut komandan militer Ukraina akan memungkinkan serangan balasan, mengurangi korban, dan memulihkan pasokan amunisi yang menipis.

Presiden Joe Biden mengatakan, AS akan mengirimkan 31 tank M1 Abrams. Sebelumnya, AS menolak mengirimkannya karena berargumen bahwa tank Abrams terlalu sulit untuk dioperasikan dan dirawat oleh Ukraina.

Sekutu Eropa, sebut Biden, telah setuju mengirim cukup tank untuk melengkapi dua batalion tank Ukraina atau total 62 tank.

"Untuk membebaskan tanah mereka, mereka harus mampu melawan taktik dan strategi Rusia yang berkembang di medan perang dalam waktu dekat," ungkap Biden seperti dikutip dari AP, Kamis (26/1/2023).

Selengkapnya...

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.