Sukses

5-7-1981: Pemuda India Rapalkan 31.811 Digit 'Bilangan Gaib' Pi

Butuh tiga jam bagi Rajan Mahadevan untuk menyebut 31.812 digit bilangan pi. Namanya pun masuk catatan rekor dunia.

Liputan6.com, Mangalore - Hari itu, 5 Juli 1981, orang-orang yang berkumpul di sebuah ruang pertemuan di Kota Mangalore, Karnataka, India duduk terdiam. Mereka mendengarkan Rajan Mahadevan merapalkan bilangan pi yang dihapalnya.

Butuh tiga jam bagi pemuda 23 tahun itu untuk menyebut 31.812 digit bilangan pi atau konstanta dalam matematika yang merupakan perbandingan keliling lingkaran dengan diameternya.

Pi merupakan bilangan desimal yang tidak berujung, tiada berakhir, dan tidak memiliki pola atau pengulangan pada angka desimalnya. Sejumlah orang menjulukinya sebagai 'bilangan ajaib' atau 'bilangan gaib'. Dan, sama sekali tak mudah untuk menghapalkannya.

Pada November 2016, Peter Trueb asal Swiss menghitung pi hingga 22.459.157.718.361 atau 22,4 triliun digit. Meski demikian, sebagian besar manusia menghapal pi hanya tiga digit pertamanya, yakni 3,14.

Sementara, Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) hanya menggunakan sekitar 15 digit dalam perhitungannya untuk mengirim sebuah roket ke angkasa luar. Dan, untuk mendapatkan pengukuran atom yang tepat di alam semesta, hanya dibutuhkan sekitar 40.

Oleh karenanya, kemampuan Rajan menghapal bilangan pi hingga ribuan digit adalah hal yang luar biasa. Ia memecahkan rekor yang dipegang Creighton Carvello dari Cleveland, Inggris, yang menghapal konstanta tersebut hingga 20.013 dalam waktu sembilan jam dan 10 menit pada 27 Juni 1980.

Dengan pencapaiannya itu, nama Rajan Mahadevan masuk dalam daftar Guinness Book of World Records pada 1981.

Sejak berusia 5 tahun, Rajan kerap bermain-main dengan angka. Ia kerap membuat teman-temannya terkesima dengan kemampuannya menghapal skor pertandingan kriket, jadwal kereta api, dan serangkaian bilangan lainnya.

Pada saat memasuki bangku kuliah, ia mampu menghapal hingga 10 ribu angka.

Daya ingat Rajan bikin penasaran banyak orang, termasuk dirinya sendiri. "Saya tak punya sistem pengkodean tertentu atau ingatan fotografik," kata dia seperti dikutip dari situs India Today, Rabu (4/7/2018).

"Angka-angka mengalir begitu saja dari pikiranku. Saya bahkan bisa menyadari saat melakukan kesalahan."

Rajan mengaku hanya butuh waktu dua detik untuk menghapalkan deretan angka. Sekali baja, bilangan demi bilangan itu akan menetap dalam ingatannya. Ia bahkan bisa merapalkannya maju dan mundur. Bahkan setelah berbulan-bulan, ingatannya masih segar.

Meski punya kemampuan mengingat yang luar biasa, prestasi akademik Rajan ternyata tak cemerlang. Ia bahkan di bawah rata-rata.

Setelah menjalani dua tahun perkuliahan di institut teknik, ia memutuskan drop out dan tinggal di rumah selama dua tahun.

Kegagalan Rajan membuat orangtuanya bertindak. Ayah dan ibunya membawa pemuda itu ke seorang yogi di Kerala -- yang mengajarinya meditasi secara intensif selama tiga bulan.

"Itu membantuku menenangkan diri dan memperbaiki daya ingat," kata Rajan. Gagal di bidang teknik, ia banting setir ke dunia seni dan mempelajari psikologi, kriminologi, dan ekonomi -- hingga akhirnya meraih rekor dunia.

Rekornya bertahan selama enam tahun, dari 1981 hingga 1987.

Pada 1987, Hideaki Tomoyori dari Jepang melampaui kemampuannya. Ia berhasil merapalkan 40.000 digit bilangan pi dalam 17 jam dan 21 menit. Dan pada 2005, Lu Chao dari China melafalkan 67.890 digit pi. 

 

Saksikan video menarik berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tak Perlu Jenius

Meski pencapaian mereka luar biasa, hebatnya, kebanyakan dari mereka yang menghapal bilangan pi tidak dilahirkan dengan otak jenius alias orang biasa. Mereka 'hanya' mempelajari teknik mengaitkan digit demi digit dengan tempat-tempat imajiner atau adegan dalam pikiran mereka.

"Kebanyakan dari para penghafal, kemampuan mengingat angka-angka acak dalam jumlah besar, seperti pi, adalah dengan melatih diri sendiri dalam waktu lama," kata Eric Legge, ahli psikologi kognitif dari University of Alberta di Edmonton, Kanada.

Para ahli penghapal pi seringkali menggunakan strategi yang disebut 'metode loci'. Metode loci (jamak dari lokus) juga disebut istana memori (memory palace atau mind palace), adalah perangkat memorik (hafalan) yang diperkenalkan di Romawi kuno dan risalah retorika Yunani kuno.

Pada dasarnya, metode ini merupakan peningkatan memori yang menggunakan visualisasi untuk mengatur dan mengingat informasi seperti wajah, angka, dan daftar kata-kata.

Cara ini tak ada hubungan dengan kecerdasan atau struktur otak. Terkait dengan teknik penggunaan daerah otak yang berkaitan dengan metode belajar spasial.

"Ini adalah strategi menghafal yang lebih efektif, namun kompleks, untuk mengingat informasi dalam jumlah besar," kata Legge.

Begini cara kerjanya: Anda menempatkan diri dalam sebuah lingkungan yang familiar, seperti sekitar rumah, lalu menempatkan potongan informasi yang ingin diingat dalam sejumlah tempat. Misalnya menempatkan angka '717' di pojok dekat pintu depan, angka '919' di wastafel dapur, dan seterusnya.

"Untuk mengingat semua nomor itu, yang harus Anda lakukan adalah berjalan di alur yang sama, seperti saat Anda menempatkan informasi-informasi tersebut," kata Legge. "Dengan melakukannya, orang-orang bisa mengingat informasi dalam jumlah besar."

Selain hapalan bilangan pi, tanggal 5 Juli menjadi momentum sejumlah peristiwa menarik dalam sejarah.

Pada 1946, bikini diperkenalkan di sebuah pergelaran busana di Paris. Sementara pada 1950, parlemen Israel (Knesset) mengesahkan Undang-Undang Kepulangan yang memberikan hak untuk pindah dan menetap di Israel bagi kaum Yahudi di seluruh dunia.

Dan pada 5 Juli 1959, Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dikeluarkan. Isinya adalah pembubaran Konstituante, pemberlakuan kembali UUD 1945, dan pembentukan MPRS serta DPAS.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.