Sukses

NASA Setujui Misi Heliofisika untuk Jelajahi Matahari

Ditargetkan untuk diluncurkan pada 2026, EUVST diharap biisa mempelajari bagaimana atmosfer matahari melepaskan angin matahari dan mendorong letusan material dari pusat tata surya.

Liputan6.com, Jakarta - NASA telah menyetujui dua misi heliofisika untuk menjelajahi Matahari dan sistem yang mendorong cuaca antariksa di dekat Bumi.

Bersama-sama, kontribusi NASA untuk Misi Teleskop Spektroskopi Ultraviolet Tinggi Ekstrem Epsilon, atau EUVST, dan Penjelajah Pencitraan Zeeman Elektrojet, atau EZIE, akan membantu penelitian memahami Matahari dan Bumi sebagai sistem yang saling berhubungan.

Memahami fisika yang mendorong angin matahari dan ledakan matahari - termasuk jilatan api matahari dan lontaran massa koronal - suatu hari nanti dapat membantu para ilmuwan memprediksi peristiwa ini, yang dapat memengaruhi teknologi manusia dan penjelajah di luar angkasa.

Dikutip dari laman nasa.gov, Jumat (1/1/2021), Badan Eksplorasi Dirgantara Jepang (JAXA) memimpin Misi Epsilon Teleskop Spektroskopi Ultraviolet Tinggi (EUVST) Ekstrem (Misi Solar-C EUVST), bersama dengan mitra internasional lainnya.

Ditargetkan untuk diluncurkan pada 2026, EUVST adalah teleskop surya yang akan mempelajari bagaimana atmosfer matahari melepaskan angin matahari dan mendorong letusan material dari pusat tata surya tersebut.

Fenomena ini menyebar keluar dari Matahari dan mempengaruhi lingkungan radiasi ruang angkasa di seluruh tata surya.

Kontribusi perangkat keras NASA untuk misi tersebut mencakup detektor UV yang diintensifkan dan mendukung elektronik, komponen spektrograf, teleskop pemandu, perangkat lunak, dan sistem pencitraan untuk memberikan konteks pengukuran spektrografi.

Anggaran kontribusi NASA untuk EUVST adalah US$ 55 juta. Penyelidik utama untuk kontribusi NASA dan EUVST adalah Harry Warren di Laboratorium Riset Angkatan Laut AS di Washington.

Electrojet Zeeman Imaging Explorer (EZIE) akan mempelajari arus listrik di atmosfer bumi yang menghubungkan aurora dengan magnetosfer Bumi - salah satu bagian dari sistem cuaca antariksa yang rumit, yang merespons aktivitas matahari dan faktor lainnya.

Indeks Auroral Electrojet (AE) adalah ukuran umum tingkat aktivitas geomagnetik, meskipun detail struktur arus ini tidak dipahami.

EZIE akan diluncurkan paling cepat Juni 2024. Total anggaran untuk misi EZIE adalah US$ 53,3 juta. Peneliti utama untuk misi tersebut adalah Jeng-Hwa (Sam) Yee di Laboratorium Fisika Terapan Universitas Johns Hopkins di Laurel, Maryland.

"Kami sangat senang menambahkan misi baru ini ke armada satelit yang sedang berkembang yang mempelajari sistem Matahari-Bumi. Kami menggunakan serangkaian alat observasi yang luar biasa," kata Thomas Zurbuchen, administrator asosiasi untuk sains di Markas NASA di Washington.

"Selain antusiasme saya dalam memilih observatorium multi-titik perintis yang berfokus pada elektrojets aurora, saya sangat bersemangat untuk menindaklanjuti keberhasilan misi ilmu surya Yohkoh dan Hinode dengan kolaborasi internasional lainnya dengan JAXA dan mitra Eropa lainnya di EUVST."

 

Saksikan Video Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Seputar EZIE

EZIE adalah investigasi yang terdiri dari trio CubeSat yang akan mempelajari sumber dan perubahan dalam elektrojet aurora, arus listrik yang berputar melalui atmosfer Bumi sekitar 60-90 mil di atas permukaan dan meluas ke magnetosfer.

Interaksi magnetosfer dan angin Matahari menekan sisi magnetosfer yang menghadap Matahari dan menarik sisi magnetosfer malam hari ke dalam apa yang disebut “magnetotail”.

Elektrojets aurora dihasilkan oleh perubahan struktur magnetotail. Fenomena cuaca antariksa yang sama yang memberi daya pada aurora yang indah dapat menyebabkan gangguan pada sinyal radio dan komunikasi serta jaringan utilitas di permukaan Bumi, dan kerusakan pada pesawat ruang angkasa di orbit.

"Dengan misi baru ini, kami memperluas cara kami mempelajari Matahari, ruang angkasa, dan Bumi sebagai sistem yang saling berhubungan," kata Peg Luce, wakil direktur Divisi Heliofisika di Markas NASA di Washington.

"Penggunaan teknologi instrumen EZIE yang terbukti pada misi sains Bumi CubeSat hanyalah salah satu contoh bagaimana pengembangan sains dan teknologi di NASA berjalan seiring lintas disiplin."

Pendanaan untuk misi peluang ini berasal dari Heliophysics Explorers Program, yang dikelola oleh Explorers Program Office di NASA Goddard Space Flight Center di Greenbelt, Maryland.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.