Sukses

Demonstran Anti-Kudeta di Myanmar Mulai Latihan Fisik untuk Lawan Junta Militer

Para pengunjuk rasa di Myanmar mulai latihan fisik.

Liputan6.com, Yangon - Para demonstran atau pengunjuk rasa di Myanmar mulai melatih fisik mereka guna melawan junta militer Myanmar. 

Sambil menyanyikan dalam bahasa Burma kesiapan mereka untuk berperang "untuk rakyat", sekitar 120 pemuda berlari-lari di sekitar hutan berlumpur di pagi hari dalam sebuah video yang dirilis oleh sebuah kelompok yang memproklamirkan dirinya sebagai kekuatan tempur baru melawan junta Myanmar.

Mengutip Channel News Asia, Selasa (27/4/2021), seorang pendiri kelompok tersebut, Mon Mon, mengatakan bahwa Pasukan Pertahanan Bersatu-nya terdiri dari pengunjuk rasa terhadap kudeta 1 Februari yang melarikan diri dari tindakan keras di mana ratusan demonstran telah dibunuh oleh pasukan keamanan.

Gambar selebaran, yang diterbitkan oleh Reuters, adalah di antara yang pertama yang menunjukkan mantan pengunjuk rasa mendapatkan pelatihan dari tentara etnis di perbatasan Myanmar - sebuah tanda krisis yang semakin parah di negara berpenduduk 53 juta orang itu.

"Kami di sini untuk menghadiri pelatihan militer selama tiga bulan dan kami semua memiliki satu tujuan, revolusi," kata Mon Mon kepada Reuters. 

"Kebanyakan di sini berusia 20-an, para pelajar. Beberapa adalah orang dewasa berusia sekitar 35 tahun, 40 tahun, tetapi banyak juga Generasi Z."

Reuters tidak dapat secara independen memverifikasi rincian riasan dari grup yang baru-baru ini dibentuk.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Demonstran Dianggap Perusuh

Tentara Myanmar tidak menanggapi permintaan komentar. Pihaknya sebelumnya menggambarkan pengunjuk rasa yang berupaya memulihkan pemerintahan sipil yang dipimpin oleh peraih Nobel Aung San Suu Kyi sebagai perusuh yang mengancam keamanan nasional.

Mon Mon mengatakan kelompok yang saat ini menjalani pelatihan termasuk sekitar 250 orang, 20 di antaranya perempuan, tetapi organisasi tersebut memiliki sekitar 1.000 orang di seluruh Myanmar.

Dia mengatakan pelatihan itu berlangsung saat ini di daerah yang diselenggarakan oleh Persatuan Nasional Karen (KNU), salah satu dari sekitar dua lusin organisasi etnis bersenjata yang telah memperjuangkan otonomi yang lebih besar selama beberapa dekade di pinggiran Myanmar.

Kepala urusan luar negeri KNU, Padoh Saw Taw Nee, mengatakan kepada Reuters bahwa dia tidak dapat mengkonfirmasi atau menyangkal apakah pelatihan diberikan di sana.

Pertempuran meletus pada Selasa pagi di dekat perbatasan Thailand dan KNU mengatakan pasukannya telah menyerbu sebuah pos militer di sana. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.