Sukses

"Orang yang Haram untuk Disentuh" Digendong Masuk ke Kuil di India

Liputan6.com, Hyderabad - CS Rangarajan adalah seorang pendeta Hindu dari sebuah kuil di kota Hyderabad di India Selatan. Hari itu, ia menjadi sorotan media Negeri Gangga gara-gara menggendong seorang berlatar belakang Dalit ke dalam rumah ibadah yang disucikan.

Itu adalah langkah dramatis di India. Sebab, kaum Dalit (paria) selama ini dianggap sebagai kasta terendah. Dengan alasan "tak murni", mereka dilarang masuk ke mayoritas kuil, bahkan diharamkan untuk disentuh.

"Saya ingin menunjukkan bahwa setiap orang setara di mata para Dewa," kata dia kepada wartawan BBC Telugu, Balla Satish, seperti dikutip dari BBC News, Jumat (20/4/2018).

Dalam kaca mata mayoritas masyarakat Hindu di India, kaum Dalit berada di luar sistem varna dan secara historis dilarang untuk melakukan pekerjaan apapun kecuali yang paling rendah, seperti pemulung sampah. Meski ada aturan hukum yang melindungi, mereka yang dianggap paria terus menjadi objek diskriminasi. Padahal, ada 200 juta kaum Dalit dalam populasi India.

Sudah terlanjur jadi tradisi, kaum Dalit dipisahkan dari mereka yang memiliki kasta lebih tinggi. Mereka tak boleh menginjakkan kaki di kuil atau sekolah yang sama. Tidak boleh minum dari gelas bahkan sumur yang sama.

Kaum Dalit tak mendapatkan kesempatan kerja dan pendidikan yang setara, bahkan menjadi korban dari eksploitasi, pelecehan, dan kekerasan.

Rangarajan adalah kepala Kuil Chilkur Balaji yang populer di Hyderabad. Setelah memasuki kuil bersama, ia dan Aditya Parasri -- pemuda dari kaum Dalit -- berdoa dan melakukan ritual bersama.

"Ada banyak diskriminasi terhadap kaum Dalit. Itu sejatinya adalah aturan bikinan manusia bukan dari kitab suci," kata Aditya. Ia menyebut dirinya sebagai sosok religius yang menghabiskan waktu bertahun-tahun mempelajari kitab Hindu dan risalah filosofis terkait kepercayaan di India.

 

Saksikan video menarik terkait India berikut ini: 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Terinspirasi Sebuah Legenda

Sementara, Rangarajan mengaku terinspirasi dari diskusi yang baru-baru ini ia hadiri di sebuah universitas setempat. Di hadapan para mahasiswa, ia bercerita tentang legenda yang berusia seabad, tentang seorang Dalit yang taat, yang digendong masuk ke dalam kuil oleh seorang pendeta Hindu.

Berdasarkan legenda, seorang Dalit bernama Thriuppan Alwar dilarang masuk ke Kuil Srirangam, salah satu tempat ibadah yang paling disucikan, yang berada di Tamil Nadu.

Karenanya, pria itu pun duduk di luar kuil dan menyanyikan kidung rohani. Tak semua suka dengan apa yang Alwar perbuat. Seorang pendeta melemparinya dengan batu.

Alwar lari tunggang-langgang dalam kondisi berdarah akibat lemparan batu. Saat kembali ke dalam kuil, sang pendeta kaget bukan kepalang saat melihat patung dewa juga mengeluarkan cairan merah. Darah.

Menyadari kesalahannya, pendeta kemudian mendatangi Alwar, meminta maaf, dan menggendongnya ke dalam kuil.

Saat menceritakan legenda itu, sejumlah mahasiswa berlatar belakang Dalit menatap Rangarajan dengan pandangan skeptis. Para mahasiswa mempertanyakan, apakah benar ada pendeta yang mau menggendong seorang Dalit di bahunya.

Maka, Rangarajan memutuskan untuk melakukannya.

"Saya berharap orang lain melakukan hal yang sama. Tak berarti semua orang harus menggendong seorang Dalit di pundak mereka. Setidaknya, sambutlah seorang Dalit ke dalam kuil untuk melakukan ritual bersama," kata Rangarajan.

Apa yang dilakukannya menuai bermacam reaksi. 

"Diskriminasi tak mungkin hilang dalam semalam. Namun tindakan seperti itu tentu akan berdampak positif," kata Vamsa Tilak, seorang aktivis persamaan hak kaum Dalit kepada BBC Telugu.

Dia menambahkan, pemuka agama lain yang hadir saat Rangarajan menggendong Aditya ke dalam kuil juga menyatakan berniat melakukan hal yang sama.

"Bukannya kami ingin digendong di bahu mereka. Yang kami inginkan adalah kebaikan dan kemurahan hati. Kami ingin menjadi bagian dari masyarakat," kata Tilak.

Namun, Sujatha Surepalli, seorang dosen di perguruan tinggi sekaligus aktivis Dalit punya pendapat berbeda. 

"Aksi seperti itu mungkin akan membuat lebih banyak kaum Dalit masuk kuil. Tapi saya ragu. Sebab, sistem kasta merupakan bagian penting dari agama Hindu," kata dia. 

Pernyataannya dilontarkan di tengah meningkatnya ketegangan antara kaum Dalit dan mereka yang berada di kasta lebih tinggi. 

Meningkatnya aspirasi kalangan generasi muda Dalit, yang menuntut persamaan hak, memang membuat kehidupan mereka lebih baik. Di sisi lain, kekerasan oleh anggota komunitas kasta yang lebih tinggi -- yang tak dapat menerimanya -- juga melonjak. 

Baru-baru ini, delapan orang tewas dalam protes besar-besaran yang melibatkan puluhan ribu pengunjuk rasa dari komunitas Dalit.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.