Sukses

Sejarah Hari Valentine: Festival Pagan atau Kisah Cinta?

Melihat versi-versi perayaan Hari Valentine.

Liputan6.com, Jakarta - Hari Valentine yang identik dengan cinta dan cokelat malah sering menuai kontroversi di jagat media sosial Indonesia. Orang-orang yang tidak ingin merayakan Valentine seringkali mengkritik orang-orang yang merayakannya.

Salah satu argumen yang mengkritik Valentine adalah hari ini disebut sebagai "festival pagan". 

Sebenarnya sejarah hari Valentine tidak hanya satu, dan festival pagan pun bukan berarti identik dengan hal-hal horor. Berikut sejumlah versi sejarah awal mula Valentine's Day, seperti dilansir situs History, Selasa (24/1/2023): 

1. Festival Pagan

Ada versi sejarah yang menyebut Hari Valentine adalah upaya Gereja Katolik untuk mengadaptasi perayaan pagan yang disebut Lupercalia. Dulu, Lupercaria dirayakan pada 15 Februari.

Lupercalia merupakan festival kesuburan untuk Faunus, dewa pertanian Romawi, serta untuk pendiri kota Roma, yakni Romulus dan Remus.

Anggota ordo Luperci berkumpul di gua suci tempat kelahiran Romulus dan Remus, mereka lalu mengorbankan seekor kambing untuk kesuburan dan anjing untuk kemurnian. 

Kulit kambing itu akan dicelup ke darah pengorbanan dan dibawa ke jalanan, kemudian disentuhkan ke wanita dan ladang untuk kesuburan. Para wanita juga dengan suka hati menyentuh benda tersebut.

Tak hanya itu, ada juga acara menaruh nama di sebuah urn (guci) besar, kemudian para lajang di kota akan memilih sebuah nama untuk dijadikan pasangan. Selama setahun, laki-laki itu akan dipasangkan dengan wanita yang ia pilih. Biasanya, pasangan itu pada akhirnya benar-benar menikah.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Dihukum Karena Cinta

2. Valentinus 

Ada setidaknya tiga santo yang bernama Valentine (Valentinus) yang dicatat oleh Gereja Katolik. Tiga-tiganya menjadi martir.

Salah satunya adalah Valentinus di era Kaisar Claudius II. Kaisar kejam itu berpikir bahwa laki-laki yang masih lajang lebih baik ketimbang yang sudah beristri. Alhasil, anak-anak muda tak boleh menikah demi militer.

Valentinus melihat kebijakan itu sebagai hal yang tidak adil. Alhasil, ia menikahkan para sejoli secara diam-diam. Kaisar Claudius yang marah lantas menghukum mati Valentinus.

Ia disebut dieksekusi pada 14 Februari, sekitar tahun 270.

Cerita lain menyebut Valentinus dibunuh karena berusaha melarikan para orang-orang Kristen dari penjara Romawi yang kejam. Namun, ia jatuh cinta dengan seorang gadis yang diduga adalah putri dari petugas penjara.

Sebelum meninggal, Valentinus disebut mengirim surat yang diakhiri dengan "From Your Valentine", dan penulisan pesan itu masih populer hingga kini.

3 dari 3 halaman

Musim Semi

3. Cinta Bersemi 

Masih terkait dengan teori yang pertama, hari Valentine baru dikaitkan dengan cinta pada Abad Pertengahan. Pasalnya,  orang-orang di Abad Pertengahan meyakini bahwa 14 Februari merupakan hari kawin para burung-burung di alam liar, sehingga muncul gagasan hari Valentine sebagai hari cinta.

Pada 1375, penyair Inggris kuno, Geoffrey Chaucer, juga pernah menulis bait terkait hubungan antara hari Valentine dan pencarian cinta. Salam Valentine pun semakin populer di Abad Pertengahan.

Hingga tahun 2000-an, perayaan Valentine semakin populer di berbagai negara, tak hanya di Eropa, tetapi di Asia Timur, Uni Emirat Arab di Timur Tengah, hingga Indonesia.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.