Sukses

FBI: Korea Utara Penyebab Ransomware WannaCry dan Peretasan Bisnis AS

FBI menuduh Korea Utara atas serangkaian serangan siber berprofil tinggi, mulai dari WannaCry dan menyasar bisnis AS.

Liputan6.com, Washington DC - Biro Penyidik Federal Amerika Serikat (FBI) menuduh seorang pemrogram komputer Korea Utara atas serangkaian serangan siber berprofil tinggi termasuk serangan ransomware WannaCry 2017 dan peretasan terhadap rumah produksi film Hollywood, Sony Pictures pada tahun 2014.

Park Jin-hyok, yang diyakini berada di Korea Utara, bertindak atas nama pemerintah Korea Utara, sebut FBI, seperti dikutip dari ABC.net.au, Minggu (9/9/2018).

Ia juga dituduh berkomplot dengan orang lain untuk mencuri US$ 81 juta dari bank di Bangladesh, menurut laporan kriminal Kementerian Kehakiman AS.

Menurut laporan, otoritas AS percaya bahwa Park Jin-hyok bekerja untuk organisasi peretasan yang disponsori Korea Utara juga dikenal sebagai Lazarus Group, yang mencoba untuk meretas beberapa bisnis AS lainnya, termasuk kontraktor pertahanan Lockheed Martin Corp.

Kendati demikiantidak ada bukti Lockheed telah ditembus.

FBI telah lama menduga Korea Utara juga berada di belakang serangan cyber WannaCry tahun lalu, yang menggunakan malware untuk mengacak data di rumah sakit, pabrik, lembaga pemerintah, bank dan bisnis lainnya di seluruh dunia.

Virus WannaCry menginfeksi lebih dari 300.000 komputer di 150 negara dan dianggap belum pernah terjadi sebelumnya sampai saat itu, membuat rumah sakit Inggris offline dan mengganggu jaringan teknologi informasi FedEx.

Pengaduan pidana, yang diajukan di Los Angeles, menuduh para peretas melakukan beberapa serangan dari 2014 hingga 2018. Penyelidikan masih berlanjut.

Ini adalah pertama kalinya Kementerian Kehakiman AS mengajukan tuntutan pidana terhadap seorang peretas yang dikatakan berasal dari Korea Utara.

Dalam beberapa tahun terakhir kementerian itu telah menuduh peretas dari China, Iran, dan Rusia dengan harapan secara terbuka mempermalukan negara-negara lain yang mensponsori serangan dunia maya terhadap perusahaan AS.

Tetapi tidak mungkin dia akan diekstradisi karena AS tidak memiliki hubungan resmi dengan Korea Utara dan pemerintah Korea Utara tidak diberitahu tentang tuduhan ini.

 

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Peretasan terhadap Sony Pictures

Serangan atas Sony Pictures menyebabkan pelepasan sejumlah informasi pribadi yang sensitif tentang karyawannya, termasuk nomor jaminan sosial, catatan keuangan, informasi gaji, serta email memalukan di kalangan eksekutif puncak.

Peretasan itu termasuk empat film Sony yang belum dirilis, di antaranya Annie, dan satu yang ada di bioskop, Fury (dibintangi Brad Pitt) dan merugikan perusahaan itu senilai puluhan juta dolar.

"Ini adalah salah satu investigasi siber paling rumit dan terlama yang dilakukan oleh departemen," kata asisten jaksa umum untuk keamanan nasional John Demers, seperti dikutip dari ABC.net.au.

Para pejabat AS percaya bahwa peretasan Sony adalah retribusi untuk The Interview, sebuah film satir-komedi yang dibintangi Seth Rogen dan James Franco dan berpusat pada rencana untuk membunuh pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un.

Sony membatalkan rilis teatrikal film tersebut di tengah ancaman bagi penonton bioskop tetapi merilisnya secara online melalui YouTube dan situs lainnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.