Sukses

Bukti Keberadaan Bir Tertua di Dunia Ditemukan di Israel

Peneliti AS menemukan tempat pembuatan bir tertua di dunia, beserta artefak alat pembuatan dan residu sisa birnya di gua di Israel.

Liputan6.com, Haifa - Para peneliti mengatakan mereka telah menemukan tempat pembuatan bir tertua di dunia --beserta residu dan artefak yang diduga sebagai alat pembuatannya-- yang diperkirakan berusia sekitar 13.000 tahun, di gua prasejarah dekat kota Haifa di Israel.

Penemuan ini dilakukan ketika para peneliti sedang mempelajari situs pemakaman bagi manusia pemburu-pengumpul (hunter-gatherer) purbakala semi-nomaden, demikian seperti dikutip dari BBC, Minggu (16/9/2018).

Pengolahan bir (brewery) pertama yang pernah tercatat dalam sejarah manusia berusia lebih dari 5.000 tahun yang lalu. Namun, penemuan terbaru di Israel disebut akan merombak sejarah seputar pengolahan bir.

Temuan terbaru itu juga menunjukkan bahwa bir tidak selalu merupakan produk sampingan dari pembuatan roti (dengan menggunakan bahan baku sisa pengolahan roti, seperti ragi, gandum, dan sebagainya) seperti yang diperkirakan sebelumnya.

Lebih lanjut, para peneliti mengatakan bahwa mereka belum bisa menentukan, mana yang lebih dulu ada: pengolahannya (brewery) atau bir yang dihasilkan.

Namun, satu hal yang mereka sangat yakini adalah bir yang diolah itu digunakan dalam pesta-pesta ritual untuk menghormati orang mati, kata para peneliti dalam the Journal of Archaeological Science: Reports terbitan Oktober.

"Temuan ini memberingan sumbangan berupa catatan tertua alkohol buatan manusia di dunia," Li Liu, seorang profesor Stanford University yang memimpin tim peneliti, mengatakan kepada Stanford News, seperti dikutip dari BBC.

Liu mengatakan, tujuan besar riset mereka adalah untuk mencari petunjuk tentang makanan nabati apa yang orang-orang Natufia --yang hidup di antara periode Paleolitik dan Neolitik-- sedang makan, dan selama pencarian, mereka menemukan jejak-jejak alkohol berbasis gandum atau jelai gandum.

Jejak yang dianalisis ditemukan di batu mortir sedalam 60 cm di lantai gua. Batu itu digunakan untuk menyimpan, menumbuk dan memasak berbagai jenis tanaman, termasuk oat, kacang-kacangan dan serat kulit pohon, seperti rami.

Minuman kuno itu, yang bertekstur seperti bubur saat ditemukanm, disebut oleh peneliti tidak seperti bir yang kita kenal dewasa ini.

Tim peneliti telah berhasil menciptakan kembali minuman kuno itu untuk membandingkannya dengan residu yang mereka temukan.

Pembuatannya melibatkan biji-bijian gandum untuk menghasilkan malt, kemudian memanaskan malt tersebut sambil memfermentasi-kannya dengan ragi liar, kata studi tersebut.

Meski miras kuno itu difermentasi, tetapi kadar alkoholnya (Alcohol by Volume atau ABV) lebih lemah dari bir modern.

 

Simak video pilihan berikut:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Disebut Sebagai Warisan Bangsa Sumeria Kuno

Sebelumnya, bukti populer menunjukkan bahwa resep tertua bir dibuat oleh bangsa Sumeria (kini Irak).

"Bir sudah ada sejak dulu, ditemukan sejak 6.000 tahun lalu," kata Brewery Technological Specialist PT Multi Bintang Indonesia Tbk, Daniel Ilham kepada Liputan6.com saat berkunjung ke SCTV Tower, Rabu 25 Oktober 2017.

Bangsa Sumeria membuat bir sekitar 4.000 Sebelum Masehi (SM). Awalnya mereka merendam roti dengan air, lalu membiarkan berfermentasi. Lalu, air rendaman roti tersebut diminum.

Resep tersebut diyakini sebagai awal mula kehadiran bir di dunia. Hal ini didapat dari lempengan batu bukti peninggalan Sumeria.

Kemudian terjadi migrasi yang dilakukan bangsa Mesir dan Roma Kuno di awal perkembangan Kristiani. Hal ini membuat bir menyebar hingga ke benua Eropa bagian Barat dan Utara.

Sejak saat itu, popularitas bir mulai menanjak di daratan Eropa. Minuman dengan cita rasa sedikit pahit ini disukai bahkan menjadi bagian sehari-hari masyarakat sana.

Di abad 5 sampai 15 alias Abad Pertengahan produksi bir massal mulai dilakukan. Tak disangka bir memiliki nilai jual. Kemajuan dalam produksi bir makin maju saat revolusi industri terjadi di Eropa pada abad 18 seperti mengutip buklet Beer Tale dari PT Multi Bintang Indonesia Tbk.

Hingga akhirnya di abad 19, ilmuwan terkenal dari Prancis Louis Pasteur menyarankan kepada pembuat bir membuat minuman ini menggunakan ragi murni dalam proses fermentasi bir. Lalu, murid Pasteur bernama Elion menciptakan the Heineken A-Yeast di 1886. Ragi ini digunakan dalam proses fermentasi salah satu bir terkenal, Heineken.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini