Sukses

2.000 Sapi Mati di Daerah Terpencil Australia Barat, Mengapa?

Presiden Asosiasi Peternak Australia Barat,Tony Seabrook, mengatakan ia telah diberitahu tentang situasi yang memburuk di properti Pilbara.

Liputan6.com, Pilbara - Pada hari Jumat (1/2/2019), sebuah kelompok industri memeringatkan jumlah ternak sapi yang mati di sebuah properti terpencil Australia Barat diperkirakan naik dua kali lipat menjadi 2.000 ekor, mengingat ada bukti yang muncul dari insiden sebelumnya di situs yang sama.

Dikutip dari laman ABC News Indonesia, Sabtu (2/2/2019) Petugas pemerintahan Australia Barat telah menyingkirkan lebih dari 300 ekor sapi di wilayah Yandeyarra Reserve, 100 kilometer di selatan Port Hedland, dan telah memeringatkan jumlahnya mungkin melebihi 1.000 ekor setelah kondisi mereka memburuk setelah kekurangan makanan dan air.

Presiden Asosiasi Peternak Australia Barat, Tony Seabrook, mengatakan ia telah diberitahu tentang situasi yang memburuk di properti Pilbara pada Jumat (1/2) pagi dan situasinya benar-benar tak bisa diterima.

"Tampaknya itu akan menjadi jauh lebih buruk daripada saat ini," kata Seabrook.

"Data yang dikemukakan menteri sangat konservatif."

"Informasi yang saya miliki jauh lebih banyak dan mungkin berlipat ganda dalam waktu dekat."

Sekitar 5.000 ekor sapi dilindungi di Yandeyarra Reserve oleh Komunitas Aborijin Yandeyarra, yang dikelola oleh Asosiasi Komunitas Mugarinya.

Hal ini terjadi hanya beberapa minggu setelah 1.000 ternak kemungkinan mati di Peternakan Noonkanbah di wilayah Kimberley, Australia Barat, yang saat ini dikelola oleh Yungngora Association Incorporated.

Seabrook mengatakan, fakta bahwa properti Pilbara adalah wilayah adat Aborijin harusnya tak memengaruhi kebijakan di masa depan, dan seharusya diperlakukan sama dengan pemilik lahan peternakan lain di Australia Barat.

"Kepatuhan yang sama yang ada pada properti milik warga kulit putih juga harus ada di sini -- itu tak membebaskan mereka dari tanggung jawab apapun."

Munculnya insiden baru

Insiden ini terjadi ketika ABC mengetahui tentang peristiwa kematian ternak skala besar sebelumnya di properti Pilbara yang sama pada tahun 2012.

Dalam insiden itu, setidaknya 100 ekor sapi diyakini mati di properti yang terletak di wilayah Horse Water Well.

Laporan saksi mata mengenai masalah kesejahteraan hewan, dan foto-fotonya yang mengejutkan, diberikan kepada Anggota Parlemen dari Partai Hijau Australia Barat, Robin Chapple, pada akhir 2014.

Sesepuh komunitas Kariyarra, Patricia Mason, mengatakan ia mengemukakan kekhawatirannya pada tahun 2012, dan saat ini ia merasa hancur oleh insiden terbaru.

"Saya merasa sangat sedih melihat hal-hal yang telah terjadi sejak kami berada di sana ... dan tak ada yang bertanggung jawab," kata Mason.

Ia mengatakan bahwa dirinya mengunjungi wilayah Horse Water Well bersama saudara laki-lakinya pada tahun 2012 dan mengambil foto setelah mereka menemukan sapi, yang mati di samping air, dan memasok informasi itu mereka ke pemerintah.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sumber Air Telah Diracuni?

Dalam insiden lain, 24 sapi ditembak dan ditinggalkan setelah mereka tak muat di dalam truk yang digunakan untuk mengangkut mereka ke tempat lain, tulisnya dalam laporan saksi mata 2014.

"Saya ingin melihat tuntutan diajukan dan saya ingin pemerintah, dan masyarakat, bertanggung jawab," kata Mason.

"Dewan Tanah Aborijin bertanggung jawab, pemerintah bertanggung jawab, menteri bertanggung jawab, badan tanah negara bagian bertanggung jawab."

"Semua orang bertanggung jawab karena tidak melakukan apa-apa. Tidak ada yang bertindak."

"Kami perlu bertindak sebagai warga Aborijin karena ini tidak baik bagi kami untuk memiliki wilayah yang dikelola oleh warga Aborijin dan ada ternak mati. Mengapa begini?."

"[Ini] juga menghancurkan saya, menghancurkan keluarga saya."

"Kita harus ... melindungi binatang. Jika mereka tidak punya air, kita perlu membantu mereka mendapatkan air."

Anggota Parlemen Robin Chapple mengatakan insiden terakhir bisa saja dihindari jika otoritas bertindak empat tahun lalu ketika ia mengajukan masalah ini di Parlemen.

Pada saat itu, ia adalah orang yang mengajukan foto mengejutkan dari ternak mati yang muncul kembali minggu ini, tetapi mengatakan belum ada yang dilakukan.

"Kami mengajukan pertanyaan di Parlemen dan pada dasarnya kami mendapat sedikit perhatian klasik birokrasi - 'bukan tanggung jawab kami, tidak tahu apa-apa tentang hal itu' - walaupun kami memberi mereka foto-foto itu. Mereka tidak melakukan penyelidikan," katanya.

"Sikap birokrasi Perth, sebagian besar, adalah jika hal itu tidak terlihat, maka itu mudah dilupakan."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.