Sukses

Maaf, Jangan Cium Pipi Dulu di Paris

Pemerintah Prancis melakukan program kuratif sekaligus preventif seiring wabah Virus Corona.

Liputan6.com, Jakarta - Anggoro Budi Nugroho belakangan ini menahan diri untuk tidak berjabat tangan apalagi cium pipi kanan dan kiri jika bertemu orang lain selama di Paris. Padahal biasanya, mahasiswa doktoral di Université de Limoges itu selalu melakukannya. Selain karena kebiasaan dan kultur, juga untuk menunjukkan respek dan keakraban.

Perubahan tata cara pergaulan ini tak lepas dari wabah Virus COVID-19 atau Corona. Imbauan untuk tidak berjabat tangan dan kontak fisik itu salah satu bagian dari upaya pemerintah setempat mengantisipasi persebaran wabah.

"Sistem kuratif berjalan baik, dan pemerintah telah menyatakan siap menghadapi berbagai jenis skenario," katanya kepada Liputan6.com, dari Paris lewat pesan Whatsapp.

Selanjutnya, Anggoro melaporkan kondisi terkini Prancis secara umum. "Saat ini status kewaspadaan nasional berada pada tingkat Siaga 2," jelasnya.

Siaga 2 istilahnya Stade Deux. Statusnya disebut Endiguer, artinya, menerima bahwa virus telah berada di tanah domestik dan mencari inangnya untuk berkembang. Indikasi, telah hadirnya pengidap secara sporadis di beberapa tempat di dalam negeri.

Pemerintah setempat pun meningkatkan upaya cegah tangkal menjadi upaya menghentikan persebaran. Tindakan yang dilakukan terutama mengimbau publik untuk sejenak tidak berjabat tangan, berhenti melakukan ‘la bise’ (cium pipi kanan kiri), membatalkan aktivitas yang berpotensi menghadirkan 5.000 orang lebih.

"Individu berindikasi tidak boleh menemui dokter atau datang ke RS (bergerak), tetapi harus dijemput oleh petugas SAMU," kata Anggoro.

Jika kondisi makin parah, dia melanjutkan, bisa jadi pemerintah meningkatkan status kewaspadaan nasional ke Siaga 3 atau Stade Trois. Statusnya ini sudah ‘L’epidemie’. Jika ini sudah ditetapkan, artinya epidemi nasional sudah terjadi.

Indikasi, virus telah secara nyata aktif dan bersirkulasi/‘transmissible’ di dalam teritori, dengan parameter multiplikatif derajat keterdampakan yang tidak disebutkan sehingga hanya pemerintah yang tahu.

Langkah yang diambil adalah menghentikan aktivitas transportasi publik, pelarangan berkumpul tak berbatas dan penutupan sekolah/universitas.Selain itu pengerahan seluruh kekuatan medis nasional dan melokalisir pemisahan semua pasien non-pengidap ke lokasi-lokasi non-beridap tertentu.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Seruan Keren Presiden Macron

Sejauh ini, kata dia, secara umum kekhawatiran memang ada, namun banyak yang tidak peduli dan tidak terlihat kepanikan sedikit pun apalagi sampai memborong, menimbun barang.

Semua tenang dan dewasa. Sementara tidak terlihat orang menggunakan masker di ruang-ruang publik, dan beberapa ‘pharmacie’ menyediakan ramuan cairan antiseptik nya sendiri.

Secara umum masyarakat terlihat normal dan pengendalian baik, sesuai arahan Presiden Emmanuel Macron. Presiden menegaskan, bahwa harga cairan antiseptik tangan di pasaran tidak boleh lebih dari Euro 3 dan sampai sejauh ini tidak ada penimbun gelap baik masker maupun ‘antiseptique locaux’.

“Kita hadapi dengan yang terbaik, sembari tetap menjalankan kehidupan," kata Anggoro mengutip seruan Presiden Macron.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.