Sukses

Kulit Mangga Bisa Mengurai Limbah Minyak, Ini Caranya

Ternyata kulit mangga bisa mengurai limbah minyak. Berikut ini prosesnya.

Liputan6.com, Canberra - Kulit mangga ternyata bisa digunakan untuk memulihkan kondisi tanah yang terkontaminasi tumpahan minyak.

Hal itu disimpulkan dari hasil penelitian Dokter Biruck Desalegn Yirsaw dari Universitas Australia Selatan. Dia membuktikan bahwa ekstrak kulit mangga dapat digunakan untuk mengurai pencemaran minyak pada tanah.

Dikutip dari laman ABC Indonesia, Kamis (27/9/2018), selama ini tanah yang terkontaminasi tumpahan minyak dipulihkan dengan menggunakan zat boron hidrida.

Kepada ABC Australia, Dokter Yirsaw menjelaskan nanopartikel berbasis tanaman yang ia ciptakan menggunakan kulit mangga kering.

Prosesnya, kulit mangga tersebut dihancurkan, direbus lalu disaring. Hasil saringan ini kemudian dicampurkan dengan klorida besi.

Dari hasil percobaannya, terbukti formula ini dapat menghilangkan 90 persen limbah minyak pada tanah.

"Penelitian ini belum diujicobakan di lapangan. Kami baru menggunakan sampel. Hasilnya menunjukkan efeknya lebih besar daripada zat yang dijual komersial," jelas Dr. Yirsaw.

Ekstrak kulit mangga diketahui juga dapat menghilangkan 99 persen racun kromium dari air yang terkontaminasi.

Menurut Dr Yirsaw, penemuan itu menyajikan solusi berkelanjutan yang ramah lingkungan untuk membersihkan polusi minyak.

"Kita harus menjadikan semua teknologi lebih ramah lingkungan dengan mengurangi implikasinya pada ekologi lingkungan dan pada tingkat produksi," katanya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Zat Biomolekulnya Belum Dipastikan

Mangga diketahui kandungan zat besi yang tinggi, namun Dr. Yirsaw sendiri belum bisa memastikan zat biomolekul mana yang berperan dalam penguraian minyak.

"Potensinya menunjukkan bahwa kita bisa fokus mengidentifikasi atau mengetahui biomolekul yang secara spesifik berperan dalam sintesis nanopartikel," jelasnya.

Meski tidak memastikan bahwa proses baru ini nantinya lebih ramah lingkungan daripada menggunakan boron hidrida, namun menurut Dr Yirsaw proses biologi biasanya lebih aman daripada kimiawi.

Selain itu, proses ini memanfaatkan kulit mangga yang terbuang.

Menurut Robert Gray dari Asosiasi Industri Mangga Australia, 95 persen mangga produksi negara ini dijual sebagai buah utuh. Sangat sedikit yang diolah menjadi jus atau yoghurt dan kulit dibuang.

Namun, menurut dia, pihaknya pasti akan mendukung penggunaan produk sampingan mangga yang berasal dari pengolahan isi buahnya.

Saat ini Australia baru saja memasuki musim mangga hasil produksi dari wilayah utara negara tersebut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.