Sukses

Protes Hong Kong Belum Reda, Australia dan 3 Negara Rilis Travel Warning

Australia mengeluarkan travel warning ke Hong Kong karena aksi protes belum juga mereda.

Liputan6.com, Hong Kong - Pemerintah Australia memperingatkan warganya untuk 'berhati-hati' melakukan perjalanan ke Hong Kong. Langkah itu diambil setelah China mengatakan wilayah itu menghadapi krisis terburuk sejak dikembalikan dari Inggris pada 1997.

Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Australia (Dfat) mengatakan: "Ada risiko konfrontasi dengan kekerasan antara pengunjuk rasa dan polisi, atau orang-orang yang terkait secara kriminal, terutama pada protes yang tidak sah".

Selain Australia, beberapa negara lain yang juga mengeluarkan peringatan perjalanan serupa adalah Irlandia, Inggris, dan Jepang, demikian sebagaimana dikutip dari The Guardian pada Rabu (7/8/2019).

Zhang Xiaoming, salah satu pejabat China paling senior yang mengawasi urusan Hong Kong, berbicara tentang masalah ini pada sebuah pertemuan di kota Shenzhen.

"Pemerintah pusat sangat prihatin dengan situasi Hong Kong, dan berusaha untuk belajar, membuat keputusan dan pengaturan dari tingkat strategis," kata Zhang dalam pidato pembukaannya.

"Hong Kong menghadapi situasi paling serius sejak kembali ke China, oleh karena itu seminar hari ini sangat penting," tambahnya.

Pada Selasa malam, polisi Hong Kong bentrok dengan sekitar 100 pengunjuk rasa dan penduduk distrik kelas pekerja Shamshuipo, setelah seorang pemimpin serikat mahasiswa ditahan karena membawa laser pointer.

Polisi menahan Keith Fong dengan tuduhan memiliki senjata ofensif, menurut halaman Facebook dari Serikat Mahasiswa Hong Kong Baptist University, yang menuding polisi membuat tuduhan untuk menangkap orang secara sewenang-wenang, dan menyerukan pembebasannya segera.

Pada hari Rabu, sebuah pesan beredar di aplikasi Telegram, yang mengatakan penangkapan Fong "secara tepat menunjukkan kekuatan dari RUU ekstradisi ... di mana China dapat menangkap Anda secara sepihak".

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Aksi Protes Jadi Lebih Tidak Terduga

Dfat mengatakan protes diperkirakan akan berlanjut dan menjadi lebih tidak terduga, sehingga sangat disarankan untuk menjauh dari pertemuan publik besar.

Ditambahkan oleh Dfat, bahwa risiko perjalanan di Hong Kong akan menjadi lebih riskan di malam hari dan di akhir pekan.

Di saat bersamaan, Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat dan pemerintah Kanada masih masih menerapkan peringatan "kewaspadaan normal" terhadap Hong Kong.

Aksi protes di Hong Kong telah memasuki pekan kesembilan, dan polisi pada hari Selasa mengatakan menembakkan 800 tabung gas air mata selama protes sehari sebelumnya, ketika mereka berusaha membubarkan demonstran di tujuh distrik.

Di hari yang sama, toko-toko di distrik North Point tutup sejak sore hari, setelah desas-desus adanya serbuan orang-orang dari provinsi Fujian di China daratan.

Selain itu, muncul pula laporan bahwa para demonstran akan memburu orang-orang berpakaian putih, yang telah menyerang mereka malam sebelumnya.

Protes mulai bertentangan dengan aksi penolakan RRU Ekstradisi yang kini ditangguhkan, yang memungkinkan tersangka diadili secara sepihak di China daratan.

Kini, aksi protes telah meluas menjadi reaksi terhadap pemerintah Hong Kong, yang dipicu oleh kekhawatiran banyak warga akan mengikis kebebasan di bawah kendali Patai Komunis China yang semakin ketat.

 

3 dari 3 halaman

Berdampak pada Kujungan Orang Asing

Sementara itu, lebih dari 5 juta orang mengunjungi Hong Kong pada Juni tahun ini, di mana sekitar 80 persen berasal dari China daratan.

Angka kunjungan pada Juni 2019, yang dirilis oleh Badan Pariwisata Hong Kong, menunjukkan jumlah kedatangan orang asing sebenarnya naik 8,5 persen, dibandingkan dengan waktu yang sama tahun lalu.

Namun, Jason Wong Chun-tat, ketua Dewan Industri Perjalanan Hong Kong, mengatakan kepada surat kabar South China Morning Post (SCMP) bahwa jumlah pengunjung sangat terpengaruh oleh aksi protes.

"Efeknya mulai muncul pada bulan Juni. Beberapa agen perjalanan individual telah melaporkan peningkatan 30-50 persen pada pembatalan perjalanan dari China daratan, dan juga dari grup perjalanan Asia Tenggara, ke Hong Kong," jelas Chun-tat.

"Sektor hotel dan ritel memperkirakan penurunan angka kunjungan wisatawan sebanyak dua digit di paruh kedua tahun ini. Situasinya mengkhawatirkan," lanjutnya kepada SCMP.

 

Simak video pilihan berikut: 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.